PART9:*

31 21 6
                                    

‍Saat ini Alisa telah kembali bersekolah, bukan karena ia memang sudah diperbolehkan. Tetapi, memang gadis itu yang memaksa ibunya agar ia diperbolehkan pulang kerumah. Dan kembali sekolah.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.30, itu menandakan sekitar 30 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup sedikit lagi. Dengan alasan yang cukup matang, Alisa memberi alasan bahwa dia ingin sekolah karena rindu pada teman-temannya dan juga tak sabar ingin bertemu Arkan yang sudah 2 hari tak ia temui. Hanya bertukar pesan lewat WA, dan itu tak dapat mengobati rasa rindunya pada Arkan.

Semenjak kejadian di Indomaret itu kami menjadi sedikit canggung, dan kaku. Aku tak menyangka, kalau Arkan benar-benar cemburu saat aku berjalan dengan Evan. Meminta maaf sudah ku lakukan. Apa lagi salahku? Bukankah seharusnya dia juga meminta maaf padaku? Tetapi mengapa ini tidak? Sudahlah, mungkin dia sangat kecewa lebih dari kecewaku padanya yang tak memercayainya. Aku yang selalu menuduhnya dengan Sonya, tanpa tau yang sebenarnya. Dan berita yang kedua temanku sampaikan itu sepertinya tak benar, tetapi aku tak akan membahasnya lagi.

Biarlah, mulai sekarang aku akan lebih percaya pada Arkan. Bukankah kunci hubungan langgeng itu adalah saling percaya?

Hari ini, ku putuskan untuk sekolah tanpa sepengetahuan Arkan. Ku buat surprise untuknya. Aku yakin, dia pasti akan sangat senang melihatku sembuh dan kembali kesekolah!.

"Neng Alisa, udah sampai," ucap pria paruh baya itu sembari menoleh pelan pada Alisa yang telah sadar dari lamunannya.

"Oke pak, bapa hati-hati ya nyetirnya," pesan Alisa yang hendak membuka pintu mobil sebelah kanan. Dan berjalan santai

"Neng!" panggilnya melaui kaca mobilnya, membuat Alisa kembali menoleh kebelakang, dan segera menghampiri pak supir dengan cepat.

"Neng. Ini bawa minyak kayu putih punya bapa buat pegangan neng aja," ucap sang supir sembari menyerahkan minyak kayu putih itu pada Alisa yang dengan senang hati menerimanya.

"Bapa khawatir neng tiba-tiba pusing, atau mungkin gaenak badan," tambahnya dengan suara lembut.

Alisa pun kembali menoleh pak supir dalam dalam, lalu tersenyum manis. "Makasih ya pak, untung bapa bawa. Aku duluan!" pamitnya sembari bersalaman dengan pak supir lewat kaca mobil yang sengaja pria paruh baya itu buka.

Pak Supir pub menjalankan mobilnya dengan hati-hati sembari melambai-lambaikan tangannya pada Alisa. Alisa hanya tersenyum singkat. Lalu memasuki sskolahnya dengan langkah santai.

Namun tiba-tiba seseorang seperti menepuk bahunya dri belakang. Alisa pun segera menolehkan kepalanya kebelakang, dan menatap ketiga gadis itu dengan tatapan malas.

"Apa kabar? Buruk ya? Upss!" ceplos yang ketua, Sonya yang tersenyum tipis menatapku. Diikuti dengan kedua temanya yang juga menatapku dari atas hingga bawah.

"Mau apalagi si lo?" tantang Alisa dengan wajah mantapnya.

Sonya memajukan tubuhnya pada Alisa, dan menatap remeh gadis dihadapannya. "Gue? Mau gue? Jauhin Arkan sebelum gue hancurin hidup lo!" bentaknya dengan mata tajam dan suara lantang. Sekaligus tangan yang terus mendorong bahu Alisa kencang.

Tentu saja, Alisa tak takut. Memang, siapa dia? Dia hanya murid sama seperti dirinya. Alisa menatap tajam sosok gadis cantik didepannya itu. "Kenapa gue? Gue kan pacarnya! Nah lo? Situ siapanya?" ujarnya skakmat, dan berani pada Sonya. Sonya yang merasa gadis ini semakin ngelunjak padanya pun mengepalkan tangannya kuat, dengan isi kepala yang telah berapi-api.

"Kok lo jadi ngeyel sih dibilanginnya? Gue bilang jauhin ya jauhin bodoh!!" gertaknya dengan suara lantang, tanpa perintah sang temannya pun mengelus bahu Sonya pelan, agar gadis itu dapat menahan emosinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang