part for 6

60 49 8
                                    

Enjoy!
Sorry, Part untuk Evan ga ada. Next part yaa bakal muncul :))

‍‍‍‍Alisa dan adik kelas bernama Citra keluar dari ruang guru, Citra menuntun Alisa dengan langkah pelan. Alisa baru saja melaporkan masalah Evan yang terkunci didalam kelas kosong itu, ia sedang kehilangan mood untuk mencari kunci kelas itu, lalu dengan cepat Citra menghentikan pencarian mereka, dan berniat memberitahu guru di kantor saja. Agar Evan tak perlu menunggu lama didalam sana. Jujur Alisa khawatir dengan Evan, namun setelah Evan keluar dari kelas itu ia terlihat baik baik saja, walaupun banyak luka lebam, dan darah segar dilantai kelas tersebut. Alisa tentu, segera menyambut Evan dengan pertanyaan pertanyaan yang berisi tentang khawatirnya ia pada Evan.

Namun, Evan malah terkekeh pelan dan mengusap surai Alisa dengan lembut, dan tersenyum. Sungguh, Evan sama sekali tak terlihat dia sedang tidak baik baik saja. Malahan disini, aku yang panik dan khawatir padanya. Atau mungkin dia yang pandai menyembunyikan kesedihannya?

Citra menghela pelan melihat wajahku yang masih menunjukkan wajah murung. "Jangan sedih lagi kak, aku jadi ikut sedih," ucap Citra terakhir kalinya, entah sudah berapa kali Citra mengucapkan itu. Mungkin, Alisa pun sudah bosan mendengarnya.

Alisa menoleh, tersenyum dan mengelus rambut Citra pelan. "Iyaa, aku ngga sedih kok!" balasnya menenangkan. Lalu terpancarlah senyum indah dibibir, anak ini sangat cantik. Aku seperti menyadarinya, ia mirip seseorang dalam ingatanku. Tapi, aku lupa siapa.

"Lis!" panggil seseorang yang tak jauh dari langkahnya berjalan.

Alisa menoleh, dan tersenyum kecut pada sosok lelaki yang tak menghilangkan senyumnya walau pun ia tau, gadisnya masih marah padanya.

"Ar-kan..." ucap Sonya dengan nafas tersenggal senggal akibat Arkan yang meninggalkannya sendirian di gudang. Alisa pun membuang mukanya dan menyuruh Citra melanjutkan jalannya dengan cepat.

Arkan tak memperdulikan Sonya yaang sepertinya lelah mengejarnya, ia pun berlari menghampiri Alisa dan Citra yang berusaha berjalan menghindarinya.

Arkan menarik pergelangan tangan Alisa pelan, Alisa sontak mengangkat kepalanya dengan malas. "Lisa! Liss! Pulang sekolah jadi jalan jalan kan?"  tanya Arkan penuh harapan.

Alisa memutar bola matanya malas. "Ngga jadi, lagi ngga enak badan," balas Alisa sembari melepaskan tangan Arkan ditangannya.

Arkan pun tak menyerah ia tetap saja mensejajarkan langkahnya dengan Alisa, "Masalah yg tdi lupain aja yaa, tadi dia yg meluk gue duluan! Sumpah dah!" ucap Arkan sedikit keras agar Alis dapat mendengarnya.

Alisa menghela kasar, sembari menoleh dan tersenyum tipis pada Citra yang hanya diam saja, tak ingin ikut campur.

"Sayang...." panggil Arkan.

Hingga membuat Alisa dan Citra sontak berhenti, dan saling menatap tak percaya.

Arkan dengan tak berdosa kembali menghampiri keduanya dan tatapan matanya menatap Alisa dengan senang.

"Apa apaan si lo?" ketus Alisa tak suka.

Arkan pun menghilangkan senyum dibibirnya dengan rasa kecewa. "Maaf, tapii..maafin gue yaa!" ucapnya memohon sembari menampakkan puppy eyes pertama kalinya.

Alisa merasakan hatinya meluluh, dan merasa kasihan pada Arkan. Namun ucapannya jauh berbeda dari apa yang hatinya rasakan. "Males!" balasnya, lalu menarik tangan Citra dengan cepat, dan meninggalkan Arkan seorang diri ditengah lapangan.

Arkan hanya tersenyum tipis menatap kepergian Alisa. Dan balik menatap cincin yang tadinya akan ia berikan pada Alisa. Namun, gagal sebab gadisnya seperti belum memaafkannya.

ALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang