(Dia)fragma - 22 - Dia Lagi

3.7K 774 127
                                    

Repub tanpa edit 24/8/20
16/11/20
2

0/6/21

"Bu, Naraya diajak main sama temennya setelah pulang sekolah, boleh?" Nadia mendekati ibunya yang tengah mempersiapkan makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu, Naraya diajak main sama temennya setelah pulang sekolah, boleh?" Nadia mendekati ibunya yang tengah mempersiapkan makan siang.

"Yah, gak bisa, Dia. Ayah lagi pergi, ada urusan dan pulang malam. Gak ada yang bisa jemput nanti." Jawabnya disela kegiatan menyiangi sayur.

Nadia tidak dapat menyembunyikan senyumannya karena ini berarti Naraya tidak bisa bermain dengan Asha. Semesta memang yang terbaik!

Me
Gak bisa, gak ada yang jemput.

08xxxxxxxx
Kalau gitu Asha main di rumah kamu aja gimana?

Me
Gak ada yang bisa antar pulang nanti dan Nara juga naik antar jemput.

08xxxxxxxxx
Papa saya yang antar nanti, setelah itu ditinggal karena beliau ada urusan. Pulangnya dijemput juga oleh beliau. Itu juga kalau boleh.

Nadia mengerucutkan bibirnya, dia tidak tega mengecewakan Naraya. Setelah mengembuskan napas beberapa kali dia mengetikkan jawaban.

Me
Ok.

08xxxxxxxxx
Papa saya bisa jemput pukul enam, ok?

Me
Ok.

08xxxxxxxxx
Thanks.

Eh tunggu, dia bukannya dulu gak punya papa ya? Terus Asha itu bukannya anak dia? Bentar deh, Nara umur 10 tahun, Asha dibawahnya dua tahun berarti sekitar delapan tahun. Dia punya anak umur 20 tahun?

"Gimana, Dia?" Sri bertanya kali ini dan itu mengurungkan niatnya untuk memikirkan pria itu.

"Jadinya main di sini, katanya nanti dianterin, Bu dan pulangnya dijemput."

"Bagus deh, Ibu penasaran sama Asha yang diceritain sama Nara. Anaknya imut banget ya? Kemarin ketemu sama orang tuanya?"

"Sama papanya, anaknya imut banget sih, pipinya gembil terus merah."

"Pantes Nara doyan banget. Dia kan suka sama anak kecil yang pipi gembil merah gitu. Inget kan dulu dia pernah bikin anak kecil nangis karena dia narik dua pipinya kenceng banget?"

Mereka berdua tertawa.

"Inget, dia bilang mau ambil pipinya buat dibawa pulang karena gemes. Umur berapa ya dia dulu? Lima?"

"Iya sekitaran itu. Gak berasa ya, waktu cepet banget berlalu, perasaan baru banget kamu lahir."

Tawa Nadia perlahan hilang dan matanya kini menerawang. Mendengar ucapan ibunya membuat dia mau tidak mau mengingat sesuatu. Otaknya memberikan gambaran mengenai masa lalu yang masih tergambar secara jelas meskipun telah berlalu dalam hitungan tahun. Keheningan itu nampaknya menarik perhatian Sri sehingga dia menoleh dan mendapati anaknya yang terdiam.

(Dia)fragma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang