(Dia)fragma - 1 - Bocah Kecil

14.2K 1.4K 97
                                    

Repub tanpa edit 18/7/20
8/9/20
16/1/21

Repost, buat bantuin yang udah baca tapi kelewat buat kasih bintang dan atau komen :p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Repost, buat bantuin yang udah baca tapi kelewat buat kasih bintang dan atau komen :p

Namanya Nadia Maulie, lumpuh karena kecelakaan saat kecil sehingga dia harus berada di kursi roda seumur hidupnya.

Dia homeschooling dan kedua orangtuanya sangat ketat dan protektif sehingga dia tidak bisa keluar rumah tanpa pengawasan mereka. Jadi, yang bisa dia lakukan adalah memakai teropong dari jendela kamarnya untuk melihat lingkungan sekitar ketika pagi. Ketika teman-teman seumurannya berangkat sekolah dan siang hari ketika mereka semua pulang.

Lalu dia melihat bocah yang dia yakini seumuran dengan dia tengah bersepeda di depan rumahnya melalui teropong yang dia miliki empat tahun yang lalu.

Selalu di jam yang sama setiap harinya.

Dan akhirnya, hari-harinya diisi dengan mengintai apa yang dia lakukan tanpa mengetahui namanya.

Melihat anak lelaki itu tertawa ketika dikejar teman-temannya atau ketika dia terlihat berlari ketakutan setelah memencet bel rumah tentanga yang keluar dengan membawa parang di tangan kirinya.

Nadia tertawa melihat kekonyolan bocah lelaki itu.

"Kenapa tertawa?" Tanya Suara yang membuat Nadia menoleh, di dekat pintu kamarnya berdiri Bry, satu-satunya teman yang dia punya di lingkungan sekitar karena dia memang jarang keluar. Bry lebih tua setahun dibanding Nadia. Dia tidak lahir di daerah ini dan baru pindah setelah kecelakaan itu terjadi.

"Ada anak cowok yang lari-lari setelah memencet bel rumah seberang." Jawab Nadia masih dengan kekehan.

"Mana?" Bry melongokkan kepalanya dan melihat ke arah yang Nadia tunjuk, "Gak ada Dia, mana sih?"

"Sudah lari, Pak Gun ngayunin parangnya dari pintu jadi dia kabur." Tawa Nadia terdengar di akhir kalimat.

Bry menatap bingung sesaat kemudian dia berbalik menghadap Nadia, "Main aja yuk. Kamu mau main apa?"

Nadia menatap Bry, dia cantik dengan kulit cokelat yang sering terpapar sinar matahari serta rambut berwarna senada. Dia...terlihat sehat. Pembawaannya yang ceria selalu membuat ruangan menjadi lebih menyenangkan.

"Kamu kapan dapat teropongnya sih?" Bry tampak tertarik pada teropong itu.

"Lima tahun lalu dari Ayah, buat main bajak laut."

"Yaudah kita main bajak laut aja, yuk!" Serunya dengan semangat.

"Bajak laut gak ada yang di kursi roda, Bry, gak ada yang takut sama bajak laut lumpuh."

"Benar juga, kamu imut gitu siapa juga yang bakalan takut. Hmm..main apa dong, kamu ada ide?" Bry mengetukkan jari telunjuk ke dagunya.

Saat seperti ini Nadia hanya perlu menunggu hingga telunjuk Bry Menunjuk ke langit-langit sesaat lagi, tanda dia mendapatkan ide yang menurut dia cemerlang.

(Dia)fragma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang