(Dia)fragma - 23 - Bohong [FIN]

6.9K 645 118
                                    

Repub tanpa edit 25/8/20
16/11/20
20/6/21

Repub tanpa edit 25/8/2016/11/2020/6/21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo, kembali lagi sama gue Dia di (Dia)fragma!

Gue balik lagi buat ngomong gak jelas nih. Karena sebelum ini kita omongin soal masa lalu maka gue mau bahas dikit soal masa lalu yang bikin luka karena gak semua orang punya masa lalu yang bagus kan?

Pernah gak berpikir setelah tahunan terlewati dan lo mengira kalau lo sudah sembuh dari luka lama tapi ternyata enggak.

Lo gak sembuh atau benar-benar melupakan masa lalu, tapi lo mati rasa karena luka itu. 

Luka memang gak gampang disembuhkan dan berdamai dengan masa lalu sulit dilakukan.

Tapi ... pada akhirnya lo harus bisa melakukannya kan? Entah kapan atau berapa lama yang lo butuhkan untuk memproses luka itu supaya tertutup meskipun gak menjadikannya hilang. 

Heck, beberapa luka memang gak bisa hilang seberapa keras lo mencoba. Tapi yang perlu lo sadari, lo masih bisa di sini sampai sekarang meskipun luka lo sangat dalam dan lo pernah berada di pilihan mati atau bertahan hidup dengan luka.

Terima kasih sudah bertahan untuk hidup. 

dia terpaksa menghentikan rekamannya ketika mendengar bunyi ketukan. 

"Ya?" 

"Dia, keluar dulu, itu sudah mau pulang mereka."

"Dia ngantuk, Bu, sudah tiduran." Bohongnya, dia memang tidak ingin bertemu saja. Lagipula, dia tidak mau ibunya ingat siapa Mahanta. 

Dia tidak mau berbohong, jadi lebih baik dia menghindar.

"Sakit? Kok sudah tidur jam segini?"

"Gak, Bu. Ngantuk aja."

"Ok."

Langkah ibunya yang menjauh membuat dia megembuskan napas. Niatnya menghindari bohong mengenai Mahanta, eh dia malah berbohong di hal lain. Sial betul. Nadia mengintip dari jendela kamarnya, memerhatikan mobil hitam pria itu lalu plat nomornya yang langsung menempel di otak padahal dia tidak pernah menyukai angka. 

11 tahun terakhir dia habiskan dengan menghindari media sosial dan mencari nama pria itu di sana, tapi kini semua itu percuma karena mereka bertemu lagi. 

Mau tidak mau dia teringat mengenai bagaimana waktu sudah berlalu. Dulu dia memerhatikan anak laki-laki yang berjalan kaki lalu dengan sepedanya dan kini dia sudah mengendarai mobil.

Untuk sesaat pandangan mereka bertemu dan Nadia buru-buru menundukkan badannya dan berharap pria itu tidak menyadari keadannya. Dan dia merasakan hal yang sama seperti dulu, perasaan berdebar yang muncul tanpa dia mau dan dia tertawa karena teringat pernah melakukan hal yang sama dan reaksinya tadi terjadi begitu saja.

(Dia)fragma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang