Bagian 2 : Nasha Zaila Sakhi

92 33 27
                                    

"Sebentar saja aku ingin mendengar suaramu, berada dalam dekapanmu, dan mengobati rinduku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar saja aku ingin mendengar suaramu, berada dalam dekapanmu, dan mengobati rinduku."

- Nasha Zaila Sakhi -

🍁🍁🍁

"Maaf, apakah anda suami dari ibu Syaima?" tanya seorang perempuan yang memakai seragam perawat dengan celana panjang, baju lengan pendek dan memakai topi perawat serba violet.

Sakhi tersadar dari lamunannya yang sedari tadi duduk di kursi besi, menatap lantai putih sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Pikirannya entah kemana, hatinya cemas bergemuruh, jantungnya berdegub tak karuan. Sesekali dia berjalan mondar-mandir masih di lorong itu. Sedikit mengintip jendela buram yang tentunya dia tidak dapat melihat apapun apa yang terjadi di dalam. Hanya sedikit terlihat pergerakan para suster dan seorang bidan yang tidak terlihat jelas.

"Iya, benar. Ada apa, sus?" Sakhi sudah tahu orang yang di hadapannya itu adalah seorang perawat.

"Istri anda mengalami pendarahan yang hebat dan terlalu lemah untuk memaksakannya melakukan persalinan normal," tuturnya.

Belum sempat Sakhi menjawab, Bidan yang membantu persalinan Syaima keluar dari ruang bersalin.

Sebenarnya, Sakhi ingin sekali menemaninya berjuang dalam ruangan itu. Namun dia tidak mungkin kuat, dia terlalu takut melihat darah apalagi harus melihatnya meringis kesakitan atau bahkan berteriak penuh penderitaan. Dia tak akan mampu melihatnya menderita. Dan, menurut bidan pun tidak menjadi masalah jika sang suami tidak sanggup menemani sang istri dalam proses persalinan karena di luar sana juga ada beberapa suami yang sama sepertinya.

Krek!

Gagang itu bergerak, seorang bidan membuka pintu hendak keluar dari ruangan.

Sakhi dan Perawat spontan melihat  ke arah pintu.

Tanpa pikir panjang Sakhi menanyakan keadaan Sakhi pada sang Bidan.

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanyanya menampakkan raut kecemasan.

"Huff.." Bu Bidan menghembuskan napas panjang.

"Alhamdulillah, baik-baik saja," Lanjutnya.

Sakhi mengelus dadanya.

"Tapi.." ucapannya terhenti sejenak.

"Tapi, apa?" Wajahnya kembali cemas dengan ditambah penuh penasaran.

"Sedikit beresiko," ucap sang Bidan dengan datar.

"Maksudnya bagaimana? Aku tidak mengerti."

"Jadi, pak. Bu Syaima terlalu lemah untuk melanjutkan proses persalinan ini. Saya tidak bisa menjamin kesuksesan persalinan ini. Namun, jika melalui alternatif lain. Insyaallah, Bu Syaima dapat melaluinya," tutur Bu Bidan.

Antara KOMA dan TANDA TANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang