Menyadari?:/

87 13 7
                                    

Selena terbangun karena merasakan ada tangan besar yang melingkar pada pinggangnya. Selena terlonjak kaget saat mengetahui bahwa tangan yang sedari tadi melingkar pada pinggangnya adalah suaminya. Selena hendak bangkit dari posisinya. tapi, Dylan malah memeluknya lebih erat.

"Lepaskan aku," ujar Selena singkat.

"Biarkan seperti ini dulu, Selena. Apa kau tidak merindukan suamimu ini?" jawab Dylan.

Dylan merasakan bahwa akhir-akhir ini ia merasa tidak ingin berjauhan dari isti yang sama sekali tidak ia cintai.

"Aku lapar. Aku ingin makan. Lepaskan aku sekarang, Dylan!" bentak Selena.

Dylan dengan terpaksa melepaskan pelukannya dari pinggang Selena.

"Kau kenapa sih? Aku hanya ingin memelukmu!" ucap Dylan dengan cemberut.

Kau sangat lucu Dylan. Lihat wajah kau begitu lucu kalau seperti itu! Tapi, wajah yang selalu kau tunjukukkan kepadaku penuh dengan kebencian, batin Selena.

Selena pergi meninggalkan suaminya itu, "Aku tidak perduli akan itu!"

Dylan mengekori Selena ke arah dapur, "Aku bantu ya?"

"Tidak perlu, kau pergi saja. Hush!"

"Hari ini kau aneh sekali. Aku tidak boleh memelukmu, bahkan sekarangpun aku tidak boleh membantu istriku di dapur?" ujar Dylan.

"Aku sudah terbiasa melakukan ini sendiri. Kau yang begitu aneh. Kau tidak pernah membantuku! Bahkan, KAU TIDAK PERNAH PERDULI KEPADA KU! Aku yang seharusnya bertanya padamu suamiku," jawab Selena dengan. menekan kata 'kau tidak pernah perduli kepadaku,' dan kalimat terakhir yang Selena lontarkan pasti akan menusuk tepat di jantungnya. Maafkan aku Dylan.

Dylan yang mendengar ucapan Selena tersebut hanya dapat diam seperti batu. Tidak akan satu katapun yang bisa ia bantah. Bahkan, dulu ia selalu menyakiti Selena dengan mulut manisnya ini!

"Sekarang aku tanya, kemaren kau kemana? Aku menunggumu hingga matahari hampir terbit, aku menghubungi kantormu, mereka bilang kau sudah pulang sore tadi. Kemana kau Dylan? Apa kau bisa menjawab pertanyaanku?" tanya Selena sedikit berbohong.

"Hmmm, ia aku memang pulang sore. Tapi, aku...aku sedang ada rapat di luar kantor Selena," jawab Dylan.

Selana pov

See? Dia berbohong kepadaku!

"Rapat? Aku kira kau sedang bersama perempuan lain Dylan!" ujarku.

Aku melihat raut wajah Dylan yang sangat pucat, "Tidak mungkin aku berbohong kepadamu Selena."

Dua kali kau membohongiku.

"Sudahlah, bolehkah aku membantumu sekarang?" tamya Dylan.

Aku tidak menjawab pertanyaan Dylan. Aku begitu lelah menghadapi ia yang terus-menerus membohongiku.

"Akh tidak napsu lagi untuk makan. Kau buat saja sarapanmu sendiri, aku akan segera pergi dari dapur ini," ucapku yang pergi tanpa mendengar jawaban Dylan.

Aku mengunci pintu kamarku dan mengambil tas besar dan memasukan pakaianku seperlunya. Aku harus segara pergi dari rumah ini. Kalau tidak anak yang ada di kandunganku ini akan celaka.

Maafkan aku Tuhan! Aku telah membawa anakku dalam masalah keluargaku sendiri. Sayangku maafkan Mommy-mu ini ya sayang.

Aku mengambil secarik kertas dan pulpen.

Aku mengangkat tasku dan melihat ke adaan di luar. Merasa sudah tidak ada orang aku mengendap-ngendap untuk segera pergi dari rumah ini.

Aku berusaha menghubungi Justin. Tapi, selalu suara operation yang menjawab panggilanku.

"Ayolah Justin! Kau kemana? Disaat aku sangat membutuhkanmu kau tidak ada!" gerutu Selena.

Mau tidak mau aku harus berjuang sendiri untuk keselamatan anakku.

Aku pergi dengan membawa tas besar sialan ini ke tempat yang takku ketahui. Aku melihat ada tulisan 'Di kontrakkan rumah dengan harga terjangkau. Silakan hubungi 087xxxxxxxx'

Selena segera menghibungi nomer tersebut.

"Hallo? Apa benar ini dari pemilik rumah yang akan di kontrakkan?" tanyaku.

"...."

"Huft, baiklah ibu. Terimakasih yaaa. Maaf mengganggu tidur siang ibu!" jawabku.

Aku mengelus perutku yang masih rata, "Sayang. Maafkan Mommy. Mommy tidak bisa memberikan kehidupan yang layak di dalam sini."

Aku merasakan kepalaku yang berkunang-kunang. Rasanya aku akan terbang. Tuhan, jangan izinkan diriku membunuh anakku sendiri!

Tubuhku ambruk begitu saja. Rasa lemas semakin menjadi-jadi. Aku tidak kuat menahan rasa sakit yang ada di kepalaku ini. Tiba-tiba semua menjadi gelap. Hanya suara seorang pria yang begitu khawatir. Aku harap itu bukan kau Dylan.

*****
Dylan berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar Selena. Sedari tadi ia tidak melihat istrinya untuk makan. Bahkan saat bibi memberi tahu bahwa semua makanan sudah siap, Selena tetap tidak keluar dari kamarnya. Hatinya begitu gelisah melihat keadaan Selena seperti ini.

"Selena buka pintu kamar ini atau aku akan mendobrak pintumy!" teriak Dylan yang sudah tidak sabar.

"Baiklah! Kau memancing amarahku Selena, jangan salahkan aku kalau kau akan tidur tanpa pintu ini!"

Brak!

Dylan benar-benar mendobrak pintu kamar Selena. Ia melihat kamar Selena yanh gelap gulita.

Apakah ia lupa juga untuk menyalakan lampu kamarnya sendiri?, batin Dylan.

"Selena? Dimana kau?" panggil Dylan.

Dylan berjalan untuk menyalakan lampu kamar Selena. Ia mencari Selena ke segala sudut di kamar ini. Tapi, ia sama sekali tidak melihat pemilik kamar bernuasa RedWhite ini.

Dylan berjalan ke arah meja di sebelah kasur Selena. Ia melihat ada secarik ketas dengan tulisan tangan Selena yang indah.

Dylan -Suamiku-

Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah pergi dari kamar tercintaki. Ugh! Maksudku rumah ex.suamiku. Maafkan aku yang telah lancang pergi dari sini tanpa pengetahuan dirimu. Entahlah aku begitu berat saat mengetahui suami yang telah membuatku jatuh cinta ini, ternyata telah berselingkuh dariku. Mungkin ini semua memang salahku. Maafkan aku tidak pernah membuatmu bahagia. Tapi, izinkan aku, walau hanya satu detik, aku akan membahagiakan dirimu. Kau tau sekarang aku tengah mengandung anakmu. Kandunganku menginjak 3 bulan. Maaf karena aku tidak memberitau dirimu. Aku takut kau akan membunuh calon anak kita. Maafkan aku telah memisahkan dirimu dari calon anakmu. Aku akan segera mengirim surat perceraian kita setelah anakku lahir dan melihat betapa ia beruntung memilik Daddy seperti dirimu.

Love,
Selena Gomez O'brien

Seperti ribuan jarum menusuk tepat di jantung Dylan. Ia meneteskan air matanya.

"Baru kali ini aku menangisi seseorang Selena. Kau berhasil membuatku menyesal dan kau juga berhasil membuatku menjauh dari anankku sendiri."

Dylan memukul kepalanya dengan tangannya sendiri, "Mengapa aku tidak menyadari perubahan istriku sendiri? Mengapa aku malah menyakiti perasaan seseorang yang tidak tau apapun tentang masalah itu? Mengapa... Mengapa kau merebut wanita yang mencintaiku untuk kedua kalinya?"

Tangisan Dylan pecah saat melihat foto Selena tersenyum lepas memandang perutnya, "Apa kau melihat anak kita Selena?"

Dylan segera bangkit dan meraih ponsel di saku celananya.

"Kerumahku sekarang juga! Aku sedang membutuhkanmu!"

******
Eaa!!! Yeay gue update nih! huh. Satu hari setengah gue nulis. Wakakakak. Besok gue udah wisuda! Yeay!

Hayo Dylan lagi membutuhkan siapa yaaa?! Wkwkwkw. Maaf ya singkat nulisnya:"

VOTE AND COMMENT yaaaa!!!

rentyyadnngrm🌷

Hard DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang