"Aku nggak boleh diem aja." Umji menghapus air matanya yang keluar. "Mungkin aku bisa kembali kalau aku usaha mencari jalan keluar 'kan?"
Umji mulai bangkit dan menata kembali tasnya, dan melihat jam berapa sekarang di ponselnya. Sayang sekali tidak ada sinyal sama sekali di sini.
Sudah jam dua siang, itu artinya Umji sudah berdiam diri kurang lebih dua jam.
Oke, pelan-pelan Umji, kamu pasti bisa!
Umji mulai berjalan berbalik ke arahnya berlari tadi. Mungkin ia masih sedikit ingat jalan yang ia lalui tadi kan.
Sambil terus mengucapkan, "Ya Tuhan, lindungi aku." Umji dengan pelan berjalan.
"Perasaan aku tadi larinya luruss terus deh. Kok ada jalan belokan gini sih? Duh ini harus belok kemanaaa."
"Ya Tuhan lindungi aku."
Setelah berpikir dan yakin, Umji tetap memilih jalan lurus, ia sangat yakin dirinya tadi tidak berbelok ke arah manapun.
Lelah berjalan, Umji memutuskan untuk istirahat sebentar dan duduk di bawah pohon sambil mencoba mengotak-atik lagi walkie-talkienya.
"Please, jangan sampe pas malem nanti aku masih di sini. Tuhan, tolong aku!"
"Sinbi!"
"Dahyun!"
"Eunseo!"
"Moonbin!"
"Wooseok!"
"Vernon!"
Umji meracau dengan menyebutkan nama teman-temannya, berharap semoga mereka dapat mendengarnya.
Ah ya, ngomong-ngomong pasti keadaan di sana jadi berantakan karena dirinya hilang 'kan?
"Maafkan aku teman-teman, kalian tidak bisa mendaki dengan tentram karena aku."
"Benar kata Sinbi, seharusnya aku gak usah ikut! Seharusnya aku pergi ke pantai untuk melepas penatku!" teriak Umji. "Makin pusiinggg di sini, Ya Tuhan."
Matanya terpejam, berusaha meredam kepanikan dan emosinya. "Tenang Umji tenang. Tuhan pasti menolongmu!" Umji meyakinkan dirinya sendiri lagi untuk kesekian kalinya.
"Semangat!" Menghela napas kemudian dia bangkit lagi dari duduknya.
Umji berjalan lagi, sampai akhirnya dia menemukan pepohonan yang sangat tinggi. Sangat indah sekali!
Hutan memang dalamnya indah, cantik, tapi banyak misteri yang belum bisa manusia ketahui.Umji berharap dirinya tidak akan menemukan hal-hal yang menyeramkan di hutan ini.
Umji memutuskan untuk memotret pepohonan itu. Sampai dirinya terperanjat saat mendengar suara tembakan yang keras sekali.
"Astaga, ponselku,"--Umji membungkuk untuk mengambil ponselnya--"untung tidak pecah."
"Tapi, suara tembakan? Apa itu artinya masih ada pemburu?"
"Berarti ada manusia!"
Umji berlari mencari sumber suara tembakan itu. Sampai akhirnya dia melihat perawakan dua pemuda mengenakan rompi coklat.
Walaupun mereka pemburu, pasti Umji bisa meminta tolong ke mereka untuk pulang 'kan? Benar 'kan?
"MAS-MAS ROMPI COKLAT!" teriak Umji sambil melambaikan tangan yang membuat dua pemuda itu menoleh.
Umji tersenyum saat dua pemuda yang memegang senapan itu menoleh ke arahnya, dengan cepat ia berlari ke arah dua pemuda itu. "TOLONG SAYA!"
Akhirnya, Umji sampai tepat di hadapan mereka. Dia sempat mengatur napasnya sejenak. "Mas tolong saya! Saya tersesat di sini, saya ingin pulang! Saya yakin kalau kalian tau jalan keluar 'kan? Selepas keluar dari sini, saya janji akan membayar kalian berapapun!"
"Kamu Jiya Kim 'kan?" tanya salah satu pemuda berperawakan tinggi.
"Iya! Syukurlah kalau mas tau. Tolong saya untuk keluar dari hutan ini!"
Tiba-tiba pemuda itu tersenyum. "Anak dari Suho Kim?"
"Iya!" jawab Umji senang lagi. "Tolong saya, Mas. Ayah saya pasti akan membayar berapapun untuk Anda. Saya juga akan menambahnya dengan upah saya!"
Pemuda itu mengeluarkan senyumnya kemudian memberi tahu rekan di sampingnya. "Kalau kita culik dan minta tebusan ayahnya ... boleh juga 'kan, Bro?"
"Iya boleh juga tuh, pasti kita dapat duit lebih gede," jawabnya rekannya itu.
Umji yang mendengar percakapan itu membulatkan matanya. "Cu ... culik?"
Oh tidak, Umji bertemu dengan orang yang salah.
"Ya!" jawab pemuda itu yang membuat Umji langsung berlari.
"HEI BERHENTI!"
Dor!
Umji menutup telinganya saat kedua pemuda itu melepaskan peluru ke arah atas langit untuk memberi peringatan.
Bodo amat! Yang penting, dia harus lari!
Umji berlari zig-zag melewati pohon supaya pemburu yang berusaha menembaknya bingung saat mengikutinya.
"Ya Tuhan tolong aku. Huwaaaaa!" ujar Umji sambil menangis.
Umji memutuskan untuk berbelok ke arah kiri, berharap supaya pemburu itu tidak melihatnya.
Mata Umji justru membulat setelah berbelok, dia memutuskan berhenti dan sedikit oleng akibat berhenti mendadak.
Karena di depannya saat ini terdapat beruang berwarna putih yang sangat besar tengah tertidur pulas di atas batu.
"Be ... beruang putih?" ujar Umji sambil bergetar.
Bagaimana nanti kalau beruang itu bangun dan menerkamnya? Oke, Umji akan berjalan perlahan menjauh dengan pelan dan tidak menginjak apapun.
Semoga Umji tidak membangunkan beruang itu.
Sebenarnya Umji sedikit heran, bagaimana bisa ada beruang putih yang kerap dijuluki beruang di musim dingin ada di hutan hujan tropis seperti ini? Sangat tidak masuk akal!
Krek.
Dengan tak sopannya, ranting itu berbunyi hingga membuat jantung Umji makin berdetak tak karuan. "Bodoh!"
Umji menatap ke beruang yang nampaknya terusik oleh suara itu sampai akhirnya Umji membulatkan matanya saat beruang itu ...
terlihat membuka matanya yang berwarna merah, menatap Umji tajam.
Gawat!
***
Sabarr, janji deh. Satu part lagi bang agus muncul😆😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Bear [UmGa ft. 98L] ✓
FanfictionEND Cahaya yang muncul dari beruang putih itu membuat Umji membulatkan matanya terkejut. "Ba ... bagaimana bisa kau berubah menjadi manusia?"