Malem, temans ❤💜
Mas Cakra akhirnya menikah dong. Ayo buwuh😝😝
.
.
.
.
.
"Tidak ada hal yang bisa kau lakukan selain memaksa," tukas Juni di hadapan Cakra."Baguslah kalau kamu sudah paham itu. Aku tidak perlu mengatakan padamu bagaimana harus menghadapi aku."
Bibir Juni mengerucut sebal, tidak ada hal yang dapat dia lakukan selain diam dan pura-pura patuh pada ucapan Cakra. Pria itu memegang semua hal yang bisa menjungkirbalikkan hidup Juni.
Hari itu juga Cakra dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak ingin Juni mengingat kenangan masa lalunya. Juni tidak bermaksud untuk bertengkar dengan Cakra, tetapi dia merasa bahwa Cakra mulai melampaui batas. Dengan seenaknya pria itu berusaha untuk mengatur kehidupan Juni dan itu dimulai dari mengharuskan Juni untuk menuruti setiap keinginannya.
Juni tidak mengerti dengan jalan pikiran Cakra. Cakra ingin menikahi Juni dan menggunakan bapaknya sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya. Juni lelah menolak, lelah memikirkan cara untuk membuat Cakra berubah pikiran. Nyatanya Cakra malah semakin keras mendekati Juni dengan rencana pernikahan yang disodorkan seolah semuanya muncul dari negeri dongeng.
"Juni ... boleh bapak masuk?" tanya Hadinata.
"Boleh, Pak," jawab Juni halus.
Hadinata masuk kamar Juni dan langsung duduk di kursi yang ada di depan meja rias anak sulungnya itu. Juni tersenyum pada bapaknya, diam-diam mengagumi sosok yang sudah membesarkan serta mendidiknya dengan baik itu. Wajah Hadinata yang mulai menua, tubuh yang sudah tidak setegap dulu tetapi masih semangat pergi bekerja demi sebuah tanggung jawab.
"Bapak ingin tahu, mengapa tidak pernah ngomong kalau kamu pacaran dengan Pak Cakra?" tanya Hadinata menginginkan penjelasan dari Juni.
"Siapa yang bilang kalau Juni pacaran dengan Cakra?" Juni bertanya balik.
"Pak Cakra sendiri yang bilang tadi siang di kantor. Katanya dia sudah lama diam-diam pacaran denganmu."
"Dan Bapak percaya?"
"Tidak ada alasan bagi Bapak untuk tidak percaya. Pak Cakra itu terkenal serius di kantor dan sangat jarang berkompromi dalam hal apa pun."
Juni tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Hadinata. Tentu Juni tahu dengan baik bahwa apa yang diucapkan oleh Cakra adalah cara mulus untuk mendapatkan restu Hadinata. Tidak ada yang bisa Juni katakan selain mengiyakan ucapan Cakra sebagai bentuk bakti seorang anak kepada orang tua yang sudah telanjur berharap.
Setelah perdebatan panjang yang disertai drama tak mengenakkan, Juni menyetujui pernikahannya dengan Cakra. Pernikahan berdasarkan ancaman pemecatan bapaknya dari Anugerah Jaya Konstruksi, yang tidak lain adalah milik Cakra, calon suaminya yang super pemaksa dan tidak bisa dibantah.
Juni berdiri di depan Jendela, menatap keluar kamarnya tanpa ada kejelasan apa yang sedang dia perhatikan. Pikirannya berkelana membayangkan pernikahan macam apa yang akan dia jalani. Bagaimana hidupnya nanti setelah menikah bersama pria yang bahkan tidak Juni kenal dengan baik.
Masih teringat jelas di benak Juni, hari ketika Cakra datang beserta keluarga untuk meminangnya secara resmi. Lamaran yang disampaikan langsung oleh papa Cakra dan diterima dengan senang hati oleh bapaknya. Dilajutkan pembicaran kedua ibu yang tampak antusias merencanakan semua hal menyangkut acara yang akan diselenggarakan.
Pikiran Juni kembali melayang pada kejadian setahun yang lalu ketika dia sedang berlibur ke Bali bersama Rea. Mereka selesai makan malam di tepi pantai dan menenggak arak dengan alasan coba-coba. Rea pergi bersama sang suami setelah itu dan meninggalkan Juni sendirian dengan sisa arak yang masih segelas.
Juni ingat kepalanya terasa berat ketika tiba-tiba sesosok pria datang dan duduk di hadapannya. Juni mengenali pria asing itu sebagai Jupiter, mantan suaminya yang telah tiada. Di bawah pengaruh arak yang telah dia minum, Juni menurut begitu saja ketika pria itu mulai menciumnya dan membawanya pergi.
Juni terbangun di pagi hari dengan kondisi yang tidak layak, di samping pria yang meskipun tampan, tetapi bukan suaminya. Juni bangkit perlahan dan turun dari tempat tidur, memunguti pakaiannya yang berserakan dan segera memakainya. Secepat yang dia bisa, Juni pergi dari kamar itu sebelum pria yang tidak dia kenal itu terbangun.
Beruntung satu lift langsung terbuka begitu Juni hendak menekan salah satu tombol yang menempel di dinding. Juni masuk ke lift itu dengan perasaan lega meski beberapa orang di sana menatapnya dengan pandangan aneh. Juni tidak peduli hal itu asalkan bisa kembali secepat mungkin ke hotelnya dan pulang sesegera mungkin.
Juni meninggalkan Rea tanpa sempat mengirim pesan. Dia menyambar tiket pertama yang dilihatnya melalui aplikasi pembelian online dan baru bisa bernapas lega setelah berada dalam pesawat yang menerbangkannya dari Bali ke Surabaya dan akan menempuh perjalanan darat ke Malang.
Juni tidak menyangka jika pria itu menemukannya dan akan menikahinya besok. Dengan kejengkelan luar biasa, Juni menyewa gaun pengantin dengan model paling lama dan jelas itu tak akan terlihat bagus untuk hari besar Cakra. Alih-alih menyewa seorang MUA yang berpengalaman, Juni malah memilih berdandan sendiri besok dan sudah pasti dia bisa membayangkan wajah Cakra yang merah menahan marah saat melihat hasilnya.
***
Juni terkejut bukan main ketika keluar dari kamar mandi dan mendapati seorang MUA ternama telah berada di dalam kamarnya bersama Mariana. Wajah ibunya itu terlihat berseri-seri mendampingi sang MUA untuk menemuinya. Jika begini ceritanya, Juni merasa menyesal telah melakukan perawatan tubuh kemarin karena semua itu justru akan membuat penampilannya menjadi semakin bagus.
Juni berdiri di depan cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Apa yang dia lihat dalam cermin itu adalah perempuan cantik yang mungkin tidak akan Juni kenali jika itu bukan dirinya sendiri. MUA yang dibayar oleh calon suaminya itu benar-benar kompeten dan cocok dengan reputasinya yang selalu Juni dengar dari orang-orang yang menjadi pelĺanggan kios bunganya.
Setelah acara pengesahan pernikahan di pagi hari, kini Juni berdiri di samping Cakra pada acara resepsi pernikahan mereka. Kejengkelan Juni menjalani semua prosesi pernikahan, sepertinya tidak memberikan dampak buruk kepada Cakra. Juni mengenakan gaun pengantin yang dibelikan oleh Cakra, berwana putih pas badan dengan bahan transparan di bahu. Gaun itu melekat sempurna di tubuh Juni yang langsing. Bagian yang sedikit melebar pada lutut hingga mata kaki, memberikan kesan jenjang pada kaki Juni.
"Tersenyumlah, Sayangku. Jangan tunjukkan muka tidak ramah pada teman-temanku yang rata-rata juga rekan kerjaku." Cakra memperingatkan Juni dalam bisikan pelan.
"Salahmu sendiri menikahi aku," sengit Juni.
"Jadi ini semua kesalahanku, ya, Sayangku? Kupikir ini semua adalah kesepakatan kedua belah pihak. Jika kau merasa terpaksa, aku bisa membatalkan dan menghentikan semua ini sekarang juga. Bagaimanapun, kau yang lebih berkepentingan di sini. Sangat mudah bagiku untuk mencari karyawan baru setelah aku memecat bapakmu," geram Cakra dengan rahang mengetat.
Juni tahu dia telah salah berbicara. Ucapan Cakra beberapa hari yang lalu benar, pria ini tidak berkompromi dengan orang yang menyinggung harga dirinya dan hari ini Juni telah menyentuh harga diri Cakra. Kesalahan yang tentu akan berefek fatal untuknya dibandingkan untuk Cakra. Cakra bisa mencari perempuan lain, tetapi Juni tak akan bisa melihat sang bapak terpuruk tanpa pekerjaan. Di mana dapat menemukan pekerjaan untuk orang seusia bapaknya? Juni harus berpikir logis di sini.
"Baiklah, aku minta maaf," kata Juni mengalah."
"Wah, sepertinya akan ada badai salju yang menyatroni kota Malang mendengar istriku yang biasanya ketus kini bisa meminta maaf," ledek Cakra.
Juni makin geram mendengar kalimat Cakra. Meski dia pilih mengalah dalam pernikahan ini, tetapi kejengkelan tetap memenuhi hatinya. Baginya menyelamatkan Hadinata dari keterpurukan adalah pilihan terbaik yang harus dia lakukan.
Baru pertama aku tau ada pernikahan yang jengkelin. Yang pernah tau hal serupa langsung bagi cerita dong 🤭🤭
Love, Rain❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala Juni
RomanceCover by @henzsadewa Kesalahan satu malam yang dilakukan Juni membuatnya menjadi pendiam dan menutup diri dari pergaulan. Hari-harinya hanya dia lalui dengan bekerja dan keluarga besar di akhir pekan. Cakrawala dipertemukan dengan Juni setahun setel...