🦋 07. Cakra ingin Anak 🦋

3.5K 381 84
                                    

Selamat malem, temans 😊❤
Sekali-kali Cakra dateng telat ya, sebelum berangkat kerja dan lembur bagai quda🤣

Sebulan setelah pernikahannya, Juni menerima kedatangan Rea di rumah Cakra. Sahabatnya itu tampak spektakuler, mengenakan celana selutut dengan atasan model sabrina berwarna hitam, rambut yang tampak baru diluruskan, dan menenteng handbag berwarna abu-abu. Wajah Rea berbinar begitu mengamati wajah Juni yang tidak dilihatnya sejak hari pernikahan.

"Cantik banget sih, sudah nggak berhemat lagi?" Juni menarik rambut Rea sebelum mengajaknya duduk.

Bersamaan duduk di sofa ruang tengah, Juni mengurai senyum ramahnya seperti biasa. Hatinya senang Rea datang siang itu, rasa bosannya benar-benar sudah menggunung karena tidak pernah keluar rumah. Kegiatan Juni hanya mengunjungi keluarganya saat akhir pekan, itu pun bersama Cakra dan kembali ke rumah mereka pada jam 10 malam.

"Enak aja nggak berhemat. Itu bukan aku, kan?" Rea mencolek dagu Juni dengan telunjuknya dan tergelak. "Kamu cantik, Jun, makmur jadi istri Mas Cakra?"

"Menurutmu gitu?" Juni mengangkat kedua alisnya jenaka.

"Iya, dong. Nyonya bos, diam di rumah aja tetep merdeka, yess ...."

"Mau tukar?" Juni menyentil dahi Rea sementara temannya itu hanya tertawa keras.

Rea mengamati seisi rumah Cakra, dimulai dari ruang tengah yang menurutnya nyaman dan bersih, melirik ke dapur yang hanya di sekat oleh meja besar dengan akuarium raksasa di atasnya. Lalu ke arah tangga berbentuk L dari kayu yang terletak di samping tempat duduk mereka, serta taman kering dengan bebatuan putih di bawahnya.

"Kalau Mas Cakra mau, aku pasti setuju." Rea nyengir setelah jawaban yang dia lontarkan. Kedua tangannya menutup mulut seolah baru saja mengatakan suatu kesalahan.

Juni menghela napas, betapa hampir setiap orang berpikir bahwa dia bahagia berada di dalam istana Cakra. Apa yang terjadi di dalam rumah ini, Juni tidak akan menceritakannya kepada orang lain, tetapi dia bisa bersikap seolah-olah bahagia dengan cara menyembunyikan setiap keluh kesahnya. Kejengkelannya tidak pernah memudar meski sikap Cakra mulai melunak, Juni hanya sedang menunggu kesempatan untuk bisa kembali bekerja sesegera mungkin.

"Jun, tau nggak sih? Sejak suamimu ikut andil di kios kita, penjualan naik pesat. Kita juga dapat langganan besar yang rata-rata kantor dan kafe temannya." Rea menjelaskan tiba-tiba.

Bagai petir di siang bolong, Juni merasa bagai tersambar telinganya. Rea bilang Cakra ikut andil dalam kios mereka? Apa-apan itu? Jadi itu alasan Juni dilarang bekerja? Supaya pria otoriter itu dapat mengambil alih kios yang sudah dia rintis dari nol menjadi sesuka hatinya dan sok bos di sana?

"Trus ngapain kamu ke sini kalau kios rame?" Juni bertanya ingin tahu, bersamaan dengan itu simbok datang membawa es teh dan brownis di piring.

Juni memindahkan teko es teh dan gelasnya dari nampan ke meja. Simbok mengulurkan piring brownis dan Juni menerimanya lalu meletakkannya di depan Rea. Sepeninggal simbok, Juni menuang es teh ke dalam gelas dan menyerahkan satu gelas kepada Rea. Rea menerima dan langsung meneguknya hingga separuh gelas.

"Kata suamimu, Sabtu masuk setengah hari saja, lagipula omset kita tetap besar walaupun buka hanya setengah hari."

Rasanya Juni ingin berteriak berteriak sekeras mungkin, melampiaskan kemarahan yang semakin menumpuk dalam dadanya. Membuat suaminya mendengarkan setiap protesnya lalu menuruti semua yang dia inginkan. Bila perlu, Juni akan memukul pria arogan yang sayangnya adalah suaminya.

"Ini ... lihatlah," Rea mengulurkan sebuah tablet yang langsung diterima oleh Juni, "laporan kita sejak kamu menikah sampai bulan kemarin."

Rea benar, kios mereka maju pesat sejak Cakra ambil bagian di sana, tetapi Juni tetap merasa emosi akan hal itu. Sebenarnya Juni senang mengetahui bahwa apa yang sudah dia perjuangkan menjadi lebih baik sekarang. Masalahnya adalah kelancangan suaminya, pria itu dengan seenaknya mencampuri usahanya tanpa ada kata-kata yang disampaikan padanya sebagai izin.

Cakrawala JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang