Menikah

2.1K 216 23
                                    

"Menikah?" Harry terkejut.

"Menikah," Draco mengangguk, "Sebentar lagi akhir tahun pelajaran..." dan sudah waktunya untuk melakukan agenda dari Pangeran Kegelapan.

"...sebelum liburan musim panas."

Seketika itu juga, Harry tahu maksud dari omongan Draco. Bahwa mungkin ini akan menjadi terakhir kali mereka bersama. Draco menatap Harry lekat-lekat untuk memetakan wajah kekasihnya dalam ingatan tanpa kurang satupun. Setengah hati... dia yakin bahwa mungkin dia tak akan berumur lama mengingat misi yang diemban tak bisa dilakukannya. Pangeran Kegelapan tidak terkenal dengan kebaikan hati jika ada yang gagal menjalankan misi.

"Kita bisa menikah ala muggle seperti yang kau ceritakan," Draco tidak bisa menikahi Harry dengan cara penyihir yang ribet dan membutuhkan keluarga untuk hadir. Namun, dengan cara muggle pun, keduanya tahu bahwa tanpa saksi, pernikahan itu tidak sah. Hanya akan menjadi momen penting mereka berdua. Draco berbisik, "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku sebagai suamimu, Harry..." meski tak ada yang tahu, dilanjutkannya dalam hati namun Harry bisa merasakannya.

Hijau kembar tergenang air mata tertahan. Dia tidak ingin percaya bahwa Draco mengindikasikan hidupnya tak akan melewati musim panas tahun ini begitu dia kembali ke Manor. Harry menatapnya sedih tanpa menjawab apa-apa jadi Draco bertanya lagi, "Apa kau mau menikah denganku, Harry James Potter?"

Tersenyum kecil, Harry berkata, "Aku mau." Kemudian mencium bibir Draco lagi. Melepas ciuman, Harry mengelus lembut surai pirang Draco dengan penuh kasih. Draco tersenyum, "Datanglah ke Kamar Kebutuhan dengan pakaian pengantin muggle."

Harry menaikkan alis, bibir menahan tawa, "Apa itu berarti kau juga akan pakai yang sama?"

"Kau meremehkan pengetahuanku soal fashion?" Draco membalas dengan penekanan. Harry tertawa kecil, menggelengkan kepala sebelum mencium pipi Draco yang membuat si pirang tersenyum. "Kembali sana ke Gryffindor, bersiap-siaplah. Aku akan menemuimu di Kamar Kebutuhan."

"Kenapa kita tidak ke sana sekarang sama-sama?" Tanya Harry.

"Dilarang untuk melihat calon pasangan sebelum pernikahan, Potter," Draco mencubit hidung Harry main-main. Harry tertawa, "Ternyata kau tahu juga, Malfoy."

"Tentu saja!" Draco melepas Harry, "Pergilah, jangan terlambat datang." Harry meninggalkan Draco dan kembali ke Menara Gryffindor dengan Jubah Tak Kasatmata. Meninggalkan Draco sendirian. Dia termenung menatap langit-langit sebelum terdengar suara sibakan jubah. Melirik ke sumber suara, Draco bertatapan dengan Severus Snape. Mereka bertukar pandang lama tanpa ada yang bersuara.

"Keputusan yang gegabah, Malfoy," Snape mendekati ranjang anak didiknya yang kini duduk.

"Terima kasih pujiannya, Professor," balas Draco dengan sarkastik. Draco membuka selimut dan mulai berdiri.

"Aku tidak mengira seorang Slytherin akan mengambil langkah drastis seperti Gryffindor."

"Ada resiko di setiap langkah, Proffesor. Kenapa tidak aku memanfaatkan jika bisa mendapatkan yang kuinginkan?" Draco melirik dingin ke Kepala Asrama-nya. "Bukankah Slytherin cenderung memilih jalan menghalalkan segala cara untuk tujuannya?"

Snape terdiam dan mereka kembali mengunci pandangan.

"Apa kau akan melaporkanku?"

Berhadapan, mereka berdua tahu yang dimaksud Draco adalah Pangeran Kegelapan bukan Dumbledore. Snape diam beberapa sesaat sebelum menjawab, "Aku memiliki Janji Tak Terpatahkan dengan Narcissa untuk membantumu."

Draco tahu itu. Secara tak langsung, Snape menjawab bahwa dia tak akan melaporkan romansa Draco. Sekaligus teringat posisinya yang mengorbankan kehidupannya untuk seseorang yang dikasihinya. Menghalalkan segala cara untuk tujuan. Itu membungkam mulutnya. Bahkan di saat Draco bertanya, "Apa kau mau menjadi saksi pernikahanku, Professor Snape?"

Hariku BersamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang