"Mikha!" pagi-pagi sekali Bilsy dan Mikha sudah bermain kejar-kejaran di koridor sekolah. Mikha yang dikejar dan Bilsy yang mengejar. Kehebohan yang dibuat oleh kedua gadis itu membuat beberapa siswa yang ada di koridor berdecak tak suka.
"MIKHA, TUNGGU!" nafas Bilsy terengah-engah. Sudah lama ia tidak lari-larian seperti ini dan ternyata cukup melelahkan, ya.
Mengalah, Mikha berbalik badan. Mendekati Bilsy yang berhenti mengejarnya. Raut wajah Mikha kesal. "Apasih, Bil?!"
"Kamu mau ngapain ke kelas Jayden? Jangan macam-macam, ya!" tuding Bilsy.
"Pake nanya. Ya, mau labrak dialah. Enak aja dia tenang-tenang padahal udah buat lo nangis kayak semalam. Mana pas lo dipermaluin kayak gitu, dia gak ngebela. Emang ada sakit-sakitnya cowok lo itu, Bil."
Bilsy menghela nafasnya. "Udahlah, gausah. Nanti jadi makin rumit masalahnya. Gue sama Jayden pasti bakalan selesaiin baik-baik kok." digenggam Bilsy tangan Mikha. "Kita balik ajalah ke kelas. Semalam udah bolos lho, Kha." ajak Bilsy.
Mikha menarik tangannya. Bilsy sudah tau, pasti Mikha tidak akan menyetujui ajakannya semudah itu. "Nggak! Gimana lo sama Jayden mau selesaiin baik-baik? Lo berdua aja lagi berantem gini, gimana mau komunikasi? Cowok lo juga gak ada effort banget. Pokoknya gue mau labrak Jayden! Lo jangan halangi gue, ya, Bil!" Mikha tetap kekeh pada pendiriannya.
Bilsy terlanjur pusing. Bagaimana mau menghentikan Mikha? Tapi, perkataan Mikha juga tak sepenuhnya salah. Di kondisi seperti ini, sulit sekali membangun komunikasi di antara Bilsy dan Jayden. Bilsy juga tak tau harus sampai kapan mereka seperti ini ─ seperti orang asing yang tidak pernah kenal.
Bilsy terdiam di tempat sedangkan Mikha kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas Jayden.
Sesampai disana, Mikha langsung dibuat emosi oleh apa yang ia lihat. Bisa-bisanya Jayden asik tertawa dan beberapa teman-temannya.
Berjalan Mikha mendekati Jayden. Tanpa banyak omong, langsung dilayangkannya tamparan tepat di pipi Jayden sebagai salam pembuka. Mikha tak peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya. Baginya, pantas sekali Jayden mendapatkan ini.
"Maksud lo apa?" tanya Jayden dengan tenang selepas memegang pipinya yang di tampar oleh Mikha. Dapat Mikha lihat, bercak kemerahan membekas di pipi lelaki itu. Mikha tersenyum bangga atas hasil karyanya.
"Maksud gue apa? Gak ada, cuma mau nampar lo doang."
Jawaban dari Mikha membuat Shira yang ada di samping Jayden jengkel. Menyahutlah gadis itu, "Memang gil ─ "
Ucapan Shira yang belum selesai dipotong cepat oleh Mikha. "Diam atau gue lempar lagi pakai penghapus papan tulis? Select one."
Mendengar ucapan Mikha, beberapa orang di kelas itu terlihat menahan tawa. Hal itu membuat Shira semakin kesal di tempat. Tak ada yang bisa dilakukan lagi, Shira memilih diam.
Tatapan Mikha kembali ke Jayden. "Kalau tau tingkah laku lo sebrengsek ini, gak bakal gue kasih izin lo pacarin Bilsy. Cewek lo lagi di kondisi down, lo malah enak banget ketawa-ketawa kayak gak ada beban."
Kalimat terakhir dari Mikha sebelum pergi dari tempat itu membuat Jayden tersentak. "Putusin Bilsy kalau lo gak bisa buat dia bahagia sama lo. She deserves better."
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑
"Mikha!" baru masuk ke kelas, Mikha sudah disambut saja dengan suara teriakan Bilsy yang memanggil namanya.
Duduklah Mikha di bangkunya. "Mau mati gue, Bil, ngehadepin cowok lo. Bajingan banget. Bisa-bisanya dia asik ketawa sama temen-temennya. Gak waras emang. Lo juga kok mau sih pacaran sama cowok gila."
"Nggak tau, ah." balas Bilsy singkat. Sejak kejadian itu, Bilsy memang benar-benar kehilangan mood-nya. Suasana hatinya jelek sekali apalagi ketika mengingat nilai ulangan matematikanya.
"Apa sih, Bil, yang lo harepin dari cinta anak remaja ini? Ini serius, gue tanya."
"Mau library date bareng Jayden tapi gak pernah kesampean. Terus nanti masuk kampus yang sama, gakpapa jurusannya beda. Nanti kita berdua sama-sama belajar buat ngeraih masa depan, sering diskusi bareng juga. Kalau udah sama-sama sukses dan niat, gue mau nikah sama Jayden. Maunya sih gitu." Bilsy menceritakan impiannya. Impian yang belum pernah dirasakannya tapi Bilsy benar-benar ingin mewujudkannya. Tentunya bersama-sama dengan Jayden.
Ternyata susah banget, ya, hidup kayak di dongeng-dongeng. Bilsy membatin lesu.
Mikha tidak heran dengan impian Bilsy yang tidak jauh-jauh dari belajar dan diskusi tentang masa depan karna orangnya adalah Bilsy ─ si anak ambis.
"Gak semua orang sefrekuensi sama diri kita, Bil. Kalau lo kayak gitu, belum tentu Jayden juga. Cari yang bener-bener sevisi misi itu susah banget." kata Mikha, menghembuskan nafasnya.
Bilsy mengangguk. Tidak menyangkal ucapan Mikha karna yang dikatakan gadis itu memang benar adanya. "Jadinya, gimana, Kha? Gue setres nih lama-lama."
"Putusin ajalah, Bil. Pacaran itu ada untuk buat lo bahagia, kok lo malah setres? Rumit banget hubungan lo. Mana masih muda lagi." Mikha mengeluarkan pendapatnya.
"Goals lo apa?" Mikha bertanya kembali.
"Aku mau fokus belajar, dapetin nilai bagus, terus jadi penulis." jawab Bilsy.
"Reach your goals. Pacarannya nanti-nanti aja." kata Mikha setelahnya.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑
aku kalau jadi bilsy, mau mutusin
jayden ajaa :D hal hal yang ngga
penting buat dipikirin gausah
dibawa pusing 🙇🏻♀️EH TAPI AKU JUGA PENGEN LIBRARY
DATE BZJZJSNSSS 😩😩 PASTI
SERUUU BANGET GAA SI 🤩💞see u soon in next chapter 💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ select one ❞ ✓
Dla nastolatkówft. enhypen's jay ❝ Will we survive in the midst of the complexities that exist? At the end, we will not. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette