Berbincang

24 11 1
                                    

“ hai Hermes, wajahmu terlihat sumringah seperti itu ada apa?” tanya Apollo sahabatnya. Mereka tak sengaja bertemu saat hendak memasuki singgasana Zeus.
Seperti yang dikatakan Apollo tadi, wajah Hermes nampak sumringah. Rasa senang menyelimuti dirinya. Pasalnya ia sudah menemukan seseorang yang nantinya akan menyelesaikan kasus dari benda kecancuran itu. Ah mengingat benda itu membuat Hermes kesal sendiri. Ia menjadi repot. Namun apalah daya, ini sebuah perintah dari raja dewa, tak boleh dibantah.

“bukan apa-apa. Aku duluan.” Hermes masuk tanpa menunggu respon dari Apollo.  Apollo sendiri yang melihatnya hanya bergidik tak peduli.

Disana, Zeus lagi-lagi dikerumuni oleh tiga Dewi cantik. Dewi Hera, Aprodhite dan tentunya si Dewi perang Athena.
Mereka bertiga terus menerus mendesak Zeus agar cepat memutuskan siapa yang berhak atas apel itu.
Hermes menghampirinya, “maaf mengganggu obrolan santai kalian.” ucap Hermes sopan. Bagaimanapun juga Hera dan Zeus adalah dewa yang kedudukan nya lebih tinggi.

“oh Hermes, darimana saja kau?” tanya Hera yang sepertinya sudah tak sabar.
Namun Hermes sekilas menatap Hera tanpa menjawab pertanyaan nya itu.

Lain dengan Aprodhite, ia nampak sedikit relaks dari kejadian di pesta. Sedangkan Athena memasang wajah serius dan tak ingin bercanda, benar-benar mencerminkan Dewi perang.

“apakah kau sudah menemukan nya?” tanya Zeus. Hermes mengerti maksud dari pertanyaan Zeus ini.

“aku sudah menemukan nya. Dia adalah seorang laki-laki tampan.” jawab Hermes.
Zeus mengangguk paham.

“siapa dia?”

Hermes kikuk. Ia belum sempat bertanya siapa nama seseorang itu. “ tak tahu. Aku belum sempat berbincang dengannya.”

“kalian ini membicarakan siapa huh?! Ayolah aku tak sabar untuk mendengar keputusan mu Zeus.” Hera lagi-lagi mendesak agar segera memutuskan permasalahan apel.

“ dasar tidak sabaran.” Aprodhite mencibir tak suka pada Hera. Ia sangat yakin nantinya apel tersebut akan jatuh ditangannya.

“diam kau Aprodhite! Aku sedang tidak bicara denganmu.” ketus Hera melirik tajam.

Zeus menghela napas kasarnya. “begini saja. Kembali ke tempat kalian. Aku akan berbincang dengan Hermes. Silakan pergi.” bukannya Zeus mengusir, namun hanya saja agar perbincangan nya ini tak diganggu dan bersifat pribadi.

“baiklah ayah. Aku pergi.” Ucap Athena pamit meninggalkan mereka semua. tak suka membuang-buang waktu, lebih baik ia gunakan untuk merencakan bagaimana strategi saat berperang.

“ berapa lama lagi harus menunggu? Bukankah kau sudah berbincang dengan Hermes kemarin? Jika itu sudah lebih baik katakan sekarang.” ujar Aprodhite.

Zeus menatap Aprodhite datar, “ sudahku bilang, bahwa aku ini tidak bisa memutuskan. Lihat saja nanti.”

Aprodhite mendengus kesal. Ia berbalik arah meninggalkan mereka yang tersisa. Kakinya sengaja dihentakan sebagai luapan emosinya.

“ yasudah. Aku pergi dahulu suamiku.” Hera membelai pipi Zeus pelan. Tangannya yang lembut menyentuh kulit dewa itu. Setelah nya ia pergi. Melenggang meninggalkan Hermes dan Zeus.

“bagaimana?”

Hermes sontak menoleh ke Zeus. Ia cengo tak mengerti. Alisnya saling bertautan menandakan tak paham apa maksud itu. “bagaimana apa?” tanya Hermes balik.

“tentang seseorang itu.Yang kau katakan.”

Hermes mengerti. Ia mulai menjelaskan perjalanan dari menyelinap memasuki istana tanya karena keisengan belaka. Semakin dalam masuk, tak sengaja menjumpai lapangan luas yang diisi oleh beberapa orang yang sedang latihan memanah. Tak lupa terdapat panggung besar disisi lapangan, panggung tersebut diduduki oleh para petinggi kerajaan dan kerabat. Salah satunya putri Helena.
Hermes menceritakan detailnya saat ada seseorang menegur Helena karena sedari tadi hanya termenung murung. Hingga membuat Paris menoleh penasaran dan memerhatikan secara lekat. Tak disengaja hingga ketika Helena mengalihkan pandangan, tatapannya bertemu dengan manik mata si Paris.

Hermes tahu bahwa tatapan dari Paris ini adalah tatapan cinta akan tetapi lelaki tersebut tak menyadarinya. Entah kenapa Paris itu membuat Hermes sedikit tertarik. Lalu ia mencoba membuat kesimpulan siapa tahu saja Paris adalah orang yang tepat.

Zeus mengangguk paham mendengar cerita dari Hermes, “cari tahu siapa dia. Jika menurutmu itu yang terbaik aku tak masalah dengan itu.”

“baiklah aku pergi dulu. Aku akan mencari informasi tentang lelaki itu.” kata Hermes. Ia berlalu meninggalkan istana Zeus yang megah.

Yang dimaksud kan disinilah adalah seseorang itu Paris. Namun Hermes belum mengetahui namanya maka dari itu hanya menyebutkan dengan kata seseorang. Menurutnya mencari tahu tentang nama dan asal usulnya itu tak begitu sulit.
Rencananya ia akan mendatanginya ke istana di Sparta besok pagi. Niatnya sepulang dari Zeus Hermes ingin menghampiri Apollo. Lama sejak insiden apel, ia menjadi sibuk dan tak ada waktu untuk bermain.
Sempat tadi bertemu dengan Apollo, namun tak bisa mengobrol panjang. Ada yang lebih penting dari sekedar mengobrol.

PERANG TROYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang