Remember when you walked from the start!
——
Matahari semakin naik. Terik seolah memandikan Bumi dengan pancarannya begitu saja.
Bagi Sea, hal itu ada maknanya. Tidak setiap hari terik selalu menyengat, ya sederhananya seperti itu.
Duduk di teras kamar apartemen yang ia beli di temani satu cup ice Caramel Machiatto, Sea memangku laptopnya dengan jari yang tidak berhenti mengetikkan sesuatu disana. Sepertinya cerita ke enam akan segera tiba. Kita lihat saja nanti.
Dipeluk dari belakang tanpa peringatan, Sea berjenggit karenanya. Loritz terkekeh pelan lalu mengecup pelipis kekasihnya itu.
Hal yang selalu dilakukan Loritz saat sudah berdekatan dengan Sea adalah tidak bisa berhenti mencium perempuan itu dengan tiba-tiba dan terlalu sering. Baik saat mereka hanya berdua atau ada banyak orang lain di ruangan tersebut. Di mata Loritz, hal itu tidak berpengaruh pada audience yang ada.
"Ngomong-ngomong, kamu sudah dua jam mengabaikan aku." Mencium sekali lagi cerucuk leher sebelah kanan milik Sea, Loritz kemudian menenggelamkan wajahnya di sana.
Loritz meniup pelan dengan sengaja leher sang kekasih hati. Masa bodoh akan kemarahan Sea nantinya, toh, semua akan kembali seperti semula saat perempuan itu menerima ciuman yang lainnya. Hal itu terus terjadi berulang kali hingga mereka lelah menghitung.
Sea Bergidik kegelian hingga dengan sangat sengaja menarik telinga sang pria untuk ia jauhkan dari lehernya, "Mama kamu menelepon semalam, katanya kapan kamu akan menikah denganku." Biasa saja. Kalimatnya tidak memiliki emosi yang berarti. Sekedar harapan bahkan kekecewaan, Sea tak menaruhnya di dalam kalimat tersebut.
Loritz nyatanya berdiri dengan tegak kemudian. Ia menarik kursi sebelah lalu duduk. Kedua tangannya terkepal erat menjadi satu di atas meja sembari menatap pemandangan kota di bawah sana. Meski silau, ia harus tahan.
"Maka kamu memang harus menikahiku Sweetheart." Loritz menaruh harapan besar di kalimatnya tersebut. Ini kesekian kalinya dan laki-laki mapan tersebut juga sudah tahu jawaban apa yang akan Sea lontarkan beberapa detik lagi.
"Tidak sesederhana itu bukan." Senyumnya sungguh menawan. Senyum itu yang membuat Loritz jatuh hati pada penulis terkenal tersebut di awal perjumpaan mereka.
Kafe kekinian penjual kopi di salah satu persimpangan distrik Ikebukuro, Toshima, Tokyo, 2017 lalu, menjadi tempat pertemuan mereka pertama kali secara tidak sengaja.
"About the rumors, you and Natasha," Lirikan Sea, Loritz terima dengan kedikan di bahu seolah tidak peduli.
Kembali menatap pemandangan kota, "Hm-mn." gumamnya.
Sea menoleh dengan cepat ke arah kekasihnya. Sedikit tidak percaya pada respons lelaki tersebut, "Hanya itu?"
"You know her so well Sweetheart, am I right?" Natasha, penyanyi yang beberapa waktu lalu melakukan kolaborasi dengan Loritz adalah teman baik Sea.
Bertemu karena perempuan bersuara tinggi tersebut mengisi soundtrack film dari novel Sea beberapa bulan lalu.
"Sangat baik hingga aku tahu dia menyukaimu Babe!" Nada yang tinggi di akhir mampu menggambarkan bahwa seorang penulis berbakat di depan Dj tersebut tengah dilanda emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleutheromania
RomansaSea dan Sky bertemu tanpa disengaja oleh keadaan yang sama-sama menjepit. Namun siapa yang tahu dari situ ada masa depan menjanjikan untuk masing-masing diantaranya jelas terlihat di depan mata ... akan tetapi, semua tidak selalu semudah itu. ‼️ IN...