0.2

71 6 0
                                    

Are you alone?

——

Turntable, Digital Dj Controller, Launchpad, serta set komputer sebagai pelengkap, kini menghiasi meja besar di sudut kolam renang indoor milik kediaman Dj tersohor tersebut.

Dibilang kurang kerjaan tapi nyatanya tabel jadwal tidak ada yang kosong. Sekedar pergi ke sebuah pusat perbelanjaan saja, ia tak sempat. Jika dikatakan produktif, pemilihan waktunya sungguh salah.

Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat empat puluh tujuh menit tengah malam waktu New York. Memang New York terkenal salah satu yang tidak pernah tidur, meski begitu, bukan berarti memindah peralatan dari ruang yang seharusnya ke meja ala kadarnya dibenarkan juga.

Meski terkadang begadang adalah bagian dari dirinya. Tapi tetap saja.

Namun, Membunuh malam dengan menciptakan sebuah karya adalah hal yang kerap kali Loritz lakukan. Ia melakukan perannya dengan sangat baik untuk masalah yang satu ini.

Beberapa orang yang tadi membantunya kini tengah berkutat di balik meja bar yang memang sengaja Loritz bangun di salah satu kediaman mewah miliknya tersebut. Mengeluarkan botol red wine, Loritz menatap salah satu kru-nya itu dengan wajah mengejek jahil.

"Menikmatinya heh." Loritz menatap main-main lalu tertawa di akhir kalimat kala yang ia coba jahili memasang wajah serba bersalah.

"Hey ... hey ... calm down dude. Just kidding." Tawanya pecah juga.

Tidak akan ada yang merasa terganggu dengan bisingnya suara saat kediaman mewah miliknya berupa Griya Tawang tiga lantai dengan fasilitas menyentil jiwa iri setiap orang yang mengetahuinya. Setidaknya ia sendiri tahu, kebisingan yang ia buat bersambut langit megah di luar bangunan.

Mengusap dadanya kasar dua kali, laki-laki yang dijahili Loritz pun menatap atasannya pasrah, "Kalimatmu tidak menenangkanku dude." Yang justru memancing tawa Loritz kembali menggelegar di seluruh ruangan lantai tiga itu.

Tangannya sedari tadi tidak diam. Meski mulutnya mengejek setiap kru, mata menatap ke segala arah, ia sudah mulai memutar musik. Mixing tengah malam adalah salah satu hal favoritnya. Selain tidak akan ada yang mengganggu, ia bisa menyiapkan materi baru saat itu juga.

"Rex sudah menyiapkan semuanya, kan? Apa ada yang kurang?" Tory, salah satu kru Loritz untuk segala perlengkapan yang dibutuhkan timnya.

Loritz menggeleng, "I need new launchpad for another experience, kamu bisa menyiapkannya?" Tory terlihat mengangguk sebelum ia meneguk sekali lagi gelas sloki yang baru saja diisi Louise, rekannya seprofesi.

Jari telunjuk kanan dan kiri berkolaborasi untuk menekan setiap tuts pada launchpad, "Katakan pada Doutzen supaya perempuan itu tidak marah nantinya." ujarnya disertai gestur mengedikkan kedua bahu pada akhir kalimat.

Menaikkan volume secara perlahan, empat orang lainnya disana menggoyangkan badan mengikuti irama. Tory, Louise, Arzo selaku kameramen satu yang saat ini tidak sedang membawa kamera dan juga Daniel sang body guard, mereka berempat menemani malam Loritz.

Loritz tidak pernah gagal membuat seseorang menggerakkan badan mereka dengan reflek saat ia tengah memutar musiknya.

Begitu berlanjut dengan obrolan ringan tanpa topik berarti, mereka juga sudah membuka Wine botol kedua.

Eleutheromania Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang