0.5

45 3 0
                                    

The end is the beginning of journey.
Do you know?

——

Tidak ada yang mudah di Dunia ini, termasuk menyembunyikan kenyataan.

Bukan tentang; tinggal menunggu waktu maka akan terlihat dengan sendirinya. Tapi tentang; bagaimana supaya tidak terlihat.

"Sea! You here!" Natasha berteriak dari panggung utama menggunakan mic yang dipegangnya membuat banyak orang di lokasi tersebut menatap penyanyi itu dengan berbagai macam ekspresi.

Tesenyum tipis, Sea mengangguk dari kejauhan sembari melambai. Menatap sekilas sang kekasih yang menunduk dengan tangan sibuk pada perangkat Dj seolah tidak mengindahkan hadirnya perempuan cantik di sebelah.

Sementara Sea, perempuan itu berdiri sendiri setelah Rex pamit pergi beberapa saat lalu untuk menuju sound controller. Ada yang perlu dirubah kata Loritz, Rex hanya bisa menuruti.

Sedang di atas panggung, Natasha tengah menanyakan sesuatu yang mungkin saja di selali olehnya, "Kamu kenal Sea? Dia Type Sea kan? Penulis dari film yang soundtrack lagunya aku nyanyikan?" tanyanya dengan tanpa mic, menurutnya ini sedikit privasi tapi entah kenapa Natasha sangat penasaran kenapa Sea ada disini. Her mean, 'saat ini.'

Laki-laki itu mengangguk dengan pasti disertai senyum, "She's mine, sejak tiga tahun lalu." Tanpa beban. Loritz tidak mau masalah yang satu ini berlarut-larut. Menatap sekilas penyanyi tersebut sebelum kembali menenggelamkan fokus ke alat Dj sekali lagi.

Lama pertemanan Sea dengan Natasha belum setengah dari umur hubungan mereka. Ia tidak mau mempertaruhkannya. Tidak ketika tadi pagi perempuannya itu salah paham karena hal ini.

"W-What!" Begitulah reaksinya, tepat depan mic yang menyala tanpa sadar perempuan itu arahkan ke mulutnya membuat semua orang di ruangan menoleh menatap heran ke panggung utama. Tidak terkecuali Sea.

Wajahnya memerah sempurna. Mungkin merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri atau iri seketika memuncak. Hanya Natasha yang bisa menjelaskannya suatu saat nanti.

"Ke-kenapa tidak bercerita kepada aku..." Hampir seperti gumaman. Nyatanya perempuan itu seketika terhenyak. Ia teringat akan perkataannya tempo lalu, saat bercerita tentang dirinya yang menyukai Loritz.

Loritz masih tidak memperhatikan apa pun. Ia tetap memusatkan fokusnya pada seperangkat alat Dj, pun ketika Natasha berteriak sebagai respons, ia tidak peduli.

"Besok pukul empat sore harus sudah disini. Don't be late." katanya lagi tetap tanpa mau peduli suasana hati Natasha saat ini.

Malam itu berjalan alot sekali lagi. Baik Sea maupun Natasha tidak bertemu untuk bertegur sapa secara langsung. Natasha pergi tanpa pamit setelah instruksi Loritz yang menyuruhnya supaya tidak telat. Pun Loritz juga tidak mengatakan apa-apa kepada Sea sebagai penjelasan kenapa penyanyi Internasional tadi berteriak kaget saat gladi bersih.

———

"Hi! Mau dijemput?" Pukul tujuh pagi. Sea baru saja bangun dari tidur panjangnya sejak semalam. Pulang diantar oleh kekasih hanya sampai depan gedung Apartemen karena perempuan itu menolak keras Loritz yang akan bermalam.

Eleutheromania Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang