WARNING!!
.: Hadirnya Sebuah Rasa :.
TANGAN kanannya melingkar di pinggang Airish, sedangkan tangan yang tersisa menangkup leher belakang Airish sembari mendekatkan wajahnya pada gadis itu sehingga Airish bisa merasakan hembusan napas hangat Kevin yang menyapu di wajahnya dan membuat Airish sempat kehilangan kesadaran karena batang hidungnya sudah bersentuhan dengan hidung Kevin.
“Errm...what are you doing?”
Sambil memberikan senyum miring khasnya itu, Kevin menjawab. “I want to kiss you.”
Hm.. Wait...
“WHAA—“
Kevin tidak memberikan Airish kesempatan untuk melanjutkan ucapannya karena di detik selanjutnya bibir lembutnya sudah menempel di bibir Airish.
Di detik itu, Airish bisa merasakan bibir lembut Kevin yang menempel pada bibirnya. Airish terdiam saking terkejutnya, ia tidak bisa berpikir jernih. Airish yakin kalau ia pasti akan terjatuh ke tanah jikalau Kevin tidak memeluk pingganggnya. Matanya langsung terbuka lebar serta jantungnya serasa ingin lepas dari sarangnya.
Airish juga bisa merasakan kalau Kevin menarik ujung sudut bibirnya, lalu tidak lebih dari lima detik Kevin menjauhkan wajahnya dengan perlahan.
Mata mereka bertemu, Airish bisa melihat dengan jelas tatapan manik mata hitam Kevin yang sendu, dan ia yakin kalau saat ini Kevin melihat ke arah bibirnya sembari melemparkan senyuman tipis ke arahnya.
Tidak sampai dua detik, Kevin kembali mengecup bibir Airish. Ia mengecup bibir Airish sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, dan yang kelima kalinya ia benar-benar menciumnya.
Kali ini Kevin tidak hanya mengecup bibir Airish, Airish bahkan bisa merasakan kalau Kevin benar-benar melumat bibirnya dengan lembut, perlahan dan membuat Airish menggila karena semakin lama Kevin semakin mempersempit jarak diantara mereka berdua lalu menekan kepala belakang Airish untuk memperdalam ciumannya.
Jika saja jantung Airish itu seperti bom, sudah pasti Airish akan hancur lebur bersama bom itu. Jantungnya berdetak dengan kencang, sangat kencang. Bahkan, Airish merasakan senyuman dari bibir Kevin yang masih melumat bibirnya itu memberi tahu kalau Kevin benar-benar mendengar suara detak jantungnya itu.
Pipi Airish merah padam. Kalau ia tidak menghentikan ini semua, ia benar-benar akan terbawa suasana. Ia berniat mendorong dada Kevin dengan pelan, namun sialnya ia tidak bisa melakukannya karena tubuhnya dengan tubuh Kevin benar-benar tidak ada jarak sama sekali.
Setelah beberapa detik Kevin melumat bibir ranum milik Airish, Kevin menjauhkan bibirnya, lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Airish dengan pelan.
“Hei, kamu nggak mau membalas?” bisiknya dengan nada jahil yang tersirat.
Kevin tidak memberikan Airish kesempatan untuk menjawab, di saat Airish membuka mulutnya untuk menjawab, Kevin mencium bibir Airish lagi. Sepertinya Kevin menggunakan itu untuk memperdalam ciumannya dan mengecap rasa manis permen yang sempat Airish makan beberapa jam yang lalu.
“Manis.” Ucap Kevin.
Pipi Airish langsung merona, ia tidak bisa berpikir normal saat ini. Ia bisa merasakan bahwa Kevin terlihat seperti ‘sudah’ berpengalaman dalam hal berciuman, tidak seperti dirinya yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Saat bibirnya mulai turun ke leher Airish, Kevin mengeram. Kontan, Airish langsung menjauhkan kepalanya, Airish takut Kevin menyalahartikan sikap Airish yang membiarkannya itu. Airish juga tidak ingin ada kissmark yang membekas di daerah lehernya, ia malas menutupinya dengan BB Cream, karena menurutnya itu hanya membuang-buang waktu.Tapi saat Airish menatap wajahnya, Airish tidak melihat raut wajah yang penuh nafsu di wajah Kevin. Kevin bahkan tidak menatap Airish, dia hanya menatap tangannya yang berada di leher Airish.
“Kamu nggak ninggalin bekas?” tanya Airish penuh heran.
Kevin langsung menatap Airish lalu memiringkan kepalanya. “Nggak. Mau?”
Airish pun langsung menggeleng dengan cepat. Mengiyakan pertanyaan Kevin adalah sama saja ia bunuh diri. Bagaimana ia akan menjelaskan pada orang yang melihat tanda itu di lehernya. Apalagi kalau sampai Luffy tahu, Airish bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Kevin kalau hal itu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [2] - Feeling
Teen FictionPada akhirnya aku masih di sini, entah dalam keadaan apa dan untuk apa, tapi percayalah hati ini masih sama, masih untukmu. Aku tidak percaya laki-laki, karena semua laki-laki itu sama saja, mereka mampu memainkan perasaan perempuan dengan lihai, me...