Aku menikmati peranku sebagai karakter yang diciptakan Tuhan dan dengan cara sederhanaku ini semoga bisa mampu membuatnya tersenyum.
⛄⛄⛄
.: Belum Saatnya :.
“JADI, seberapa sering kamu ke sini? Kayaknya kamu akrab sama yang punya tempat ini.” Airish begitu penasaran ketika Kevin akrab menyapa pelayan dan juga koki saat memesan makanan tadi.
“Temennya Kafi yang punya tempat ini.”
Airish menyodorkan satu potongan kue ke arah Kevin, menyuruh cowok itu untuk memakannya juga. Dari kue itu masih belum di potong sampai sudah hampir habis, Kevin belum menyicipinya.
“Kafi siapa?”
“Yang kerja di bengkel Jay, abis pulang dari rumah sakit pekan lalu.”
“Oh. Sakit apaan?”
Kevin memasukkan satu sendok kue ke mulutnya. “Bukan sakit, tangannya patah sewaktu balapan.”
“Kok bisa sih?” Airish terkejut. “Terus sekarang udah sembuh?”
“Udah, tinggal masa pemulihan aja.” Kevin mengangguk kecil. “Motornya di senggol sama penantang lain.”
Airish membulatkan matanya. “Itu curang dong namanya!”
Seulas senyum tipis Kevin perlihatkan, “Nggak ada yang namanya keadilan dalam suatu kegiatan ilegal, Airish.”
Dalam hati Airish membenarkan perkataan Kevin, ia menganggukkan kepalanya. “Iya juga sih.”
“Lumayan parah kondisi tangannya, untungnya waktu itu anak bengkel semuanya lagi di Ertex. Jadi dia langsung di bawa ke rumah sakit.”
“Apa orang-orang di Ertex itu semuanya kayak Jay sama Hiko?”
Alis Kevin bergerak naik sebelah, “Apa maksud kamu?”
“Maksudku, tampangnya mafia tapi hatinya Hello Kitty.” Ujar Airish. Kesan pertama saat bertemu Jay dan Hiko di dekat sekolahnya memang sedikit menyeramkan. Terutama dengan tato kecil di tangannya, tubuhnya yang kekar dan persis seperti preman kelas berat.
Kevin langsung terkekeh, bahunya bergetar hebat, dia sampai menutup mulutnya menahan tawanya itu. “Emang Jay sama Hiko kayak gitu?”
Airish langsung mengangguk dengan cepat. “Iya, waktu pertama kali liat Jay sama Hiko itu serem, tapi pas kenal kayak Hello Kitty hatinya.”
“Kalau aku?”
Oke, ini pertanyaan mematikan bagi Airish. Ia langsung meneguk air saliva-nya serta meneguk air minum untuk memberi waktu untuk menjawab pertanyaan mematikan itu.
“Kamu ya...” Airish meletakkan gelas di atas meja. “Ini menurut mataku aja loh. Katanya kamu macho dan cool.”
Airish langsung malu dalam sekejap mata, namun ia juga tidak bisa berbohong pada cowok yang ada di depannya ini.
“Kata-nya atau kata kamu, ha?” Kevin menyeringai, dia menyugingkan senyum miring khas nya itu. “Aku nggak akan bohong kalau mau denger itu lagi.”
“Ih, kamu belum jawab pertanyaanku.” Salah satu cara agar Airish tidak berlarut-larut dalam perasaan malu adalah melarikan diri dari topik yang tadi.
“Yang mana?”
“Pas aku tanya orang-orang di Ertex itu kayak gimana?”
Seorang waitresses datang ke arah meja makan mereka dengan es krim vanilla yang terlihat sangat menggiurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [2] - Feeling
Novela JuvenilPada akhirnya aku masih di sini, entah dalam keadaan apa dan untuk apa, tapi percayalah hati ini masih sama, masih untukmu. Aku tidak percaya laki-laki, karena semua laki-laki itu sama saja, mereka mampu memainkan perasaan perempuan dengan lihai, me...