Bahwa dicintai, mencintai, ditinggalkan dan meninggalkan bukan perkara yang mudah
*bagi yang benar-benar tulus⛄⛄⛄
.: Tertangkap Basah :.
"BUNDA I love you."
Saat ini Airish telah menghabiskan sembilan lembar roti tawar berselai cokelat-kacang ditambah segelas susu dingin rasa vanila sebagai pelengkap sarapannya sebelum ke sekolah.
"Bun, I love you so much." Airish mengekori kemanapun Bunda Kia pergi. Hal itu membuat Bunda Kia menjadi risih dan mengusirnya beberapa kali untuk menjauh.
"Kayaknya hari ini lipstik Bunda baru ya? Warnanya bagus, cocok sama kulit Bunda." Airish tengah memperhatikan Bunda Kia yang tengah mencuci piring bekas mereka sarapan. Bunda Kia hanya terdiam dan tidak mempedulikan Airish yang masih mengoceh.
"Hmmh, bukan dari lipstik deh. Nggak tau kenapa tuh hari ini Bunda bersinar banget. Hampir kalah saing sama matahari."
Airish terus mengoceh, tapi Bunda Kia masih melanjutkan aktivitasnya.
Tidak terasa Bunda Kia telah menyelesaikan semua cuci piring yang kotor di wastafel, kemudian matanya menangkap gadis dengan berseragam sekolah yang lengkap dihadapannya.
Airish menjentikkan jarinya. "Ah! Aku tau."
Wajah Airish langsung senang ketika memperhatikan bentuk tubuh Bunda Kia dari atas hingga ke bawah dengan mata yang berbinar-binar.
"Bunda kurusan ya." jedanya "Pantesan ada yang bersinar hari ini." Airish menyengir.
"Nggak usah ngerayu, nggak ada duit jajan tambahan." Potong Bunda Kia dengan cepat.
Raut wajah gembira yang sengaja Airish tunjukkan di depan Bundanya mendadak sia-sia, susah payah dia terlihat gembira dan memujinya. Ia langsung cemberut.
Airish mendesah. "Tapi aku nggak minta duit jajan, Bun."
Bunda Kia menatap puterinya dengan jengah. "Kalau bukan jajan terus apa? Komik? Cat air? Cat tembok? Nggak. Kalau kamu begini terus, kapan bisa masuk Louis. kamu sendiri kan yang mau masuk sana."
"Aku nggak minta itu semua kok."
Bunda Kia berbalik menatap Airish. "Terus, kali ini apa?"
Saat Bunda Kia bertanya, Airish langsung menyugingkan senyumnya, kemudian dia menarik ujung sudut bibirnya lebih lebar sehingga menampilkan deretan gigitnya yang rapih.
Airish cengengesan. "Aku mau minta tanda tangan Bunda di surat."
"Surat apa?" tanya Bunda Kia dengan cepat.
"Surat izin aku nggak masuk sekolah hari ini." Mata Airish langsung berkedip-kedip. Dalam beberapa detik kemudian, Bunda Kia langsung menaruh telapak tangannya di dahi Airish.
"Kamu nggak panas, kok."
Airish menyingkirkan tangan Bunda Kia. "Aku emang nggak sakit, tapi aku butuh tanda tangan Bunda. Plis ya, Bun."
Bunda Kia langsung memicing tatapan yang tajam ke arah Airish. "Kamu nggak masuk sekolah terus mau kemana? Bolos? Kamu nggak mungkin di rumah seharian, mau pergi kemana kamu? Jangan-jangan mau ikut turnamen game itu lagi?"
Mata Airish langsung terbuka lebar, kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Nggak Bunda, suer."
Airish berkata jujur, meski ikut turnamen Free Fire adalah salah satunya. Tapi, hari ini ia ingin beristirahat. Kalau bersekolah cuma belajar, makan lalu pulang, mungkin ia bisa hadir, tapi karena hari ini ada ujian, mana mungkin ia bisa menjawab pertanyaan dengan benar-walaupun sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [2] - Feeling
Teen FictionPada akhirnya aku masih di sini, entah dalam keadaan apa dan untuk apa, tapi percayalah hati ini masih sama, masih untukmu. Aku tidak percaya laki-laki, karena semua laki-laki itu sama saja, mereka mampu memainkan perasaan perempuan dengan lihai, me...