tetesan embun pagi tidak lagi menyejukkan raganya, hembusan angin berhenti menyentuh jiwanya, dan sukacita tidak lagi mampu menyapanya.
hampa.
setelah panjang penantian sang raja akan datangnya hari dimana yang dicinta kembali hadir dipelukan, semua itu hanya impian. sudah 10 tahun na jaemin pergi, tidak ada kabar yang datang, tidak ada gunjingan yang terdengar, hanya kekosongan yang diberikan si manis dari korea.
jeno marah, jelas. namun dirinya mengerti mau murka pun tidak akan ada yang berubah, sang bidadari malam tidak pulang kepadanya. entah urusan apa yang jaemin kerjakan, yang jeno harapkan hanyalah keselamatan serta kebahagiaannya.
kerajaan macedonia berkembang pesat segera setelah semua tugas dilimpahkan pada putra tunggal jaehyun. semua aspek kehidupan baik itu keuangan, persenjataan, diplomasi, bahkan perdagangan serta pertanian mencapai puncak kejayaannya. jiwa terampil jeno dalam memimpin suatu kerajaan telah terbukti dengan nyata.
laki-laki berusia 27 tahun itu kini sedang duduk tenang dan berbincang dengan sepupu seumurannya, membahas sedikit tentang bagaimana mereka melaksanakan hidup masing-masing. haechan tidak lagi tinggal di macedonia, ia ditugaskan menjadi wakil diplomat di sparta, negara tanpa benteng perlindungan.
"bagaimana kabarmu jeno?"ujar haechan. pemuda yunani-persia itu terlihat semakin menawan, rambut pendek sedikit ikal dan sewarna madu itu menghiasi tampang eksotis nan seksi. tatapan teduh yang mengintimidasi itu menambah kesan 'mahal' dari dirinya.
"ya begitulah, tidak ada yang istimewa. bangun tidur, mandi, lalu bekerja, kadang-kadang juga aku menyempatkan diri untuk merindu."
"kamu harus merelakannya, jeno. tolong cintailah dirimu sendiri."
"aku memang sudah rela, aku rela menunggunya hingga waktu lelah untuk terus berjalan."
haechan menghela nafasnya berat, sepupu tampannya itu tidak pernah lelah untuk menanti. padahal ini sudah tahun kesepuluh si manis itu pergi ke kampung halamannya, janji indah sebelum kepergiannya semakin lama makin pudar bagi haechan, tetapi untuk jeno secercah kalimat itu masih menjadi impian yang kemungkinan besar terwujud.
raja macedonia itu tumbuh semakin dewasa sepanjang tahun, tidak ada lagi aura kekanakan yang dulu mengiringi langkahnya. kini ia ada sebagai figur lelaki dewasa dengan seribu pesona, menarik perhatian berbagai kalangan manusia, tetapi menepisnya juga dengan beribu alasan karena cintanya pada raja korea.
manusia biasa seharusnya bersyukur, cerita cintanya sederhana dan tidak diselimuti masalah seperti kedua insan pimpinan dunia. pertama dipisahkan oleh nenek si dominan, lalu sekarang dipisahkan oleh keluarga sang submisif. cerita mereka terlalu rumit dan mengiris hati.
dulu jeno terlalu naif untuk membiarkan jaemin pergi begitu saja, padahal jika dirinya lebih dewasa ia akan mengurung pria cantik itu dalam kamar. tidak ada yang boleh membawanya pergi, walaupun itu si pencabut nyawa. hanya seorang jenoicuss yang boleh memiliki na jaemin, tidak ada yang lainnya.
bau wewangian yang dulu digunakan oleh sang pujaan hati adalah satu-satunya yang bisa membasahi hati keringnya, menemaninya disaat malam ketika ia sudah tidak sanggup lagi menahan beban rindu yang bergejolak. berat, jeno kadang kali meneteskan air matanya diatas ranjang jaemin sebagai saksi manis percintaannya. ia rindu tiap lekuk indah yang dimiliki sang bidadari, jeno ingin miliknya kembali lagi.
"jeno, aku harus pergi dulu. aku baru ingat ayah memintaku untuk membantunya menulis laporan pembelian pedang minggu lalu."
haechan segera menghabiskan teh segar yang tadi disajikan oleh pelayan istana, teguk demi teguk ia lakukan untuk menelan keseluruhan cairan nikmat berbau wangi tersebut. si tampan yang ada diseberang lantas mengangguk ringan, membiarkan sang sepupu kini berdiri untuk pergi dari ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Palace | Nomin☆
Fanficnomin ancient greek content! jeno kecil tahu, rasa aneh menggelitik ketika melihat jaemin tersenyum itu salah. tapi jeno dewasa tidak mau tahu, selama ia masih bernafas, selama ia belum ditarik kranos ke neraka, ia akan tetap menjaga laki-laki itu d...