You Might Be Sleeping

360 35 8
                                    

Hamad International Airport, Qatar
20 Agustus 2020
Pukul 23.00

Larut malam dan suasana bandara terasa lebih dingin dari biasanya karena tidak banyak yang datang dan bepergian malam ini. Carissa memberi salam perpisahan pada rekan timnya yang rata-rata juniornya. Di pintu keluar, ia menunggu Isha yang masih mengantri untuk keluar dari gerbang imigrasi.
"Whoa, you haven't tell me what's your purpose of coming here", ujar Carissa pada Isha yang baru saja menghampirinya.
Ponselnya berdering, panggilan masuk dari Mateen.

"Hey, Ca. I'll be there soon. Just give me 10 minutes, wait me at the pick up lobby"
"Iyaaaaa.. Santai aja. Aku juga baru ngambil koper kok"
"Hahaha, alright. I'll call you later. Can't wait to see you"

"Is that your boyfriend?", tanya Isha sambil cengegesan dan mendelik penasaran.
Carissa berdeham, "jawab dulu pertanyaan gue", interogasinya dengan nada berat, namun senyumnya tak dapat disembunyikan.
"Alright, alright. I came nak jumpa my ex boyfriend. The one that i told you last night. He's in Doha now", jawab Isha sambil menyelipkan rambutnya dibelakang telinga. Carissa mengangguk mengerti, "and just like that? Is he gonna pick you up now?", tanyanya lagi.
Isha menggelengkan kepalanya, "dia belum tahu aku datang", jawabnya dengan ekspresi datar.
Seketika, Carissa langsung panik. "What?! Kenapa lo gak ngabarin dia? Terus nanti lo disini gimana? Tidur dimana? OMG! Lo stay di dorm gue aja ya, gak mau tau", ujarnya panjang lebar dengan mimik wajah bagaikan seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya.
Isha tertawa terbahak-bahak, "Ca! You don't need to worry about me! Hahaha. Everything is fine, i've managed everything. Calm down, girl", katanya menenangkan Carissa.
"Bukan gitu loh, Sha. Aduh, pokoknya lo kabarin gue terus ya selama di Doha. Walaupun gue bakal sering pergi-pergi, sih. But at least, if you need anything, of course i'll help as much as i can", respon Carissa. Isha dengan refleks memeluknya. Keduanya memang baru saja berkenalan, namun ketulusan pertemanan di antara mereka terlihat sangat nyata.
Mereka berjalan menuju ke pick up lobby sambil berbincang-bincang.
"Your boyfriend is gonna pick you up?", tanya Isha.
Carissa mengangguk, "yeah"
Mobil Rolls Royce berhenti tepat didepan mereka berdua. Carissa merasa dèjavu, teringat waktu pertama kali Mateen mengantarkannya pulang ke hotel sewaktu di Bangkok. Tersungging senyum di bibirnya.
"Ca, my driver is here. Let's wait inside until your boyfriend come", ajak Isha, supirnya langsung membukakan pintu untuk mereka.
"Wah, gila. Orang Brunei pada kaya-kaya banget, ya. Apa kebetulan aku ketemunya yang emang orang kaya, ya? Rolls Royce serasa taksi online!", ujar Carissa dengan celingak-celinguk bodohnya.
Isha masuk kedalam mobil, "come on! Just get in", ajaknya lagi seraya menarik lengan Carissa.
Belum sempat Carissa menginjakkan kakinya ke aspal, mobil Mateen sudah sampai tepat dibelakang mobil Isha.
"Sha, gak usah. Gue udah dijemput. Thank you yah, Sha!", pamitnya bersemangat lalu masuk kedalam mobil Isha untuk bercipika-cipiki.
Isha memeluknya, "let's catch up soon, okay? Send my greetings to your boyfriend! Thank you, Ca!", ujarnya, yang dibalas dengan anggukan. Carissa melambaikan tangannya sampai mobil Isha melaju meninggalkannya.
Carissa berjalan ke mobil Mateen, baru saja ia hendak membuka pintu belakang, dilihatnya Mateen menyetir sendiri. Ia langsung tersenyum lebar dan duduk di kursi depan.
"Eyyy.. Look who's here! Oh, i'm so excited to see you that's why i'm a bit late. I'm sorry", ujar Mateen bersemangat, bibirnya dibuat-buat mengatup layaknya anak kecil.
Dimasukkan tangannya ke saku blazer, "orang kalau excited biasanya datang lebih cepet, sih", respon Carissa menggoda Mateen dengan pura-pura marah. Mateen tertawa, di acak-acaknya rambut Carissa dengan lembut.
   "Duh, yang di acak-acak rambut, yang berantakan hati gue", ujar Carissa dalam hati sambil menahan tawa.
Mateen melajukan mobilnya sambil menyetel lagu, sebuah video klip menyala di layar audio.
"Is that your cabin crew friend? The person that you were talking to earlier", tanya Mateen.
   Musik mengalun dengan indah mengiringi perjalanan mereka. "Oh, iya. Aku belum cerita", jawab Carissa. Ia mengecilkan suara audio.
   "That's Isha, a friend of Davina. Aku sempat cerita kan kemarin malam, aku ketemu Davina dan dia bawa temannya yang orang Brunei", kata Carissa. Mateen mendengarkan dengan seksama.
   "This morning, suddenly. She contacted me and said that she had to go to Qatar today. Katanya penting banget", lanjut Carissa.
   Mateen mengernyitkan dahinya, "Penting?", tanyanya.
   "Iya, penting. Tentang love-life gitu, deh", lanjutnya. Carissa tidak mau melanjutkan tentang cerita Isha, karena menurutnya ia tidak berhak untuk menceritakan masalah orang lain, terlebih orang yang baru dikenalnya.
   Baru saja Mateen ingin bertanya, Carissa langung mengganti topik. "So, how's about the apartment? Have you find the right one?", tanyanya.
   "Haven't, but tomorrow i'll check the last one with Miss Sierra. You wanna join?", jawab Mateen.
   Carissa menggeleng, "Kayaknya nggak, deh. Aku mau istirahat dulu. Gimana kalau kita makan malam sama-sama besok?", ujarnya sambil menunjukkan senyum tiga jarinya.
   Tentu saja Mateen tidak bisa memaksanya, terlebih Carissa baru saja sampai di Doha tengah malam.
   "Sure, i'd love to", responnya. Tangan kanannya meraih jemari Carissa dan perempuan itu balik menggenggamnya.
   Alunan lagu dari Jakob Ogawa mengiringi malam yang hangat antara Mateen dan Carissa. Sepenggal lirik terngiang-ngiang di kepala Mateen.
   'Baby, when you're near.. It's warm inside. Sometimes when you stare, our hearts entwine..'

Nothing In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang