I Hope You're Happier

371 37 4
                                    

Angin malam ini terasa menusuk tulang-tulangnya. Hujan mengguyur lebat bagaikan musim gugur yang mulai memasuki masanya, bahkan penghangat ruangan pun seakan tak berfungsi.
Mateen benar-benar terjaga. Pikirannya bercabang-cabang memikirkan ketidakmungkinan yang selama ini tak pernah terbayangkan olehnya.
Kebetulan-kebetulan janggal yang dialaminya setelah Carissa kembali dari Milan membuatnya sangat terganggu dan benar saja, semua kebetulan itu ada maksudnya.
Ia menggigit bibir bawahnya. Perasaannya benar-benar campur aduk. Marah, kecewa, sedih, benci, semuanya bergemuruh didalam hatinya. Tak sadar, ia mengepal sebelah tangannya. Menahan amarah.
'She can't just come to me again like nothing ever happened before. I'm not ready to see her', ujarnya dalam hati.
Mateen menyadari mulai ada keanehan semenjak ia menjemput Carissa kemarin di bandara.

"That's Isha, a friend of Davina"
"This morning, suddenly. She contacted me and said that she had to go to Qatar today"

Ketika di restoran tadi, ada seorang pria yang memperhatikan gerak-geriknya. Sebenarnya, ia sudah terbiasa diperhatikan bahkan dibuntuti oleh orang yang tak dikenalnya. Namun, pria tadi benar-benar mengganggu pikirannya. Mateen yakin bahwa ia pernah melihat pria itu sebelumnya, sampai tadi setelah ia mengantar Carissa pulang, ia tahu siapa pria itu.
Pria itu adalah seseorang yang mengikuti mobilnya ketika ia dan Carissa sedang dalam perjalanan menuju ke restoran.
Pria itu adalah seseorang yang membukakan pintu mobil untuk Carissa di bandara, ketika Anisha mengajaknya masuk ke dalam mobilnya.
Pria itu adalah pengawal pribadi Anisha dari UK.
Dan saat ini, Anisha sedang bersama Carissa.
Kepalanya serasa mau pecah, ia tidak siap untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk.
'I really hope you leave me, Sha. Please'

***

   Pagi ini Carissa sudah meninggalkan unitnya untuk jogging disekitar asramanya. Anisha terbangun dari lelapnya dengan mata yang sembab, dilihatnya pantulan wajahnya di cermin. Penampilannya sangat kacau.
   Alona sudah kembali dari Singapura jam 6 pagi tadi. Carissa sempat bertemu dengannya ketika ia sedang bersiap-siap.
   "There's my friend inside, hopefully it doesn't bother you. She's really fucked up", kata Carissa tadi pagi pada Alona.
   Alona menepuk bahunya, "it's ok. Your friend is my friend too", responnya santai.
   Anisha berjalan keluar kamar, dilihatnya meja makan yang sudah disediakan sarapan. Di meja itu, terdapat post-it berwarna kuning.

   "Sha, jangan lupa sarapan, ya. Ini udah gue siapin semuanya. Kalau perlu apa-apa, kabarin gue aja. Gue bakal balik agak lama, ada janji lunch sama senior. Bon appetite!"

   Senyumnya mengembang. 'Thank you so much, Ca', ujarnya dalam hati.
   Seraya memakan sandwichnya, ia memikirkan tentang kejadian malam tadi, ketika pengawalnya memberikan informasi tentang Mateen.
   Matanya berkaca-kaca, ia tak sanggup membayangkan kenyataan bahwa Mateen benar-benar telah menemukan penggantinya. Seketika, nafsu makannya hilang.
   Di ambilnya ponselnya dikamar. Anisha mencari kontak Mateen di ponselnya. Sesaat, ia merasa sedikit ragu namun itulah tujuannya datang. Ia ingin menemuinya, berharap bisa mengubah segalanya.
   Anisha menghubunginya.

   "Hello? Matt? Do you hear me?"
   "What do you want?"
   "Matt, i'm in Qatar now. I knew you're here. Can you meet me, please?"
   "Nak cakap apa lagi?"
   "Please, Matt. Just once"
   "I don't have much time. I'll send the location"

   Panggilan berakhir. Mateen menutup teleponnya dengan kasar dan Anisha tahu itu. Anisha tahu segalanya tentang Mateen, baik buruknya.
   Dilihatnya jam dinding di ruang tamu, pukul 10 pagi. Anisha bergegas menghabiskan sarapannya dan bersiap untuk mandi.
   Setelah 2 jam kemudian, Anisha sudah siap untuk berangkat.

Nothing In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang