"Kau harus mendapatkan Guiness World Record untuk urusan mandi dan siap-siap terlama di bumi."
Aku masih sibuk dengan kerah bajuku dan P'Aed sudah datang dengan omelannya. Tidak bisakah aku hidup dalam damai? Selain kelakuan P'Aed sejak pagi yang membuatku sakit kepala, pengamen balkon-mari kita sebut saja dia dengan nama itu, karena aku tidak tahu namanya yang sebenarnya dan siapa pula yang peduli-yang menatapku seperti aku ini alien yang sedang menggambar crop circle juga masih saja membuatku bergidik ngeri. Bagaimana bisa ada orang dengan tatapan mata setajam itu dan bahkan dalam jarak belasan meter aku masih bisa merasakan sedang ditusuk-tusuk pedang. Pakai mata.
"Phi, jangan cari gara-gara denganku. Aku sedang dalam mood yang abu-abu."
P'Aed tertawa. Aku tidak.
"Setelah tanda tangan kontrak, akan ada perkenalan pemain. Please behave, Win."
"Apa aku terlihat akan mengacau Phi? Jangan karena aku ambil peran ini setengah hati lalu aku akan cari perkara."
"Ya, kenapa tidak telpon papamu dan minta dia beli saham GMM? Paling juga seperti beli kacang rebus di dekat kuil."
Oh, P'Aed. Seandainya kau bukan managerku sekaligus sahabat papaku, sudah ku jejalkan sepatu ini di mulutmu yang pedas itu. Coba sekarang lihat, sifat menyebalkan yang ku miliki hasil belajar dari siapa.
Aku tidak tertarik untuk membalas lelucon sarkastik P'Aed. Makin dibalas dia akan makin kurang ajar. Lagipula, sepatuku ini lebih butuh perhatianku.
"Setelah itu ada apa lagi?"
"First reading, setelah makan malam. Pengambilan adegan dimulai minggu depan." P'Aed masih sibuk dengan barang-barang di dalam tasnya. Sementara aku? Sibuk dengan sepatuku yang talinya panjang sebelah.
"Why so in rush? It looks like we are being chased by Godzilla." Gumamku.
"Win, please behave. Bersikaplah layaknya pria yang baik dan manis."
Ku kira P'Aed tidak akan mendengar gumamanku. "Ya, aku akan melakukan semuanya sesuai arahanmu, Phi. Ingat, semua ini karena aku ingin saja. Aku tidak akan mengerahkan banyak tenaga untuk seri bodoh ini." Akhirnya tali sepatuku panjangnya seimbang. Aku lega.
Aku mendengar langkah kaki P'Aed mendekat lalu sebuah usapan lembut di kepalaku membuatku bertanya dalam hati, dia kerasukan apa lagi?
"Aku mengenalmu dari bayi, Win. Aku bersyukur kau memilihku menjadi managermu. Aku berhutang banyak pada keluargamu. Sudah jadi tugasku juga untuk mendidikmu sementara orang tuamu mencukupi kebutuhanmu. Aku senang kau selalu mendengarkanku meskipun sambil mengomel dulu."
Aku terdiam, P'Aed tidak sedang main-main denganku kelihatannya.
"Aku hanya....tidak yakin aku akan melakukan ini dengan baik, Phi." Aku mendengar helaan napas lega dari P'Aed. Sepertinya dia memang sudah tahu bahwa aku ragu akan kemampuanku. Terlebih ini adalah seri pertamaku dan sialnya, BL.
"Jika seorang Win sudah bilang kalau dia ingin, bukannya dia tidak pernah main-main?"
Aku tertegun. Ku pandangi punggung P'Aed yang menjauh menuju pintu. Aku yang masih duduk di kursi keciku. Tali sepatuku yang sudah rapi. Dan isi kepalaku yang serasa berantakan.
Benarkah seorang Win seperti itu? Aku tidak pernah merasa pernah melakukan sesuatu dengan serius.
Benarkah, Win?
....
Aku membiarkan P'Aed menyetir meskipun agak ugal-ugalan dan kurang bertanggung jawab. Beberapa kali aku menyebut nama Budha ketika P'Aed nyaris menyerempet mobil lain. Selain menyebalkan, P'Aed juga tidak peduli pada keselamatanku rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST AND FOUND [BRIGHTxWIN] [NSFW part 9]
Fanfiction"I kissed you three times. What the fuck?!"