Belakangan aku tahu bahwa:
Bright tinggal sendirian sama sepertiku. Dia baru saja pindah ke Bangkok beberapa minggu yang lalu. Sama persis ketika aku mulai menemukan seseorang duduk di balkon dengan singlet dan boxer seadanya sedang bermain gitar. Dan yang terakhir, orang ini kesepian. Dia tidak memiliki satupun teman-sama sepertiku. Ku rasa P'Aed lebih mirip babysitter daripada sekedar teman. Wait, I'm not a baby.
Hanya sisa beberapa hari sebelum proses shooting dimulai dan Bright sudah berkali-kali datang ke tempatku. Aku mulai bisa menerima keberadaan mahluk ini meskipun masih sering terganggu dengan tatapan matanya. Bahkan aku sudah tidak perlu menggunakan bahasa formal seperti sebelum-sebelumnya. Dia tidak perlu mendapatkan keformalanku, lagipula.
Aku masih tidak mengerti mengapa ia menatapku sedemikan rupa hingga aku merasa sedang dihujam pedang tajam lalu sesaat kemudian dia menyelimutiku dengan hangat.
Jangan salah paham, aku hanya tidak nyaman. Ini pertama kali dalam hidupku diganggu oleh laki-laki aneh maniak bola babi. Wajahnya yang lebih mirip ras Leonardo D'Caprio itu pun sangat mengganggu. Wajah ras Jet Lee-ku ini serasa kalah saing. Aku tidak suka.
Dalam beberapa kali kedatangannya, aku mendapati diriku ikut larut dalam obrolan-obrolan ringan dengannya. Terkadang Bright akan memainkan gitarnya dengan santai. Terkadang aku akan menunjukkan-atau lebih tepatnya pamer-kemampuan biolaku. Apalagi yang bisa dilakukan Win selain pamer dan tiduran di kasur sehari semalam?
Seperti pagi ini, Bright masih menggigiti bola babinya dan aku yang sibuk dengan pikiranku. Ku pikir dia adalah orang yang sangat tenang dalam menghadapi hidupnya. Meskipun sepertinya, di balik tatapan matanya itu aku merasa ada sesuatu yang lain. Yang membawanya sampai sejauh ini. Sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat.
Seorang Win mulai ingin tahu. Untuk orang yang sama-sama kesepian, mungkin aku bisa mencoba untuk sedikit lebih dekat.
"Bright."
"Hm?"
"Kau di-casting."
"Tentu saja. Kau tidak?" aku menggeleng. "Beruntung sekali. Kau tahu, aku harus berdiri berjam-jam untuk peran ini dan rasanya kakiku hampir patah jadi dua."
Aku melemparkan bantal sofaku ke arahnya. "Don't get me wrong. Aku juga terkejut kenapa aku diberi peran ini. Aku hanya model, you know. Tapi P'Aed bilang mereka hanya menemukanku sebagai pemeran yang cocok untuk Tine. Hidupku tidak pernah sesial ini."
"Siapa P'Aed?"
"My manager, you crappy head." Lagipula kenapa dia lebih tertarik tentang P'Aed?
"Aku tidak peduli kau di-casting atau tidak. Yang penting seri ini harus sukses. Aku bertaruh karirku di seri ini, Win."
Matilah kau lagi, Bright.
"Tidak punya pacar?"
"Tidak. Tidak mau repot."
"Liar."
"I'm not. Aku akan memacari Tine. Mana ada waktu buat pacar sungguhan."
Aku tertawa. Sebegitu kerasnya dia berusaha. Sedangkan aku berharap seri ini gagal saja. Jadi sebenarnya apa aku ini? Mengapa aku melakukan ini sedangkan aku tidak menginginkannya? Aku bisa mengatakan tidak, lalu kenapa aku datang dan menandatangani kontrak itu? Apa mauku? Apa yang ku cari dari semua ini?
"Bright."
"Hm?"
"Apa kau pernah merasa mencari sesuatu tapi tidak tahu apa yang kau cari? Seolah kau hanya berputar di sana tanpa tahu harus berbuat apa. Seolah kau tidak akan pernah menemukan apapun. Kau pernah merasakan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST AND FOUND [BRIGHTxWIN] [NSFW part 9]
Fanfiction"I kissed you three times. What the fuck?!"