Part 5 : Exception

1.3K 177 54
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk singkat setelah menerima secangkir susu hangat buatan Bright. Aku menyesapnya perlahan sembari mengamati pria yang kini duduk di hadapanku. Tubuhku dibalut selimut tebal dan wajahku sudah bersih dari bekas tangisan.

Bulan bersinar temaram. Di hadapanku, ada lukisan hidup yang diguyur sinar jingga rembulan.

Aku menghela napas setelah meletakkan cangkirku di atas meja. Bright masih menatapku sayu, dan aku yang tidak ingin ia melihatku bersemu.

"Stressed out." Jawabku singkat.

Bright, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa menangis seharian. Kemunculan pertanyaan-pertanyaan aneh ini sudah cukup membuatku pusing. Jangan kau tambahi lagi.

"Kau bisa memanggilku jika butuh teman."

Aku terkekeh. Kehadirannya sudah sangat mengganggu, mana mungkin aku memanggilnya. Lagipula, tanpa ku panggil pun dia sudah datang, kan?

"Siapa juga yang mau berteman denganmu."

"Hei..." aku menahan napasku saat ku dapati tangan Bright terulur mendekati wajahku dan ibu jarinya mengusap sudut bibirku. "Berantakan..."

Oh tidak, jantungku seperti akan melompat keluar.

Aku yakin kalian juga akan gugup jika tiba-tiba ada orang yang mengusap bibir kalian kan? Apalagi orang itu adalah alien kelas tinggi yang belakangan mulai mngobrak-abrik keutuhan isi kepalaku.

"Bisa tidak sih, sehari saja kau tidak menggangguku?" aku merengut. Ku singkirkan tangannya.

Bright tertawa singkat. Melihat tawanya, aku bisa memutuskan bahwa siapapun yang nanti menjadi kekasihnya amatlah beruntung.

Aku baru mengenalnya beberapa waktu ini. hari-hari dimana aku melihatnya bermain gitar di balkon tidak masuk dalam hitunganku karena aku bahkan tidak tahu namanya dan bagaimana menyebalkannya dia. Meskipun begitu, aku sudah mulai bisa menebak bahwa Bright adalah orang yang cukup bisa diandalkan. Bagaimana ia menemukanku malam ini membuktikan kepekaan orang ini.

Selain itu, tidak ada yang bisa kubanggakan darinya.

"Kenapa tidak tinggal dengan keluargamu saja, Win?" Bright mencuri cangkir susuku sekaligus isinya. Hei itu punyaku, tahu!

Aku mengalihkan pandanganku pada luar jendela. Salah satu alasan aku sering berada di kursi dapur ini adalah karena aku bisa melihat pemandangan luar dengan lebih leluasa. Aku bahkan bisa melihat bintang-bintang dari sini tanpa repot-repot ke atas atap apartemen. Sepadan dengan harga super mahal hanya untuk mendapatkan hunian strategis ini.

"Tidak, aku tidak mau. Hanya ada aku dan P'Aed di Bangkok. P'Aed yang bertanggung jawab atas aku selama aku di sini."

"Lalu orang tuamu?"

"London. Mengurus bisnis."

"Apa aku sedang berurusan dengan kalangan Golden Spoon?"

Bright terkekeh, aku melemparnya dengan tisu bekas ingusku.

"Aku bisa melakukan apa saja di sini. Aku tidak suka bisnis. Aku ingin tetap tinggal di Thailand. Jadi aku memutuskan untuk menjadi artis saja. Jadi papa tidak ada alasan untuk memaksaku meneruskan bisnisnya. Lagipula, ada dua kakakku yang sudah lebih berpengalaman."

Aku menarik cangkirku. Aku harus menghabiskan susuku sebelum Bright melakukannya lebih dulu.

"Bukannya justru lebih enak jika kau hanya tinggal meneruskan bisnis?"

"Passion, Bright. Aku tidak punya passion di bidang apapun. Sesuatu yang bisa membuatku tetap tinggal di sini adalah dengan menjadi artis."

LOST AND FOUND [BRIGHTxWIN] [NSFW part 9]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang