#Kancing

44 8 8
                                    

"Gue baru tau lo punya Abang Han. selama ini lo ga cerita-cerita ke gue tentang anggota personil keluarga lo. Oh jadi gini..main rahasiaan dari awal ceritanya?"

Sekarang aku dan Jihan sedang selonjoran di karpet bulunya jihan. Nemenin dia nyalin tugas dari buku teman sekelasnya yang tadi aku pinjam ke anak kelasnya yang namanya Nana.

"Ga main rahasian juga kali nad. Emang lo nya ga pernah nanyak ke gue soal ini. Terus gue gitu yang salah?" Alisnya naik turun.

"Sinting Lo. Udah ah gercep gue mau balik"

"Biasanya pulang malem? Kenapa?"

"Um..kepala gue sakit, iya kepala gue sakit hehehe" astaga aku bohong. Tiba-tiba aja aku pengen pulang, tapi beneran kepala ku sakit, perlu di pijetin nih sama mbok yol.

Jihan menatap ku menyelidik, tapi langsung dia hentikan karena ada suara ketukan di pintu kamarnya Jihan.
Aku menatap bingung ke pintu dan berbalik menatap ke Jihan.

"Bentar" katanya sambil berdiri dan melangkah ke arah Pintu

Aku mengangguk dan melihat ke Jihan yang membuka pintu kamarnya.

Ternyata mas nya yang tadi sempet ke kamarnya jihan. Mata ku melirik ke arahnya dan dia juga melirik sekilas ke arah ku, melanjutkan omongannya yang sepertinya minta sesuatu.

Ku alihkan pandangan ku ke buku tugasnya Jihan yang tergeletak di samping kanan pahaku.

"Iyo mas, udah sana" Jihan mengusir abangnya yang masih melihat ke arah ku dingin.
Kok jadi takut gini ya sama masnya Jihan.

Jihan kembali duduk di sebelahku dan melanjutkan tugasnya lagi.

"Kenapa?" Tanyaku

"Engga, tadi mas gue minjem remote AC, remote AC dia udah lama rusak, semenjak dia ga disini remote nya ga pernah di benerin" Jihan masih asik mengerjakan tugasnya di atas pahanya.

"Tangan lo udah mendingan?" Tangan ku meraba sikunya yang memar dan bersisik akibat tergesek aspal.

"Jangan disentuh lah pe'a, sakit"

"Ya udah sih" kataku bercanda, tanganku nambah mencolek-colek lukanya.

"Diem, atau gue usir Lo"

"Bagus, gue emang mau pulang. Siniin bukunya Nana" hahaha hebat kan aku ngancem balik.

"Beneran mau pulang? Ya udah deh potoin aja nih nanti ke line. Gue ga tega liat muka Lo pucet gitu" Bukunya ia tutup dan kasih ke aku.

Aku cengo, emang separah itu muka ku pucetnya?

"Yaelah bercanda kali gue Han, nih gue tungguin lagi" ku sodorkan buku Nana lagi ke Jihan.

"Balik udah.. besok malah Lo yang ga masuk nanti"

Badan ku setengah berdiri mengarah ke kaca dan melihat di kaca kamar jihan. Dan bener aja, muka ku pucet apalagi bibir ku. Kayaknya gara-gara kecapean deh.

"Lo bawa motor kan? Apa tadi naik ojol kerumah gue?" Jihan mengemasi buku Nana ke dalam tas ku, dan tasnya ia sampirkan di pundak kanan ku.

"Naik ojol, motor gue di bawa ibuk sama mbok yol tadi ke pasar buat beli bahan-bahan kue"
Ibuk ku tukang kue di komplek. Jadi kalau ada acara-acara gitu pasti mesennya ke ibuk ku.

"Ga papa naik ojol?, dingin ga? Gue panggil mas gue ya buat nganterin Lo?"
Jihan sudah mau jalan ke arah pintu.

"Ga usah Han, gue naik ojol aja" aku tahan tangannya yang mau keluar.
"Mas Lo juga baru pulang kan? Pasti capek. Gue ga mau ngerepotin ah, mending naik ojol gue"

"Udah lama dia pulangnya, 2 hari yang lalu. Udah ga papa mas gue pasti mau nganter, ga ngerepotin juga ellah. Gue panggil dulu" Jihan melangkah meninggalkan ku di kamarnya.
Aduh, barusan tadi bilang takut sama abangnya Jihan sekarang malah di hadepin gini sama masnya.
Duh, sumpah ga enak aku.

3 menit Jihan kembali ke kamar.

"Gue pinjemin jaket ya? Dingin pasti di mobil nanti" Dia jalan melewati ku ke arah lemari besar berwarna putih di pojok kamar. Kalo sama-sama dingin mendingan aku naik ojol deh han. Dumel ku dalam hati.

"Ya udah yuk, kita tunggu di bawah"










"HATI-HATI MAS..TEMEN GUE TUH!!" teriak Jihan di pagar sambil melambaikan tangannya.

Kini aku dan masnya Jihan sudah melaju di jalan raya.
Kira-kira dari rumah Jihan ke rumah ku hanya 15 menit kalau naik motor, kalau naik mobil pasti 25 menit. Abisnya kalau naik motor pasti aku lewat jalan tikus.

Pandangan ku hanya melihat ke arah luar. Dan masnya Jihan fokus ke jalanan.

Tiba-tiba lampu merah. Seketika hening di dalam mobil. Aduh canggung banget dong...

"Temen deketnya Jihan dek?"
Dia tiba-tiba nanyak ke aku, matanya masih menatap ke depan.

Aku menoleh "iya mas, teman deket" jawab ku.
Dia hanya oh doang.

Lampu merah sudah berubah jadi warna kuning ke hijau dan para pengendara sudah melaju lagi.

"Habis ini belok kemana?"

"Ke kanan mas, terus lurus dikit di depan ada gardu nah disitu aja"
Jelas ku, sambil memainkan tangan.
Ia mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya.



Saat sudah sampai depan gardu, cepat-cepat ku ambil tas ku di bawah.

"Makasih banyak ya mas, maaf ngerepotin sekali lagi makasih banyak" ku hiasi sedikit wajah ku dengan senyum simpul dan membuka pintu mobil.


"Maaf soal tadi" katanya

Alis ku bertaut berbalik menghadapnya.
What? Tadi?

"Soal kancing kamu ke buka tadi" jelasnya sambil garuk-garuk kepalanya yang ku rasa dia salah tingkah.

"Oh, iya mas gapapa. Saya juga make baju Daleman kok jadi ga masalah"
Dia tercengang menatap ku.

"Yaudah sekali lagi makasih ya mas" ku tutup pintu mobilnya dan melangkah masuk ke perkarangan rumah.

Mobilnya melaju di belakang ku.
Aku berhenti.
Tangan ku memegang dadaku yang berdebar.

Tadi itu aku nahan buat biasa aja di depan mas nya Jihan. Padahal aku juga sama-sama kaget plus awkward tentang kancing ku tadi.

Astaga Nada.. bisa-bisanya sih Lo!


My Friends Brother | Seo JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang