Pov Mario
Ku lihat Jihan jalan berdampingan dengan temannya tapi ini berbeda. Mata ku mencari keberadaannya di belakang Jihan, siapa tau di tertinggal di belakang, tapi tetap nihil.
"Bye.." Jihan melangkah mendekati ku.
"Mas aku mau kerumahnya Nada, Jadi mas langsung pulang aja abis nganter aku" Nada? Alis ku terangkat satu.
"Nada siapa?"
"Temen ku yang kemarin itu loh, yang mas anterin kemarin.."
Wow.. umur panjang, barusan aku nyariin dia."Yaudah yuk, mas ikut" kaki ku baru mau melangkah ke pintu kemudi.
"Kok mas ikut? Mau ngapain? Mending mas dirumah nemenin ibu aja"
Matanya menuntut ada tersirat bingung juga kesal, tapi aku bodo amat."Mas ga ada kerjaan dek dibilangin. Mas ikut aja deh dari pada mas disuruh ibu ke mini market lagi"
Ia mendengus marah "Mas aneh-aneh aja ih" tangannya bergerak cepat membuka pintu penumpang di belakang.
Aku tersenyum dan langsung memutari mobil depan.________________
"Awas ya mas, jangan malu-maluin aku loh" matanya melotot mengancam ku, aku hanya tersenyum dan mengikuti nya dari belakang. Rumahnya dari luar nampak sederhana tapi asri. Halamannya banyak tanaman hias dan juga pepohonan. Di ujung sana ada lapangan kecil yang ada tiang ring basket.
Lah adek ku asal masuk aja ke rumah orang.
"Eh dek" bisik ku memperingati.
Dia hanya melirik dan berjalan melewati ruang tamu.Aku terdiam tidak mengikuti Jihan. "Cukup di ruang tamu aja deh" batin ku.
Ku dengar samar-samar suara perempuan sebaya dengan ibu menyambut Jihan dengan senang.
Sedekat itu Jihan sama temannya ini?
Yang namanya baru ku tau tadi, Nada.Mata ku mengekspose ruang tamu yang minimalis tapi rapi dan nyamannya minta ampun. Banyak tanaman, dan di lemari pendek panjang dekat dinding disitu terdapat banyak bingkai foto berjejeran.
Tangan ku meraih satu bingkai, dan meletakkannya lagi setelah suara bapak-bapak mengalihkan pandangan ku.
"Temannya Abiel ya..?" Dia menghampiri dan menyuruh ku untuk duduk. Aku hanya tersenyum dan mengikutinya duduk di sofa panjang. Abiel siapa lagi?
"Anak mana? Kok baru ngeliat ya rasanya" dia tertawa sambil meregangkan tangan kirinya.
"Anu pak.. saya kakaknya temennya anak bapak, Jihan" jelas ku, dia menoleh.
"Lah, si Jihan punya mas toh? Kok ga pernah bilang ya si Jihan" aku tersenyum lagi."Saya udah 6 tahun di Jakarta pak, ngambil kuliah disana terus di lanjut buka bisnis bareng temen" aku terkekeh garing. Canggung banget rasanya.
"Wah semuda ini udah sukses aja ya kamu, temanan sama Abiel yuk biar ketularan bikin bisnis juga hahaha.." aku melirik sambil ikut tertawa. Tiba-tiba Jihan dan temannya yang bernama nada itu keluar. Aku kaget dan langsung memasang ekspresi biasa. Dia duduk dekat Jihan di samping kiri. Matanya sekali-kali menatapku. Kayak gini aku udah bisa lihat kalau dia juga bingung aku ada disini. Jihan memangku tangannya sambil melirik tajam ke arah ku.
"Jihan enak ya, punya mas yang sayang banget sama adeknya. Kemana-mana di anter kalau main sampai-sampai di temenin gini lagi." Bapaknya Nada tertawa dengan kas bapak-bapak. Dia melirik ke arah ku dengan tampang males. Sudah ku duga pasti dia marah gara-gara aku ikut mampir ke rumah temennya.
"Enggak kok pak, tadi mas saya ga mau pulang aja gara-gara takut disuruh ibuk ke mini market, dia anti banget kalau ke mini market mangkanya dia ikut saya gini kaya ga mau kehilangan saya" dia menekan kata kehilangan dan di bonusin pelototan darinya. Yang lain tertawa mendengar lelucon atau sindiran dari Jihan.
Aku membuang muka karena hampir bersitatap dengan temannya yang sama-sama melihat ke arah Jihan. Jantung ku ga normal kali ini.
Aku membuang nafas berat.Bapaknya Nada hanya tertawa membalas ceritanya Jihan.
"Yauwes bapak ke dalem dulu ya.." pamitnya dan setelah itu hening. Aku yang ga enak gini gara-gara si Jihan ga ikhlas bawa aku kesini menoleh ke arah Jihan "Mas pulang deh, kalau mau pulang telfon mas langsung aja" aku bangkit, dan tiba-tiba Jihan menahan tangan ku."Nad, nanti gw lanjutin di chat aja ya" ku lihat temannya mengangguk dan tersenyum. Astaga lucu banget, seketika dada ku berdesir kecil. Dia melihat ke arah ku dan aku langsung membuang muka.
Jihan bangkit dan kami sama-sama berjalan keluar. Aku berjalan di depan membiarkan mereka berdua berjalan di belakang ku.
Selama di perjalanan pikiran ku macem-macem tentang nada temannya Jihan itu, mukanya yang polos membuat ku gemas entah kenapa. Kulitnya yang sepertinya lembut dan wajahnya sedikit cabi membuatku entah kenapa malah terlihat dia menarik. Bahkan menurut ku dulu adik ku lah yang paling gemes sekarang terkalahkan dengan temannya yang..aduh deh, minta ampun kalau aku yang deskripsi in.
"Mas mikir apa sih? Dari tadi diem aja. Alisnya juga ngadu gitu lagi" Jihan melihat ku aneh. Memang Sekarang aku juga ngerasa aneh.
"Kamu temenan sama si nada itu dari kapan?" Aku menoleh sebentar ke arahnya dan melihat lagi ke depan.
"Dari kelas 10, pertama ikut osis. Nyambung aja gitu kalau sama dia. Mangkanya aku temenan sama dia aja dari dulu, kemana-mana pasti bareng"
"Dia beda kelas gitu sama kamu?"
"Enggak sih, dulu pernah waktu kelas 11 sekelas. Kenapa nanyak-nanyak? Naksir?" Alisnya terangkat satu
Muka ku pasti keliatan boong kalau bilang enggak. Mata ku mencari-cari alasan untuk tidak ketahuan kalau aku membenarkan aku naksir temannya itu.
Dia masih melihat ku dengan alis bertaut dan fokus ku jadi terbelah gini."Dek, mas lagi nyetir ya..mau kita pulang-pulang bawa nama aja? Bukan bawa diri?" Ancam ku agar tidak terlalu kentara kalau aku salting begini. Astaga.
"Iya.. tau-tau ngalihin pembicaraan tuh jagonya mas" dengusnya. Hahaha bener banget aku rajanya ngalihin topik kalau ngerasa tersudut gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friends Brother | Seo Johnny
RomanceKu jatuh cinta dengan kakak sahabat ku sendiri. ~Nada Ku mencintaimu. Dengan sahabat adik ku sendiri. ~Mario Seo Johnny NCT