#Panggil Mas Rio

29 9 3
                                    

Sudah seminggu ini aku ikut kerumah Jihan abis pulang sekolah. Kebiasaan ku kalau kerumah Jihan itu numpang makan sekalian WiFi an. Di rumah ku mana ada Wifi yang ada juga bapak yang minta hostpot ke aku.

Dan sudah seminggu ini aku ga ngeliat mas nya Jihan di rumah. Ga tau kemana, tapi kata Jihan masnya kalau siang sampai magrib pasti keluar buat urusan kerjaannya. Dan katanya dia pulang ke Yogya sekarang karena dia dan temannya mencar buat cabang baru buat bisnis mereka pertama kali. Jadi masnya jihan ngambil buat yang di Yogya dan temannya ada yang di Bandung dan ada yang di pusatnya, Jakarta. Aku bangga sih kalau jadi jihan, punya mas yang di usia 25 tahun sudah punya pegangan yang memumpuni kayak gini.

Ponsel ku ku biarkan di bufet.
Aku dan Jihan sekarang sedang streaming video oppa-oppa Korea yang sekarang lagi booming. Supaya mereka jadi trending di YouTube dan menang di acara music di Korea. Astaga Fangirl ku kumat.

"Eh Han, mamah Lo ga ada kan? Gue yang bikin minum deh, ok?" kaki ku turun dari kasur.
"Yaudah, gw mau susu kasih es batu kaya Lo biasa"

Tangan ku membentuk 'ok' dan melangkah ke arah pintu sambil menyeret sendal tidur Jihan. Aku biasanya kalau ga ada mamahnya Jihan, aku mau ikut ke luar kamar bareng Jihan atau aku sendiri yang bikin sesuatu.

Tangan ku baru saja menutup pintu kamar Jihan, mata ku langsung melihat seseorang yang sama-sama memegang handle pintu kamarnya. Siapa lagi kalau bukan masnya Jihan.

Jantung ku berdetak cepat. Astaga dia ngelihat ke arah ku. Seketika matanya ikut membulat kaget.
Kami sama-sama terdiam. Dia yang mau masuk ke kamar terhenti karena melihat ku di depan pintu kamar Jihan. Aku ga tau ini jantung kenapa? Setiap aku mikir aku suka sama masnya Jihan?, otak ku langsung mengelak. Mungkin ini hanya pertemuan pertama kali kalau sudah terbiasa pasti hati ku juga terbiasa. Maklum, masnya Jihan menurut ku mirip model di Instagram gitu jadi hati ku bergetar kalau ngeliat cowok yang hot-hot gitu.

Sepertinya dia kehujanan, rambutnya sedikit lepek dan airnya turun di keningnya. Kesannya nambah-nambah seksi di mataku. Pipiku memanas memikirkan itu.

Dia sudah tidak kaget lagi kelihatannya, matanya biasa menatapku.
Dia yang tidak ada pergerakan, aku yang memutuskan untuk berjalan melewatinya dengan tergesa-gesa. Mampus deh keliatan saltingnya.

Kaki ku turun menuruni tangga. Dan berbelok ke arah dapur.

Menyiapkan gelas, dan es batu, lalu berjalan ke arah lemari es di ujung.

Tangan ku mengambil 1 box susu vanila dan coklat. Kaki ku menjadi dorongan untuk menutup pintu kulkas.

"Jadi kakak ipar idaman banget nih ceritanya?" Astaga jantung ku mau copot rasanya, kalau aku ga megang kuat-kuat box susunya pasti udah tumpah ke bawah.

Aku melihat ke empunya, yang di liatin malah cengengesan. Ada sengat-sengatan kecil di dadaku.

Di kepalanya ada handuk putih kecil menyelimuti kepalanya, dan bajunya yang tadi sudah berganti menjadi baju lekbong.

Sambil menggendong 2 box susu ke arah bar dapur, dia mengambil 1 box di tangan kiri ku. Aku pengen rebahan aja kalau udah lemes kaya gini ya Gusti.
"Makasih mas" ucapku

Dia membantuku menuangkan 1 box vanilla ke gelas satunya.

"Kalau belom tau, panggil aja mas Rio kalau mau manggil saya" tangannya menutup box susunya.
Aku mengangguk dan menutup box susu satunya.

"Ini buat saya kan? Makasih ya" dia mengambil susunya terus berjalan ke arah tangga.

Aku melongo ke arahnya yang menghilang di dinding pembatas tangga.
Ku kira dia orangnya serius banget.
Lupakan nad sekarang, ternyata ngeselin juga kaya adiknya.



Kaki ku melangkah pelan-pelan di lorong kamarnya Jihan. Tangan ku memegang nampan berisi 2 gelas susu yang tadi aku bikin, walaupun sedikit di gangguin mas Rio. Nah loh, aku udah nyebut namanya, tapi emang begitu kan? Namanya Rio, mas rio?"

"Ya ampun, ini gimana bukanya.." kaki ku sudah mengangkat satu untuk menjadi pembantu tatakan sisi sebelahnya nampan.

"Percuma, bakal tumpah juga akhirnya"
Suara beratnya di belakang ku membuat ku merinding. Tangannya mengambil sisi nampanku dan membuka handle pintunya. Hanya setengah dan melepas sisi nampan ku lalu membiarkan aku masuk ke kamar.

Jantung lagi-lagi berdetak menggila lebih dari sebelumnya.
Sinting aku lama-lama.

Aku menengok ke arahnya yang ada di belakang ku dan dia masih berdiri di luar kamar sambil tersenyum. What?! Tersenyum?

Cepat-cepat ku dorong pintunya. Apa-apaan itu dia?

Kayaknya ini ga beres deh, beneran ini ga beres? Kata ku dalam hati

My Friends Brother | Seo JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang