21. Jalan-jalan

1.1K 84 8
                                    

Jangan lupa vote and komen ya semuanya.



—Dear Araga 2—

21. Jalan-jalan

       Kata orang, kalau sepasang cewek cowok berpacaran, setelah itu putus. Suasana kebersamaan nya canggung, tak saling mengenal. Tetapi, beda dengan Araga dan Sendu, mereka dulu pernah pacaran, tetapi sekarang berubah menjadi status sahabat.

Walaupun mereka berdua sudah putus, mereka saling menyayangi. Kalian tahu itu alasannya.

Setelah berolahraga, Araga berniat ingin mengajak Sendu berjalan-jalan menggunakan motor. Sedangkan sahabat-sahabat nya tak diajak, mereka punya urusan pribadi masing-masing. Buat apa aja mereka? Mereka kan menyusahkan.

Kini Araga berada di teras depan rumah Sendu, duduk di kursi menunggu Sendu berganti pakaian, Araga menyibukkan diri dengan bermain handphone. 

Araga menoleh saat seorang keluar dari pintu. Araga menatap seorang pria paruh baya, yang memakai pakaian tak terlalu formal, kaos berwarna biru dan celana hitam training, sambil membawa secangkir kopi.
"Kamu Araga?" tanya Anton duduk di sebelah Araga.

Araga menyudahi kegiatannya. Dia membenarkan letak duduknya. "iya," jawab Araga singkat. Tak sopan sekali.
"Om cuma mau bilang, jaga anak om ya," ucap Anton menatap Araga dengan serius.

"Pasti om," jawab Araga.

"Harus kuat dengan sikap manjanya dan polos. Dia memang seperti anak-anak," ucapnya lagi.

Araga terkekeh pelan. "Dia memang seperti anak-anak om, polos sekali," jawabnya.

"Ya memang, kadang om sulit menghadapinya. Kalau dia ingin apa-apa, harus saja dituruti," ujar Anton menggelengkan kepalanya, mengingat tingkah laku anaknya yang sangat polos dan manja.

Suasana hening menyelimuti mereka dengan tiba-tiba, Anton menoleh menatap Araga.

"Om harap kamu selalu menjaga Sendu, jangan lagi pernah sakiti dia. Om tau kejadian tiga tahun itu." Araga menatap Anton.

"Om tau?" Anton menganggukkan kepalanya.

"Ya om tau," jawab Anton.

"Om sempat marah sama kamu, karena anak gadis om dikatakan murahan," ucap Anton menatap dingin Araga.

Araga hanya diam, ekspresi tak dapat diartikan. Ternyata Anton mengetahui semuanya. Ekspresi nya kembali berubah menjadi sifat dinginnya.

"Maaf," jawab Araga pelan.

"Tapi tenang aja, om sudah maafin kamu. Hubungan kalian hanya didasari salah paham, tapi sekarang hubungan kamu dengan Sendu bagaimana?" tanya Anton penasaran.

"Hanya sahabat." Anton melongo, lalu menepuk paha Araga dengan kencang.

Sampai-sampai Araga terkejut kesakitan. Dia meringis merasakan sakit di paha kanannya, sifat dinginnya seketika menghilang.

"Kenapa kamu sama Sendu hanya sahabat? Kenapa? Coba jelaskan sama ayahanda, jelaskan dengan se–ditail mungkin, om gak terima ini! Kenapa seperti ini! Gak terima om nih, kalian harus pacaran!" cerocos Anton berdiri dan membuat drama seperti  perempuan.

Araga hanya diam sibuk mengusap-usap pahanya yang merasakan hawa panas dan perih. 

Anton menatap Araga heran, lalu duduk kembali. "Kamu kenapa?" tanya Anton bingung.

Araga menggelengkan kepalanya.
"Gak pa-pa kok om," jawab Araga tersenyum manis, walaupun jawabannya bohong.

"Sekarang jawab pertanyaan om, kenapa kamu gak pacaran lagi sama Sendu?" tanya Anton.

"Kenapa harus pacaran? Kalau pada akhirnya kita saling sayang?" Anton terdiam mendengarkan ucapan Araga.

"Ya...ya kalian tuh harus pacaran, jangan sahabatan," ucap Anton.

"Tunggu waktu aja," ujar Araga. Anton menyeruput kopi nya seraya menganggukkan kepalanya.

"Om titip Sendu ya," ucap Anton dengan senyuman tulus.

Araga menganggukkan kepalanya. "Araga, ayo kita jalan," ucap Sendu keluar rumah.

"Lah kok ada ayah?" tanya Sendu menatap ayahnya.

"Kan ini rumah ayah," jawab Anton.

"Oh iya juga ya, kenapa Sendu gak kepikiran ya," ucap Sendu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Anton berdiri mengusap puncak rambut anaknya. "Karena kamu bodoh," ledek Anton terkekeh.

Sendu menatap Anton kesal, menghentakkan kakinya. "Ihh ayah, Sendu gak bodoh!" ucap Sendu tak terima.

"Iya-iya anak ayah itu gak bodoh, pinter-pinter semua kaya ayah. Sana jalan-jalan, Araga udah tungguin kamu tuh. Lama banget sih anak ayah ini," ucap Anton.

"Ya kan aku ganti baju, terus da—"

"Sendu," potong Araga menatap Sendu untuk tak melanjutkan ucapannya karena terlalu lama.

"Iya Araga?" Sendu menatap Araga.

"Jadi?"

"Jadi apa?" tanya Sendu bingung.

"Yaudah ah ayah ke dalam dulu ya. Udah tua, gak baik juga mata ini liat keromantisan kalian," ucap Anton sedikit meledek, Sendu menganggukkan kepalanya.

"Iya ayah." Dia pun melangkah menuju dalam rumah.

"Araga, tadi jadi apa?" tanya Sendu lagi. Araga menarik nafasnya. "Jadi jalan gak?" tanya Araga.

"Jadi dong," jawabnya dengan senang.

"Ayo kita pergi," ajak Sendu.

"Hmm." Sendu memberhentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Araga menaiki satu alisnya.

"Sendu harus berapa kali sih bilang sama Araga. Kalau ngomong sama Sendu tuh gak usah dijawa j deheman mulu!" tegas Sendu menatap Araga dengan tajam bercampur kesal.

"Iya-iya," jawab Araga santai.

"Awas jangan ulangi lagi," ancamnya menunjuk wajah Araga.

"Yaudah ayo, keburu sore." Sendu menganggukkan kepalanya. Mereka pun menaiki motor, dan berlalu.

_____________

Jangan lupa vote and komen;)
Jalan-jalannya besok aja ya. Biar kalian penasaran, maaf kalau sedikit. Gak mood banget.


Ku tunggu notif dari kalian semua ❤️ terutama notif Instagram

Dear Araga 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang