Aku masih bingung dengan alurnya:) terima kasih untuk kalian yang selalu membaca cerita ini. Terima kasih ya, walaupun tulisan aku masih berantakan dan juga gak seru yang kalian inginkan
—Selamat Membaca—
"Aksara yang selalu ku tulis ini, tak serapi dan sebagus apa yang kamu inginkan. Mohon maaf, pada dasarnya aku sedang belajar tentang kepenulisan. Terima kasih untuk kalian yang selalu stay untuk membaca huruf setiap huruf yang aku rangkai, dan menghasilkan sebuah cerita."
Selalu support ku ya🤗 rekomendasi kan cerita ini ke teman-teman kalian
—Dear Araga 2 (Selamat Membaca)—
"Hubungan itu gak semuanya harus ada pertikaian, hubungan juga harus ada bumbu-bumbu romantis."
Jam kelas, jurusan Tiga kentang sudah selesai. Mereka bertiga, keluar dari kelasnya, berjalan menuju parkiran motor yang tersedia di sana. "Zan sekarang jam berapa?" tanya Ipul."Punya jam, liat aja sendiri," jawabnya dengan nada ketus, seraya memakai helm. Ipul berdecak sebal. "Emosian ck, Abang Ipul gak suka! Mendingan Ipul tanya Bayung aja, Rezan mah galak!" ucapnya lalu menengok menatap Bayung.
"Sabodo teuing," jawab Rezan.
"Yung, sekarang jam berapa?" tanya Ipul kepada Bayung.
"Punya jam kan? Kenapa gak liat sendiri." Rezan terkekeh masam, karena mendengarkan ucapan Bayung dan juga ekspresi wajah Ipul.
Ipul itu mempunyai jam tangan yang melekat di lengannya, tetapi dia bertanya-tanya kepada seseorang, buat apa itu jam di lengan kalau tak dilihatnya. Sebagai pajangan kah?
"Jam gue mati!" tegasnya.
"Kalau mati kenapa lo pake?" tanya Rezan.
"Nah kenapa?" tanya Bayung.
"Sayang, masih bagus. Jadi gue gak tega melepaskan dia di lengan gue, lo tau kan? Ini jam bagus banget, sampai-sampai gue cinta sama dia, cinta banget sampai dia mati pun gue masih pake. Gue itu cowok setia, buktinya aja jam mati pun sela—"
"Gak usah drama, gak usah bucin, gak usah alay, mendingan kita pulang," potong Bayung memakai helm, dan menaiki motornya.
"Ck, gue belum sel—"
"Yuk pulang, dadah Ipuul," ucap Rezan memotong ucapan Ipul, dan menekan pedal gas dan berlalu, diikuti oleh Bayung, meninggalkan Ipul yang masih berdiri di tempat.
"Ya Allah, punya temen gini banget. Tolong, datangkan lah cewek kepada saya, saya bosen main sama mereka tapi gak pernah bawa cewek," ucapnya berdoa menatap ke atas langit, lalu menyeka sisi matanya, seolah-olah dia menyeka air matanya.
Ipul melangkah menuju motornya, memakai helm dan menaiki motor, setelah itu dia menghidupkan gas motor, dan berlalu dengan kecepatan rata-rata.
—Dear Araga—
Gerlap nya malam, disinari oleh cahaya bulan, seorang cewek sedang duduk di kursi, berhadapan dengan jendela. Meja belajarnya memang berhadapan dengan jendela, karena Sendu sengaja menaruhnya di sana, supaya kalau dia sedang belajar atau apapun itu, dia bisa memandangi langit. Tangannya menari-nari di atas kertas, seraya sesekali dia memandang bulan yang berada di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Araga 2
De TodoKelanjutan dari cerita Dear Araga 1 Akan aku ceritakan kembali kisahku dengan dia. Jangan pernah bosan, jangan pernah jenuh untuk selalu mengetahui setiap jalan yang aku lewati. Aku dan laki-laki yang selalu membuat aku bahagia ...