BAB 4 : Kim Tae-hyung's BIG SECRET

54 4 2
                                    

Setelah kejadian malam ini aku dan Jin saling menenangkan satu sama lain untuk tidak memikirkan masa lalu terlebih lagi hubungannya bersama Irene karena mereka telah usai. Jin memberikan pengertian padaku, ia tidak tau harus melakukan apa jika kami sudah mengetahui apa yang kami berdua rasakan. Bagi Jin, Army tetap nomor satu dihidupnya namun ia juga ingin mencintai seseorang layaknya orang biasa. Aku mengerti akan hal itu dan sangat senang begitu mengetahui Jin sangat menyayangi Army. Untuk masalah aku menyiram Irene, apakah aku harus meminta maaf secara langsung padanya? Mungkin akan kupikirkan nanti.

"Apa aku boleh tidur di kamarmu lagi?," tanya Jin dibalik pintu dengan memeluk RJ.

"Mengapa kau ingin tidur denganku? Apa kau bermimpi buruk lagi?," tanyaku.

"Ya! apa aku tidak boleh merasakan indahnya menghabiskan waktu bersama orang yang aku cintai?," gerutu Jin.

"Mengapa bertanya seperti itu, oppa? Tentu saja kau bisa menghabiskan waktu bersama orang yang kau cintai, tapi aku hanya takut jika adik-adikmu melihat kau tidur denganku," ujarku.

"Wae? Apa adik-adikku sering masuk ke kamarmu atau mengintipmu sehingga nanti mereka akan melihatku?!!," gerutu Jin. Aku menghembuskan nafas berat berusaha bersabar. Bukan itu maksudku, Ya Kim Seok-jin!. Bagaimana aku bisa keluar untuk kemo kalau Jin berada di kamarku?. Ya Tuhan tolong aku. Aku tidak sanggup melihat reaksi Jin saat tau aku mengidap kanker.

"Baiklah. Kau boleh tidur di kamarku tapi kau harus segera tidur!," ujarku penuh penekanan. Jinpun menaiki kasur bersamaku dan menaruh RJ di tengah-tengah kami berdua, jadi kami sedikit dipisahkan oleh RJ. Jin membaringkan tubuhnya menghadap ke arahku dan menatapku dengan tersenyum.

"Oppa, wajahmu benar-benar tampan. Apa aku bisa menyentuh wajahmu?," ujarku memohon padanya.

"Mengapa kau bertanya lagi? Sentuh saja, sekarang wajahku menjadi milikmu," ujar Jin memegang tanganku dan menuntun tanganku menyentuh wajahnya. Wajah Jin sangatlah halus seperti kulit bayi.

"Aku merasa gagal menjadi wanita, kulit wajahku tidak sehalus wajahmu," ujarku beralih menyentuh wajahku.

"Tapi kau tetap cantik," ujar Jin dengan wajahnya yang memerah. Mengapa wajah Jin memerah? Bukankah seharusnya aku yang memerah karena pujiannya."Aku sangat malu ketika memuji seseorang dan aku sangat malu ketika memuji diriku sendiri kalau aku tampan, tapi itulah kenyataan," ujar Jin sedikit tertawa.

"Kau begitu percaya diri sedangkan aku seketika mencair seperti lilin ketika tau seseorang yang kucintai adalah Worlwide Handsome," ujarku tertawa.

"Memang seharusnya begitu," ujar Jin tertawa membuatku memukul perutnya. "Mianhae, Moon-ju-ya," ujar Jin tertawa senang. Jin menatapku sekali lagi namun kali ini lebih dekat. Jin memindahkan RJ menjadi di belakang tubuhnya sehingga tak ada penghalang antara aku dan Jin. Jin mendekatkan wajahnya ke arahku membuatku memejamkan mata.

"Mengapa kau memejamkan matamu?," tanya Jin membuatku membuka mata dan menatapnya malu.

"Tidak. Aku sudah mengantuk, Goodnight oppa," ujarku. Akupun membalikan tubuhku dari hadapannya karena wajahku yang memerah. Aku pikir Jin akan kiss in my lips, ternyata tidak. Eotteohge eomma, aku benar-benar malu. Jin memeluk tubuhku dari belakang berusaha membuatku nyaman. Aku tidak pernah menyangka jika aku bisa jatuh cinta pada Jin. Mengapa tidak dengan Jungkook yang lucu, V yang menawan dan Suga yang savage? Kau hanya cukup dengan bersyukur Moon-ju-ya, setidaknya ada satu yang mencintaimu selain eomma dan appa.

Aku mengambil ponselku untuk bersiap-siap ketika Jungkook menghubungiku untuk pergi kemo. Aku sangat gugup untuk melakukannya. Seketika ponselku bergetar.

The Last Seven Days With SevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang