Malam itu terlihat Moon Ju dan J-Hope berada di rumah sakit untuk bergantian menjaga Taehyung. Member lainnya sedang berkumpul di agensi untuk membicarakan comeback mereka dalam waktu dekat. Moon-ju dan J-Hope terlihat sangat pulas, sedangkan Taehyung tak sengaja terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Taehyung melihat segelas air di meja yang berada di sampingnya. Ia pun berusaha mengambil cangkir itu, namun belum sempat Taehyung meraih gelas itu seorang pria meraih gelas itu duluan membuat Taehyung terkejut bukan main. Pria itu malah meminum air di gelas itu, bukannya memberikan pada Taehyung.
"Apalagi yang kau inginkan dariku?," ujar Taehyung menatap tajam pria di depannya.
"Ssssttt, kau terlalu berisik untukku," ujar pria itu berbisik di telinga Taehyung. Aku ingin membuat kesepakatan denganmu," lanjut pria itu.
"Kesepakatan apa? Kurasa aku tak akan pernah membuat kesepakatan dengan iblis sepertimu, Dae-oh-ssi," ujar Taehyung di depan wajah pria itu.
"Mungkin kita bisa memulainya saja. Dengarkan aku. Aku sungguh mengharapkanmu mati menyusul calon istriku, tapi ternyata kau masih hidup. Seharusnya kuhabiskan saja peluru itu untuk menghabiskan nyawamu. Aku ingin kau merekayasa semua kejadian ini atau jika tidak.....,"
...
Aku terbangun dari tidurku saat cahaya matahari menusuk masuk ke bola mataku. Aku menerjapkan mataku ke sekitar dan ternyata semua member sudah kembali.
"Selamat pagi, Moon-ju," sapa Jin.
"Selamat pagi, oppa," ujarku. Aku menghampiri Taehyung yang tersenyum ke arahku.
"Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah merasa membaik dari kemarin?," tanyaku.
"Ya, sepertinya jika aku dokter aku akan menyuruh diriku sendiri untuk pulang," ujar Taehyung membuat aku terkekeh.
"Aku yakin kau akan pulang tak lama lagi," ujarku tersenyum pada Taehyung.
"Moon-ju, ada yang ingin aku sampaikan padamu," ujar Jin berbisik di telingaku. Akupun mengangguk dan berlalu dari ruangan Taehyung bersama dengan Jin.
"Apa yang ingin oppa bicarakan?," tanyaku.
"Aku tak berniat menggantikan posisimu sebagai asisten ku, tapi karena keadaanmu yang tak memungkinkan kerja berat aku tak bisa melibatkanmu dalam comeback kali ini," ujar Jin membuatku merasa sedih. Aku menunduk menahan air mataku agar tidak jatuh.
"Apakah yang kita lakukan ini salah?," tanyaku.
"Apa maksudmu yang kita lakukan ini salah?" tanya Jin.
"Seharusnya kita tidak saling mencintai," jawabku.
"Kenapa? Bicarakanlah," ujar Jin menatapku lekat.
"Seandainya kau tak mencintaiku mungkin kau tak akan menggantikan posisiku sebagai asisten dan aku bisa melakukan pekerjaanku tanpa melibatkan rasa apapun. Kau tak bisa profesional jika terus membawa hati dan rasa di pekerjaan," ujarku pada Jin.
"Aku hanya takut kehilanganmu, Moon-ju-ya. Apa aku salah dalam hal jika aku mencintaimu?," tanya Jin.
"Aku takut aku menghancurkan kalian," lirihku hampir menangis namun berhasil tertahan. Pikiranku berkecamuk, aku kembali teringat perkataan Irene. Apa sekarang waktu yang tepat untuk aku meninggalkan semuanya dan pergi jauh jauh dari kehidupan Bangtan?
"Tidak, jangan berkata seperti itu. Aku ingin kau sembuh dan bekerja lagi bersama kami," ujar Jin.
"Aku ingin pulang," ujarku pada Jin karena ku begitu lelah atas semua kejadian beberapa hari ini.
"Baik;ah, akan aku antar," ujar Jin menggenggam tanganku.
"Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku," ujar Jin melepas genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Seven Days With Seven
FanficKurang lebih tiga sampai empat tahun aku hidup bersama bangtan, namun tujuh hari terakhir membuatku hancur dan kehilangan diriku sendiri. Setelah tujuh hari itu semuanya hilang seketika, seakan-akan kenangan tentang bangtan terhapus begitu saja. Ak...