Seketika tubuhku lunglai dan jatuh ke lantai. Rasa mual ditambah perutku yang tiba-tiba sakit membuatku ingin menjerit. Tetesan darah terlihat di lantai kamarku yang ternyata hidungku kembali mengeluarkan darah. Aku berusaha bangkit untuk ke kamar mandi karena rasa mual mendorongku untuk mengeluarkan isi perut. Aku bertumpuh pada meja riasku, namun aku sudah tak sanggup menjaga keseimbangan lagi hingga aku tak sangaja menjatuhkan kosmetik ke lantai membuatnya berserakan. Aku terguling di lantai dengan rasa mual tak tertahankan lagi dan akhirnya aku muntah dengan banyak sekali cairan merah. Aku tak kuasa melihat banyak sekali darah yang aku muntahkan.
"Tolong aku," gumamku. "Oppa!," jeritku sekuat tenaga. Apakah di jam ini aku akan mati? Aku mohon datanglah ke kamarku Kim Seok-jin, aku ingin melihatmu. Siapapun tolong aku, aku sudah seperti tak mempunyai tenaga lagi, mengangkat tubuhku saja aku tak bisa. Perlahan tapi pasti mataku berubah menjadi kabur, semua terlihat berwarna abu-abu sebelum akhirnya semuanya berwarna hitam.
..
Terlihat jika J-Hope dan Jimin dengan susah payah mengangkat barang-barang belanjaannya yang sangat banyak sedangkan Jin sibuk mengambil bahan makanan yang akan ia masak sebelum nanti malam mereka akan melihat keadaan Tae-hyung. J-Hope, Jimin dan Jin akan memasak bersama khusus hari ini dengan banyak alasan seperti Jimin yang ingin menjadi chef di samping pekerjaan idolnya. Semua terlihat sibuk saat itu, namun hanya Suga yang sedari tadi duduk diam di sofa dengan tatapan kosongnya pada TV yang menyala di depannya.
"Hyung, lebih baik kau tidur saja di kamar," sahut Jungkook yang sedang bermain game di ponselnya bersama Nam-joon.
"Tidur? Dari tadi dia sudah tidur. Selama pergi dan pulang dari agensi aku sudah mendapat satu liter air liurnya," celoteh Jin. Suga hanya menatap membernya dengan jengah.
"Lebih baik hyung belajar masak seperti Jimin," ujar J-Hope.
"Sudah, biarkanlah dia merenungi apa yang akan ia lakukan. Paling sebentar lagi ia akan tertidur pulas," ujar Jin terkekeh.
Jin kembali pada tugasnya yaitu memasak dan ia mengambil beberapa daging untuk dipotong sesuai dengan yang ia inginkan. Suga beranjak dari duduknya dan berlalu menuju dapur. Suga mengambil cangkir kosong yang akan ia tuangkan air panas karena meminum kopi akan menenangkan pikirannya.
"Akh!," ujar Jin dan Suga bersamaan saat itu juga membuat member lain menoleh ke arah mereka. Jin dan Suga terdiam dan berkutat pada tangan mereka yang sama-sama terluka. Jin tak sengaja menggores jari telunjuknya dengan pisau dan Suga tak sengaja menuangkan air panas hingga mengenai tangannya.
"Ya! Mengapa kalian berdua tak berhati-hati?," ujar J-Hope. Jin terlihat diam dengan goresan pisau di tangannya. Seketika pikirannya melayang pada Tae-hyung karena seperti sebelumnya, akan ada hal yang akan terjadi.
"Hubungi staff yang menjaga Tae-hyung, bagaimana keadaannya? Pastikan tak ada hal yang buruk terjadi," ujar Jin membuat Suga menoleh ke arahnya, kemudian Suga mengerti maksud Jin membicarakan Tae-hyung. Ia langsung mengingat bingkai foto yang pecah sebelum kabar Tae-hyung tertembak.
"Hyung, obati lukamu," ujar J-Hope menyuruh Jin. Jin pergi ke kamarnya untuk mengambil kotak obat dan mengobati tangannya, namun ia tak menemukan kotak obat di kamarnya. Moon-ju pasti menyimpan kotak obat, pikirnya. Jinpun berlalu menuju kamar Moon-ju. Kali ini Jin mengetuk pintu kamar Moon-ju takut jika gadisnya sedang tertidur, namun pintu kamar Moon-ju terbuka membuat Jin bingung.
"Moon-ju-ya," panggil Jin. Jin merasa tak ada respon dari Moon-ju, iapun langsung membuka pintu kamarnya. Betapa terkejutnya Jin hingga ia terjatuh ke belakang ketika ia melihat banyak darah dan Moon-ju yang tergeletak di lantai. Jin merangkak menghampiri Moon-ju karena kakinya tak sanggup melangkah lagi. Jin terisak ketika baju yang Moon-ju kenakan sudah berlumuran darah. Ia bingung harus melakukan apa bahkan berteriak suaranya terdengar serak. Jin membawa Moon-ju kedalam pelukannya dengan tangisan yang sangat deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Seven Days With Seven
FanfictionKurang lebih tiga sampai empat tahun aku hidup bersama bangtan, namun tujuh hari terakhir membuatku hancur dan kehilangan diriku sendiri. Setelah tujuh hari itu semuanya hilang seketika, seakan-akan kenangan tentang bangtan terhapus begitu saja. Ak...