Aku menatap sebuah figura berisi gambar dari tujuh orang pria dan seorang wanita di tengah-tengahnya. Terlihat jika wanita itu sangat senang berada disekeliling pria-pria tampan itu, begitupun sebaliknya. Wanita itu adalah aku. Kang Moon-ju, wanita beruntung yang bisa bekerja sebagai asisten pribadi dari 2 orang member boyband ternama BTS. Bukan pekerjaan yang susah dan juga bukan pekerjaan yang mudah hanya perlu mengontrol segala perasaan dengan baik dan pintar membagi waktu. Tak lupa ketika sedang menjalankan tugas aku terkadang harus rela mengorbankan sesuatu termasuk waktu dan istirahat, tapi aku tidak pernah marah dan benci pada mereka. Aku sangat menyayangi mereka seperti mereka menyayangiku, mungkin.
"Kang Moon-ju,"
Aku terkejut ketika walkie-talkie mengeluarkan suara seorang pria tua namun menggemaskan. Kim Seok-jin.
"Datanglah ke studio, Moon-ju-ya. Aku membeli banyak sekali makanan sekalian makan malam bersama member lain," ujar Jin di walkie-talkie.
"Gomawo oppa. Aku akan mengunjungi studio,"
Seperti biasa Paman Jin akan mentraktir di setiap malam Minggu. Entah darimana dia pergi pulangnya pasti membawa makanan banyak sekali. Di antara mereka member-member BTS yang mempunyai hobi makan banyak itu ya Jin sendiri.
Aku membenahi pakaianku. Pakaian yang kupakai harus sopan dan tertutp tidak boleh memakai pakaian yang terbuka karena perjanjiannya memang seperti itu atau jika tidak Kim Seok-jin akan memarahiku dengan wajah imutnya itu. Apakah kalian sempat berpikir dimana letak studionya? Tidak jauh dari kamarku tapi aku seperti berjalan keluar rumah karena rumah yang dihiasi kaca bening membuat pemandangan diluar sangat jelas, bahkan aku bisa mencium harumnya tumbuhan hijau dari dalam. Sesampainya di depan studio aku mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Come in,"
Aku masuk ke dalam studio dimana ada member lengkap BTS di dalamnya.
"Selamat datang di Eat Jin," ujar J-Hope memyambut kedatanganku di studio dan merekapun tertawa.
"Wah, selama aku di rumah ini hanya Moon-ju yang sering makan bersama kita," ujar Nam-joon.
"Asistenku memang yang terbaik," sahut Suga.
"Asistenku juga," ujar Jin menatap Suga. "Karena sudah lengkap ayo semuanya kita makan," ujar Jin membuat semua member BTS menyerbu semua kotak makan yang tersedia termasuk aku.
Aku memilih untuk membuka sebuah kotak yang berisi pasta. Aku mengambil sepasang sumpit dan mulai menyumpit pasta dengan banyak karena terlihat begitu menggiurkan. Ternyata benar pastanya sangat lezat. Aku memohon pada Tuhan agar J-Hope, Jin dan Jungkook menutup mulutnya untuk tidak membuka lelucon karena mulutku penuh dengan pasta.
"Mengapa kau makan persis seperti Jungkook, celemotan," ujar Suga. Aku hanya tersenyum membuat Suga mengambil tisu dan membersihkan saus pasta di bibirku.
"Gomawo oppa," ujarku.
"Hyung. Bibirku juga celemotan mengapa tidak kau bersihkan juga?," ujar Jungkook menunjukkan bibirnya yang penuh saus pasta pada Suga. Jin yang tersadar perkataan Jungkook langsung mengambil tisu lalu membersihkan bibir Jungkook.
"Jin memang cocok jadi ibu ketimbang kakak," ujar J-Hope membuat Jimin dan V tertawa.
"Hatinya lembut seperti adonan kue," sahut Jungkook membuat Jin frustasi dan melempar tisu yang ia gunakan untuk Jungkook tadi. Semua member tertawa karena ekspresi Jin yang sangat lucu.
Banyak sekali lelucon yang kadang spontan dikeluarkan J-Hope maupun Jungkook. Hingga rasanya aku merasa kenyang karena memakan lelucon ketimbang makanan. Sasaran lelucon mereka tidak pernah jauh dari Jin dan Suga tapi ada kalanya satu-persatu dari mereka akan mendapatkan lelucon masing-masing. Makan malampun selesai untuk hari ini, sekarang tugasku untuk membereskan sampah-sampah yang berserakan di studio dan mencuci piring yang kotor. Sebenarnya ada petugas yang akan membersihkan sampah, mencuci piring dan mencuci baju hanya saja aku tidak bisa melihat tempat yang kotor dan berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Seven Days With Seven
FanficKurang lebih tiga sampai empat tahun aku hidup bersama bangtan, namun tujuh hari terakhir membuatku hancur dan kehilangan diriku sendiri. Setelah tujuh hari itu semuanya hilang seketika, seakan-akan kenangan tentang bangtan terhapus begitu saja. Ak...