08. Broke

125 21 4
                                    

hai yeorobuun~

---------------


Posisi tidur yang sedikitㅡkhem, aneh. Segera berakhir ketika Haechan terbangun. Refleks, ia langsung duduk tegap. Memindahkan kepala Jenar, agar bersandar pada sandaran sofa. Tentunya dengan cara yang tidak sopan.

Mendorongnya. Iya, didorong.

"Buset, leher gue."

Krak!

Bunyi otot leher Haechan terdengar cukup nyaring.

"Jam berapa dah?" Haechan mengedarkan pandangannya, mencari jam dinding di sudut ruang tamu.

Matanya langsung membola,

02:12 PM

Haechan menoleh ke arah pintu kamar Jeno yang terlihat terbuka. Pintu berwarna putih yang berada di lantai dua. Kakinya melangkah lebar, menaiki anak tangga menuju kamar yang lampunya masih menyala.

"Jen," Haechan membuka pintu itu agar terbuka lebih lebar. Jeno yang menggunakan headphone pun tak mendengar panggilan dari Haechan. Hingga, Haechan terpaksa masuk ke dalam kamar milik Jeno.

"Jeano!"

Brak!

Jeno hampir terjungkal dari kursi gaming yang ia beli kemarin. Tangannya bergestur ingin memukul Haechan.

"Kalem, bro." Jeno menghela nafas, meletakkan headphone nya sembarangan. Membuat Haechan meringis.

Bagaimana tidak? Headphone itu adalah idaman Haechan yang tak akan pernah ia beli karena harganya yang bukan main. Bisa-bisa uang jajannya akan berkurang tiap bulan.

Jeno bangkit dari duduknya, "Udah pacarannya?"

"Hah? Gila aja gue pacaran sama Jenar." Haechan bergidik. Hingga tangan Jeno mampir untuk menjitak kepalanya. Haechan malah menyengir, menampilkan deretan giginya yang rapi.

Jeno tidak tahu saja, jika Haechan pernah berstatus sebagai kekasih adiknya. Ya walaupun hanya sebagai imbalan.

"Lo ngapain ke sini?"

"Oh. Gue mau pamit," Jeno membulatkan mulutnya.

"Jenar di biarin di situ?" Jeno mencibir singkat, lalu mengangguk. "Keknya, iya."

"Apa ga sakit tuh leher? Dingin juga."

"Dih. Peduli amat lo?"

"Lo jahat banget sih jadi abang." Jeno tergelak. Lalu menepuk pundak Haechan.

"Lo dapet restu kok, dari gue sama bunda. Gak tau kalau bokap." Haechan melotot. Rasanya, ia ingin menampol kepala Jeno agar ia waras. Bisa-bisanya si sipit ini mengganti topik pembahasannya.

"Bacot bener. Dah, bopong adek lo sana." Haechan melangkah keluar dari kamar Jeno. Sedangkan Jeno tak henti-hentinya terkekeh geli.

"Btw, mobil baru bro?" Haechan berbalik, mengerutkan keningnya. Sedangkan Jeno, mulai berjalan mendekati Haechan.

Tunggu, mobil baru?

"Anjing, mobil orang itu mah!" Haechan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Membuka pintu utama yang ternyata tidak di kunci.

"Bego banget lo, Dar."

Jeno menggelengkan kepalanya, melihat tingkah sang teman yang tak pernah berubah. Dengan perlahan, ia berjalan menuju ruang tamu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NotebookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang