(Bara's side)
°°°
Karena kesalahan gue yang nggak nge-share silabus dan ngasih tahu bakal ada pre test lebih awal ke anak-anak tadi malam, akhirnya hampir seluruh mahasiswa kelas gue yang jumlahnya 105 (belum termasuk gue) menggerutu gara-gara pre test di awal pertemuan dan pemberitahuan nya cuma tiga puluh menit sebelum masuk sesi.
Tapi sesuai dugaan, soal pre test yang dikasih masih biologi-biologi dasar yang untungnya gue ingat banget tuh materi dari SMA. Jadi, gue masih bisa santai ngerjain tanpa belajar. Jangan ditiru ya, ngerjain soal tanpa belajar tuh hasilnya beda sama ngerjain soal dengan belajar walau lupa-lupa. Tapi, beda lagi kalo yang udah diluar kepala, bukannya sombong, cuma ya gitu.
Tinggal beberapa kalimat penutup di soal terakhir gue melirik Profesor Reino. Gue udah nggak pusing, tapi anehnya gue masih melihat cahaya merah terang di sekitar tubuh profesor. Apa coba? Kenapa muncul? Kenapa cuma ke profesor dan perawat yang kemarin... Oh iya, lagi jadi berita hangat, perawat yang gue lihat kemarin, pagi tadi meninggal. Katanya, bunuh diri. Beberapa bulan belakangan, kalo gue nggak salah udah tiga orang tenaga medis di rumah sakit meninggal saat ayah sudah memegang jabatan direktur. Tiga-tiganya bunuh diri dengan alasan yang sama, tekanan bekerja? Apa ayah terlalu menekan paramedis? Yang gue tahu, kebanyakan paramedis gugur karena kelelahan bekerja, apa mereka menyerah dalam berjuang menyehatkan pasiennya? Apa lingkungan kerjanya terlalu buruk?
"Kumpulkan lembar jawabannya pada Bara. "
Nanti kamu langsung ke ruangan saya, ada yang saya perlu tanyakan juga." Ucap Professor, beliau bangkit.
"Jangan lupa bikin kelompok diskusi, topiknya nanti kalian pilih dari yang sudah saya list tadi."
Tanpa menunggu jawaban dari anak-anak, Professor Reino meninggalkan ruang kelas. Tepat setelah pintu ditutup, anak-anak mulai chaos melengkapi jawaban yang belum terisi, tidak sedikit pula yang sudah mengumpulkan jawabannya ke gue.
"Bar, lo sekelompok sama gue ya." Ucap seseorang yang gue kenali banget suaranya, gue yang baru menulis jawaban pre test yang belum rampung pun menjawab tanpa menengok ke arahnya. "Masukin aja."
"Dih, nggak ngomong sama lo."
Gue mendelik, memutar tubuh sehingga menghadap Sheril yang duduk dibelakang gue.
"Serius lo nggak mau sekelompok sama gue?"
Sheril terkekeh. "Yang nggak mau siapa? Lo udah pasti masuk list kelompok, gue cuma lagi nawarin Dara, itung-itung nambah anggota kelompok." Dia menunjuk gadis yang duduk di sebelah kanannya. Dara menatap gue dengan bingung, detik berikutnya dia mengalihkan pandangannya pada handphonenya.
Gue menggaruk tengkuk yang sebenarnya nggak gatal, refleks aja. Lagian gue dengar dia manggil Bar, bukan Dar. "Yaudah, atur aja." Gue lalu kembali nulis jawaban.
Setelah selesai, gue ngitung lembar jawaban yang udah terkumpul ditangan. Totalnya pas 106. Selain gue yang sibuk sendiri, anak-anak kelas masih sibuk nyari-nyari teman kelompok yang menurut mereka pas.
"Ril, Ril! Ini list topiknya. Gue minta tolong nanti lo atur aja ya bareng kelompok lain pemilihan topiknya." Ucap Gue pada Sheril yang sibuk mengajak orang-orang untuk join ke ke kelompoknya--kelompok kita. Gadis kcamata berbingkai putih itu menyerobot kertas yang sebenarnya gue ulurkan dengan baik-baik. "Yaudah."
Gue berjalan meninggalkan suasana kelas yang masih kacau, agak nggak enak sebenarnya sebagai penanggungjawab mata kuliah malah nggak bisa handle.
Ajeng Sherilea Ayuningtyas. Gadis kelahiran Jawa-Bali ini teman SMA gue, kita dua tahun satu kelas. As long as you guys see kita nggak akur-akur banget. Selain classmate, kita dekat karena ibunya pernah menjadi kepala perawat UGD di rumah sakit yang sama dengan ayah, jadi ya kita sering bareng untuk beberapa alasan. Tapi katanya beliau udah berhenti bulan lalu, nggak tahu kenapa. Omong-omong, Profesor Reino juga dokter neurologi di rumah sakit ayah--sebenarnya bukan rumah sakit milik ayah tapi biar enak aja nyebutinnya, gitu. Bisa dibilang dokter Reino ini junior ayah di rumah sakit ya walaupun beda departemen, ayah gue spesialis penyakit dalam. Kalo dipikir-pikir gue berada di lingkup yang ini-ini aja, iya nggak sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Murder [MOVE TO DREAME]
Mistério / SuspenseTentang Bara yang masuk kuliah kedokteran, tetapi karena itulah dia bertemu Dara, gadis yang selalu menyembunyikan pandangannya pada sebuah buku dengan earphone yang selalu menutup kedua telinganya. Bara ingin selangkah lebih dekat dengan Dara tapi...