Baru dua hari resmi menjadi mahasiswa, kejadian-kejadian ekstrem membuat pikiran Bara tak fokus. Walau begitu, pagi-pagi sekali di hari rabu Bara sudah sampai di fakultasnya. Ia berjalan dengan wajah muramnya menuju kelas, lorong-lorong kelas masih sepi, mungkin ada beberapa mahasiswa yang sudah ada di dalam kelas atau di perpustakaan, untuk kelas Bara jadwal sesi paginya seperti dua hari kemarin, dimulai pukul 08.00.
Mengenai kejadian kemarin, ia tak sempat menanyai ayahnya, sebab ayahnya tak bisa dihubungi dan tak pulang ke rumah, mungkin masih sibuk dengan urusan di rumah sakit, baik sebagai dokter maupun sebagai direktur.
"Selamat datang kehidupan kampus." Ucapnya lemah sambil membuka pintu ruang kelasnya.
Seperti biasa pula, seorang gadis mendahului kedatangannya di kelas. Pemandangan tak asing yang Bara lihat, gadis dengan rambut terurai dan wajah yang tertutup dua halaman buku.
Bara menghela napas, ia berjalan lunglai menuju kursi di depan gadis itu. Ia mendaratkan pantatnya, lalu memutar tubuh sehingga menghadap pada gadis itu.
"Lo baca apa sih?"
Gadis itu mendongak, ia kemudian menunjukkan buku itu pada Bara. "Bahan diskusi."
Buku tebal biologi itu mengganggu pikiran Bara. "Baru aja kemarin dibagi topiknya."
Gadis itu tidak merespon, ia kembali membaca buku tebal di mejanya.
"Gue boleh tanya sesuatu nggak?"
"Mungkin terlalu pribadi sih."
Tidak ada respon sama sekali dari Dara, tapi karena akal pikiran Bara sudah dipenuhi pertanyaan-pertanyaan pria yang ia temui kemarin, ia pun menanyakannya. "Kemarin yang sama lo di depan fakultas siapa? Kayaknya lo berdua deket."
Dara berhenti membaca bukunya, tapi dia tidak memberi jawaban.
Menyerah, akhirnya Bara memutar duduknya. "Sorry."
Bara memilih mengambil handphonenya dan memainkan game free fire.
Satu persatu kelas mulai terisi, Bara juga sudah tidak memainkan lagi gamenya, ia bergosip dengan beberapa teman perempuan dan dua teman laki-lakinya. Bara juga mulai bercerita mengenai Professor Reino.
"Jadi, prof Reino diracuni? Bukan keracunan?
Bara meletakkan telunjuknya dimulut mengisyaratkan agar mereka menyimpan informasi itu, karena yang beredar di lingkungan kampus Professor Reino keracunan makanan vegetarian nya. Karena walaupun dari bahan-bahan alami;sayur&buah jika makanan vegetarian yang tidak dikelola dengan baik racun alami dari sayur bisa mempengaruhi kualitas makanannya.
Tapi Bara disana, menyaksikan Professor Reino hanya meminum air mineralnya dan menunjukkan tanda-tanda keracunan, hanya karena air mineral?
"Sumpah siapapun orangnya, jahat banget tuh orang."
Bara segera mengangguk menyetujui.
Sheril berlari menghampiri kerumunan empat orang yang masih asik membicarakan teori konspirasi mereka. Ia lalu memuku keras lengan Bara. "Lo kemarin abis ngapain disana anjir?! Kenapa bisa sama adek gue?! Gue telpon dari semalem juga nggak diangkat!"
Bara memroses perkataan Sheril, ia kemudian menjentikkan jarinya. "Temen-temen adek lo udah baikan kan?"
Sheril mengangguk, "Jawab dulu pertanyaan gue, lo ngapain ada disana?"
"Apaan nih maksudnya?"
"Lo kemarin jalan sama adeknya Sheril?"
"Sssttt!!" Bara meminta teman-temannya berhenti melontarkan pertanyaan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Murder [MOVE TO DREAME]
Gizem / GerilimTentang Bara yang masuk kuliah kedokteran, tetapi karena itulah dia bertemu Dara, gadis yang selalu menyembunyikan pandangannya pada sebuah buku dengan earphone yang selalu menutup kedua telinganya. Bara ingin selangkah lebih dekat dengan Dara tapi...