Kenikmatan Arman Pertama

5.3K 18 0
                                    

”Pergi mandi dulu, ujar Arman, melepas pelukan dan bangun.

”I.. iya kak, jawab Winda terbaring lemas diatas ranjang.

Jangan bilang kesiapapun! Ancam Arman dengan mata melotot Kalau kamu bilang kakak tidak akan membelikan kamu baju lagi, tambahnya sambil mengancingkan bajunya

Arman meninggalkan Winda yang masih terbaring di kasurnya. Ia tidak pernah berpikir akan masa depan adik tirinya itu.

Winda mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Ia berjalan tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Dio curiga.

Kamu kenapa kok jalannya gitu? Tanya Dio penasaran

Capek, singkat Winda dengan wajah lusuh

Jawaban Winda yang singkat dan dengan wajah yang terlihat lusuh, Dio percaya tanpa bertanya lagi. Namun, bu Ati juga mencurigai Winda.

Winda, kamu kenapa kok jalannya gitu? Habis jatuh? Tanya bu Ati yang penasaran juga

Engga bu, capek aja,

Bu Ati meninggalkan Winda didepan pintu kamar mandi. Beliau melanjutkan membuat kue. Hari ini bu Ati mendapat rejeki lebih, bu Haji memesan kue kering 200 buah untuk syukuran.

Dio turut membantu Ibunya sejak pulang sekolah. Ia memasukkan kue yang sudah jadi ke plastik yang berukuran sesuai dengan kuenya.

Dio bersyukur kue Ibunya sudah mulai terkenal di kampungnya. Artinya, ia bisa membayar uang sekolah tepat waktu. Ia juga bisa menabung untuk biaya kuliahnya nanti.

Bu Ati meminta Dio untuk mengantar kue kerumah bu Haji. Rumahnya berada di ujung jalan sebelum masuk ke desa, sehingga Dio harus membawa motor.

Ia pinjam motor kakaknya. Kebetulan kakaknya sudah pulang tadi siang.

Winda mau bareng kakak ngga? Kakak mau ngantar kue kerumah bu Haji. Ajak Dio

Iya kak, jawab Winda, wajahnya masih sedikit terlihat lusuh

Mereka pergi berboncengan. Sebelum kerumah bu Haji, Dio mengantar adiknya ke masjid untuk mengaji dengan teman-temannya.

Aku, Kakak dan Ibu TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang