tekaning tresno (datangnya cinta)

5 1 0
                                    

“ibu!” nayna keluar kamar dan langsung duduk di samping ibunya.

“haduh Nay, kamu ini kenapa to , tiba-tiba lari gitu sambil senyum-senyum. Sampai ibu kaget, untung nggak tersedak keripik singkong, jadi anak yatim kamu nanti.” Ibu mengomel sambil terheran-heran.

“hehehe. Maaf, Bu."
"Aishh jangan gitu dong bu..” Nayna mengambil keripik singkong yang ada di toples di depan ibunya.

Mereka berdua asik menikmati keripik singkong di ruang keluarga, duduk di kasur lantai yang memang di sediakan untuk bersantai dengan keluarga kecil mereka sambil menikmati acara televisi.

"Hmmm" jawab Dewi cuek.

“ih ibu, liat Nayna dong. Kan Nay mau tanya serius.” Sambil merajuk dan mengecilkan volume televisi.

“haduh, iya ada apa, sayang. Mau tanya apa to kamu?”

“apa cinta hadir karena terbiasa?”

“emm.. bisa jadi.” Ibu membenarkan posisi duduknya dan meletakkan toples berisi keripik singkong di meja yang ada di sampingnya. Lalu ibu melanjutkan,

“ibu kasih tau ya, kalau orang Jawa bilang tekaning tresna jalaran saka kulina. Artinya, datangnya cinta karena terbiasa, ya intinya begitulah.”

“Maksudnya gimana sih Bu?”

“gini lo sayang. Cinta bisa hadir dari berbagai cara. Melalui banyak jalan. Setiap orang menemukan cintanya dari cara yang berbeda-beda. Ada yang sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu,  ada yang melalui serangkaian kisah panjang."

"Misalnya sering bersama hingga ada rasa nyaman yang hadir diantara keduaanya. Dan jika dibiarkan maka cinta bisa saja akan bersemi."

"Maka dari itu banyak orang yang jatuh cinta pada teman atau sahabat sendiri yang sudah dikenalnya sejak lama. Paham nggak?” Dewi menjelaskan apa yang ia tau, sambil mengenang rasa yang  pernah ia rasakan sewaktu masih muda dulu.

Nayna yang terus mendengarkan ibunya sambil melamun, terdiam mengingat sesuatu. Ia sadar bahwa ia telah merasakan hadirnya cinta seperti yang ibunya bilang. Cinta saat pertama kali bertemu bersama Aldin. Lalu terlintas sosok Arka yang sudah menemaninya sejak beberapa bulan yang lalu. Yang telah melewati hari demi hari, hingga mungkin kini rasa perlahan bersemi.

“Nay, paham nggak?” ibu mengulang pertanyaan sambil menyenggol pundak Nayna yang sedari tadi terdiam.

“Eh.. Iya bu paham kok.”

“Kamu kenapa sih. Di jawab panjang lebar malah diam aja? Kamu mikirin apa? Apa kamu jatuh cinta lagi?” goda wanita berambut sebahu itu pada anaknya.

“Nay tuh bingung Bu.”

“bingung kenapa? Kalau bingung ya pegangan dong biar nggak jatuh. Hehehe.”

“ihh ibu.” kesal Nayna.

“kenapa sih... Nggak usah manyun gitu dong bibirnya.”

“ibu tau Arka kan, yang pernah jemput Nayna beberapa kali? Dia itu yang udah membuat senyum Nay ada lagi, dia yang membantu Nayna buat move on dari Aldin. Arka itu teman SMPnya Aldin Bu. Tapi mereka berbeda, beda banget.”

Nayna terus menceritakan tentang Arka, terlihat dari matanya sambil mengenang seseorang “Arka itu cowok humoris tau ga, sih, Bu. Dia sering bikin Nay ketawa sampai aku lupa kalau sedang sakit hati. Dia membuat Nay tertawa dengan cara-cara dia yang sederhana.”

“oh jadi intinya tekaning tresna jalaran saka guyon bendina? ciee yang lagi jatuh cinta. Sampai senyum-senyum gitu cerita tentang Arka.” Ibu menggoda Nayna.

Dengan pipi merah merona karena tersipu malu Nayna mengelak, “maksud ibu datangnya cinta karena bercanda setiap hari, gitu? Haduh ibu selalu deh. Tapi nggak mungkin kalau ada cinta diantara kami berdua. Lagian kita Cuma teman."
"TEMAN.” tegasnya.

“Orang pacaran juga awalnya karena pertemanan, to. Eh tapi jangan aneh-aneh dulu. Kamu itu bentar lagi mau skripsi. Jangan sampai terganggu sama hal yang lainnya lho ya.”

“iya-iya Bu. Tenang aja. Nay tau kok mana yang harus diprioritaskan buat saat ini."

“nah bagus itu. Pentingkan yang penting.”

Tok..tok..tok

“assalamualaikum” terdengar suara tamu dari luar.
“eh siapa ya malam-malam begini yang datang. Biar ibu buka dulu.”

“hati-hati Bu. Suaranya kayak cewek, jangan-jangan mantannya ayah mau silaturrahmi. Hahaha.”

“kamu ini bisa aja. Kalau bener ya biarkan saja biar ibu sambut dengan bahagia.” ibu beranjak dari duduknya.

“lah emang kenapa, Bu?”

“iya lah. Soalnya dia yang mengejar, ibu yang di nikahin. Hahaha”

Dewi terus berjalan untuk membukakan pintu sambil berteriak pada seseorang yang ada di balik pintu, “iya tunggu sebentar.”

RintikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang