dua rasa

3 1 2
                                    


Bulan penuh perlahan tertutup awan kelabu. Langit sepi tiada yang berpendar. Jarum panjang tepat berada di angka sepuluh.

“Kau mau kemana?” Danil menyapa sembari fokus pada layar ponselnya.
“Nggak kemana-kemana. Cuma mau ke depan cari angin.” Arka mengambil gitar yang ada di balik pintu kamar.

Arka menuju teras depan rumah, duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu. Perlahan senar gitar dipetik dalam suasana hati yang pelik.

“Nay, walau seandainya malam ini ada sang purnama dan ditemani taburan bintang yang bersinar terang hingga langit melukiskan keindahan. Namun, keindahan langit tak dapat mengalahkan keindahanmu. Bulanpun akan malu tertandingi cantiknya parasmu. Dan bintang akan meredup saat menatap binar matamu.”

Perlahan gerimis merintik basahi bumi. Angin semilir meraba dedauan, mengayun perlahan terdengar alunan merdunya. Detik perlahan membisik tentang kenangan bersama Nayna. Senar gitar mulai dipetik, menyenandungkan lagu berjudul Cinta Luar Biasa.

“Waktu pertama kali. Ku lihat dirimu hadir.  Rasa hati ini inginkan dirimu. Hati tenang mendengar. Suara indah menyapa. Geloranya hati ini tak kusangka. Rasa ini tak tertahan. Hati ini selalu untukmu…….”

Eitsss... Readers boleh ikutan nyanyi kok hwhwhw..

Danil yang mendengar alunan merdu dari Arka beranjak keluar, memperhatikan Arka dibalik pintu.
“Tumben tuh anak nyanyi lagu kayak gitu. Nggak biasanya. Kesambet penunggu kos jangan-jangan...”

Danil terus memperhatikan Arka yang bernyanyi. Sampai di pertengahan lagu,

“terimalah lagu ini. Dari orang biasa. Tapi cintaku padamu luar biasa. Aku tak punya bunga. Aku tak punya harta. Yang ku punya hanyalah hati yang setia…”
“woy. Tumben kamu nyanyi sambil menghayati gitu. Hahaha” Danil menepuk pundak Arka dan duduk di sebelahnya.

Arka kaget dan sontak menghentikan nyanyinya, “kamu ini ngagetin aku aja. Apaan sih, siapa juga yang menghayati. Orang aku cuma nyanyi sambil nunggu ngantuk.”

“Ngantuk kok di tunggu. Emang gebetan. Hahaha..”

“Udahlah, kamu nggak usah ngelak segala. Udah lebih dari lima tahun kita tinggal bareng.”

“Ngelak apaan sih?"
"emang kenapa kalau udah lama tinggal bareng. Kamu jatuh cinta gitu sama aku?”

“nahh.. tepat sekali .. iya aku cinta sama kamu.” Danil memetik pucuk daun yang menjulai di sampingnya.

“Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Danil seolah-olah menembak kekasihnya.

“sorry Nil. Aku masih waras. Lagian koleksi pacar kamu juga banyak, aku nggak mau menjadi salah satu yang kau punya. Aku ingin, aku hanya satu-satunya yang kau punya” suuara Arka melembut.

Kini mereka tertawa bersama atas kegilaan yang mereka lakukan barusan,
“hahaha,. Gila!"

“Kamu yang gila. Itu tuh barusan salah satu trik  buat ngedeketin cewek, kamu bisa lah ngikutin resep ku biar ga jones mulu.”

“kayak ini nih, jomblo ngenes malam-malam gini bukannya tidur malah nyanyi.”

“Nyamuk-nyamuk pada bangun semua gara-gara suara kamu, tuh. Jangkrik pada protes . Katak pada tawuran tuh. Aku yang abis telepon pacar jadi keganggu sama suara kamu. Terus aku bilang ke pacar aku, 'bentar ya beb aku mau membasmi nyamuk yang lagi galau. Hahaha.”

“mending aku jadi nyamuk gangguin orang pacaran dari pada jadi buaya yang pacarnya banyak. Mayan dapet pahala."

“yee.. nyindir nih.. kek cewek-cewek yang pacarnya direbut pelakor aja suka nyindir.”

“eh. Kamu kenapa sih? Galau? Lagi jatuh cinta ya? Ciee..” Danil terus meledek Arka.

Arka tak menjawab dan terus terdiam.
“woy, malah diem aja.” Wajah Arka dilempar sehelai daun oleh Danil.

“jadi benerkan kamu sedang suka sama wanita. Kenalin dong. Katanya udah anggep saudara, masak diem aja sih. Ih Mas Arka Pelit. “ logat kemayunya keluaarrr…

RintikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang