siapa dia?

6 1 2
                                    


“Arka. Mau bareng aku nggak pulangnya.” Seorang wanita dengan motor matic warna merah berhenti menghampiri Arka yang sedang berdiri di depan pos perusahaan.

“Nggak usah. Makasih.” Arka menolak dengan senyum ramah hingga terlihat jelas lesung pipinya.

“Ayok sekalian aja. Kan searah rumahku sama rumah kos kamu.”

“Nggak usah Mala. Nanti ngrepotin.” Arka berusaha menolak dengan cara halus.

“lagian aku sedang nunggu Danil, kasian dia nanti jika pulang sendiri nyasar lagi. Hahaha.”

“Nah itu di parkiran dia sudah ambil motornya. Kamu duluan aja, nanti keburu malam, ga baik cewek pulang sendiri malam-malam.”

Ah, Arka...

Jangan beri perhatian sekecil apapun pada wanita jika tak ingin memberikan luka.

“Oh gitu. Ya sudah. Aku duluan, ya.” Terlihat raut wajah kecewa dengan senyum yang di paksakan.
“iya. Hati-hati.”

“Arka juga hati-hati ya, aku pulang dulu. assalamualaikum” Mala menutup kaca helmnya, dan melaju perlahan meninggalkan Arka.

“waalaikumussalam”
Beberapa detik kemudian, Danil datang dengan motornya menghampiri Arka.

“Lama banget sih ambil motornya.” protes Arka.

“antri tuh liat rame banget.” Jawab Danil sewot sambil menunjuk ke arah parkiran yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

“wihh.. Mala anak baru bagian marketing kan itu?”

“iya” jawab Arka singkat.

“akhirnya kau menirukan jejakku. Hahaha”

“jejak apaan sih, ga jelas banget. Udah ah ayok pulang.” Sambil mengangkat kakinya sebelah.

“eits... jangan naik dulu dong. Sabar. Maksudku tuh jejak langkah ku yang mengoleksi gebetan. Eak. Hahaha” Danil tak henti-hentinya meledek Arka.

“mau di anterin pulang segala. Romantis banget sih. Hahaha.” Danil mendengar percakapan mereka saat ia mengambil motornya.

“Haduh kamu tuh gebetan mulu yang dipikirin.” Arka memukul helm Danil.

“Aku sama mala nggak ada apa-apa. Cuma deket sebagai teman aja. Lagian kamu kan tau sejak 3 bulan lalu aku yang di suruh ngawasin dia. Ya wajarlah kalau aku sama dia akrab.” Kini Arka naik motor duduk dibelakang Danil.

“Ayok buruan pulang nunggu siapa lagi hem..”

iyo-iyo pak bos"

"santai to jangan ngegas kek motor aja.”

Perlahan Danil melajukan motornya. Arka sengaja tak bawa motor, sebab biasanya mereka berdua bergantian untuk berboncengan. Kecuali jika Danil ada jadwal kencan dengan para gebetannya, pacarnya atau mantannya yang nggak bisa move on dari dia.

Entah kenapa buaya yang rupawan dilengkapi mulut manis lebih susah dilepaskan daripada yang pendiam tapi setia.

***

Pagi begitu cerah. Matahari ceria menyapa semesta, merangkak perlahan diantara gedung-gedung ibu kota Jawa Timur. Lalu lalang kendaraan  menjadi pemandangan khas kota Surabaya.
Pukul 7 lebih 20 menit, Nayna berangkat kuliah mengendarai motor maticnya. Sesampainya ia di depan gerbang gampus, seketika itu ia berhenti ditepi jalan setelah melihat sesuatu yang mengiris hatinya.
“Arka..” Nayna membuka kaca helmnya, memastikan yang dia lihat memang Arka.
“iya bener itu Arka. Tapi sama siapa dia. Siapa wanita yang diboncengnya. Kenapa mereke menuju perusahaannya. Apa mungkin mereka sama-sama karyawan di sana. Tapi kenapa berboncengan sih,  pakai motor Arka lagi?” Kesal Nayna.

Tin.. tin.. tin.. suara klakson mobil membuyarkan lamunan Nayna yang penuh tanda tanya. Dia hanya menoleh dan segera masuk gerbang dengan mengendarai motornya sebelum ditegur oleh dosen yang ada didalam mobil itu.

“maaf pak.”

“Nay, jangan ngelamun aja. cepetan masuk.” Kata dosen praktikumnya.
***
“astaghfirullah. Ada apa dengan hatiku. Seperti ada sesuatu yang janggal dalam hati saat aku melihat Arka berboncengan dengan wanita lain. “
“Kenapa terasa sakit. Apa aku… apa aku, cemburu.” Nayna bergumam sendiri diparkiran motor.
“Tapi atas dasar apa aku cemburu. Apa hak ku. Aku bukan siapa-siapa dia. Harusnya aku sadar diantara aku dan dia tidak pernah ada apa-apa. Aku dan Arka hanya sebatas teman. HANYA TEMAN.” Nayna mencoba terus mengontrol perasaannya, menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan cepat. Mencoba menenangkan hatinya yang sedang gelisah tak karuan.
“Nay, ke kelas yuk.” Dua orang wanita yang memakai jas almamater sama dengan Nayna menyapanya setelah memarkirkan motor.

“eh iya. Kalian duluan aja. Nanti aku nyusul.”
“ya sudah kami duluan ya.”

“iya.” Jawab Nayna singkat. Dan kedua temannya berlalu meninggalkan Nayna yang masih duduk diatas motornya.

“aku harus memastikan siapa wanita yang berboncengan dengan Arka. Dan apa hubungan mereka berdua. Aduh kok  aku jadi kepo gini sih. Tau ah.” Nayna berjalan meninggalkan parkiran dan menuju taman yang dekat dengan laboratorium yang biasa ia gunakan praktikum.

Dibawah pohon besar dan rindang, cahaya matahari menerobos di sela-sela dedaunan.

Nayna berhenti dan meraih ponsel di saku jasnya.

“eh mending aku pastikan sekarang aja. Aku coba hubungin dia dan menanyakannya langsung.” Dia mencari nomor Arka yang sengaja ia beri nama 'cowok panda'. Yah, tentu saja sejak ia dibelikan boneka panda di mall waktu itu.

“eh nggak deh. Nanti malah ganggu dia kerja. Yaudah deh nanti aja waktu pulang.” Nayna kembali menutup ponselnya dan memasukkannya dalam sakunya.

Nayna hanya manusia biasa yang sama seperti wanita lainnya, memiliki hati tak sekuat baja, dan mudah rapuh terbakar api cemburu. Sepintar-pintarnya seseorang seringkali ia tak sadar bahwa sedang dibodohi oleh rasa yang salah.

"Cinta yang masih ragu, terkadang memang setega itu. Membunuh perlahan pada tuannya. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RintikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang