4. Rasa

21 6 5
                                    












"Alger!"

Pemuda itu menoleh, kearah seorang gadis cantik yang sedang memandang sinis ke arahnya. Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya heran.

"Ada apa Elle?" Tanyanya, dengan ekspresi datar andalannya.

"Gue tau, apa yang mau lo lakuin ke Ifeb", dengan senyum sinisnya ia menatap Alger, "gue bakal bantu lo", lanjutnya dengan tenang. Alger yang mendengar itu masih menatap datar ke arahnya.

Gadis itu, Elle. Gadis cantik, yang sangat membenci sahabatnya sendiri. Padahal sahabatnya itu sudah berbaik hati dengannya. Alger masih tidak mengerti, bagaimana bisa Elle membenci Ifeb? Rasanya ia ingin tertawa dengan keras, tapi ia juga harus tetap menjaga raut wajahnya agar tetap datar dan tenang.

Dan ia tidak tau saja, bahwa bahaya akan segera datang padanya, seperti pepatah yang mengatakan. Jangan membangunkan singa yang sedang tertidur, jika kamu masih ingin hidup dan selamat.

Alger mendekat ke arah Elle, lalu membisikan sesuatu, "gua terima bantuan lo", Elle menaikkan sebelah alisnya sekilas dan tersenyum miring kecil mendengarnya. Lalu, Alger pergi dari tempat tersebut.

Elle membalikkan badannya, dan menatap punggung Alger yang semakin menjauh.

Mendengus sinis, "the show starts", katanya sambil tersenyum sinis dan pergi ketempat persembunyiannya.















Dilain tempat, seorang wanita cantik sedang merapihkan rumahnya yang sedikit kotor, dengan bergoyang heboh. Bagaimana tidak heboh, saat ini ia sedang bergoyang dengan kaki kanan dinaikkan keatas kursi disebelahnya dan mengoyang goyangkan tubuhnya kekanan dan kiri, seperti orang kesetanan.

Dan sapu yang di pegangnya ia jadikan sebagai mic. Belum lagi, kepalanya yang diputar putar sampai membuat rambutnya berantakan tak beraturan, sudah seperti orang gila tak terurus.

"Apa salah dan dosaku sayang. . ." Nyanyinya riang sambil berjoget kecil.




"Bibi, kami pulang!" Teriakkan seorang gadis, tidak membuat ia menghentikkan goyangannya, jey masih saja bergoyang heboh, kini dengan goyangan ngebor dan patah patah andalannya.











"Astaga! Bi. . . Bi?" Rizuka terkejut dengan apa yang sudah dilakukan bibinya saat ini, Rion disampingnya hanya mengerjap ngerjapkan matanya dengan mulut terbuka. Shock! Sangat shock dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.

Jey yang melihat itu segera merapihkan rambut dan bajunya, "eh, kalian sudah pulang ya?" Mereka mengangguk kompak, masih shock dengan keadaan barusan.

Jey memasang ekspresi polosnya, seperti tidak terjadi apa apa, "ya sudah, ayo kita makan siang. Bibi sudah membuatkan kalian makan siang" ajaknya, "bibi tunggu ya", katanya sambil tersenyum.

Mereka berdua masih shock, Rion mulai tersadar lalu mendekati Rizuka, "ayo ka. Nanti kejadian lagi", ujarnya sambil meringis kecil, Rizuka mengangguk dan mereka menyusul Jey untuk makan siang bersama.







* * *







"Gimana semuanya?" Tanyanya pada bawahannya, "sudah siap nona" ujarnya, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya. Gadis cantik itu mengangguk dan berjalan ke arah yang lainnya.







Dari arah berlawanan, ada seorang pemuda yang nampaknta sedang terburu buru, sampai tak melihat ke arah depannya.
















Dan, bruk...










Gadis cantik itu mengaduh pelan, "sssh... aw" ringisnya sakit sambil memegang bokongnya yang terkena lantai.

IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang