8. Jadian?

27 4 0
                                    













Seorang pemuda tampan sedang memandang langit malam yang indah, dan sepertinya ia sedang menunggu seseorang.

"Apa gue ungkapin aja ya, apa yang gue rasain. Gue ga akan tau, dia punya perasaan yang sama atau ngga" gumamnya.

"Rion" ujar gadis cantik itu. Lalu Ifeb duduk disamping Rion. "Lama ya? Maaf ya, aku harus bantu ibu dulu" Rion memandang lekat kearah Ifeb, "hm? Oh... ga apa ko, aku belum lama juga disini" Ifeb mengangguk.

Mereka berdiam diri cukup lama, saling berpikir masing masing. Masih cukup canggung untuk memulai lebih dulu, tapi mereka juga sudah lumayan nyaman untuk bersama. Seperti saat ini.

Rion berdehem sejenak, "langitnya indah ya" ujarnya sambil memandang langit. Ifeb menoleh ke arah Rion, "iya indah" lalu mengalihkan wajahnya ke arah langit.

"Kamu yang indah, Ifeb" katanya yang membuat Ifeb menoleh kearahnya.

Ifeb melongo sesaat, "haha... bisa aja kamu" jawabnya sambil tertawa kecil.

Rion memandang Ifeb cukup lama, dengan senyum tipis yang terpatri di wajah manisnya.


'Entah kenapa... gue mulai sayang sama lo, Ifeb'














* * *














Dilain tempat. Disini sekarang, pemuda tampan itu berdiri diteras rumah seseorang. Pemuda ini memang sedang mengincar gadis desa yang cantik. Setelah ia telusuri, benar disini. Sebenarnya ada lagi, tetapi ia lebih tertarik dengan gadis cantik yang ada dirumah ini.

Dengan membawa sebuah paper bag, yang sudah terisi berbagai macam makanan. Pemuda itu berdiri diteras rumah.

"Aduh... ko gue deg degan ya" sambil memegang dadanya dan menghela nafas sebentar, kemudian ia mengetuk kembali pintu di depannya.

Cukup lama ia menunggu. Katanya, 'ga apa menunggu, selagi hasilnya memuaskan'. Sampai tak lama pintu terbuka, dan menampilkan sosok gadis yang ia tunggu.

"Ya? Mau ketemu siapa?" Tanyanya. Pemuda itu berdiam diri sejenak, sampai gadis itu mendekati dan bertanya kembali. "Halo" sambil melambaikan tangannya kedepan wajah pemuda tersebut.

Pemuda tampan itu tersadar. Walau belum sepenuhnya, "bidadari" Rizuka melongo. Dan juga sempat merona, tetapi ia bisa mengendalikan dirinya.

"Lo siapa?" Tanyanya, membuat pemuda itu tersadar sepenuhnya dan menjawab, "oh iya... gue Davin, tetangga baru. Tepat disebelah rumah lo ini" dengan menjulurkan tangan kanannya, walau ia gugup. Rizuka tertawa kecil dan menggeleng, lalu menjabat tangan Davin.

"Gue... Rizuka"

'Tenang, Vin. Lo harus terlihat cool' ia masih mengingat ucapan sobatnya itu.












"Lo... kalo mau deketin cewek yang lo mau, ga usah kebanyakan ambyar. Yang ada bukannya dapet, malah ketikung loh..." ujarnya dengan tertawa tawa membuat pemuda disampingnya itu kesal, dan merubah raut wajahnya saat mendengar, perkataan selanjutnya dari sobatnya.

Disini mereka. Sedang duduk bersama, sambil menikmati pemandangan pantai yang enak dipandang, dengan obrolan yang asik.

"...nih ya, Pin... sahabat gue yang paling best. Gue kasih tau, jadi cowok itu boleh ambyar. Tapi jangan pas didepan cewek yang lo suka. Yang ada dia malah ngetawain lo..." ujarnya lalu menghela nafas sejenak. "...cowok itu harusnya bisa ngendaliin diri, biar ga ketauan kalo dia itu sebenernya lagi ambyar..."

IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang