14. SERPIHAN KACA

791 67 22
                                    

15. SERPIHAN KACA

"Mereka Memperlakukan saya Layaknya seekor hewan yang diiming iming akan kasih sayang namun penuh dengan kepalsuan"
Arkanus Daerobi


"NGAPAIN LO DISINI HAH!!!"
Teriak Arka menarik kerah pria itu

“Arka.”

“Arka, stop.”

“Dari dulu elo nggak pernah berubah”
Ucap laki laki itu tersenyum miris.

“Waktu sekalipun nggak akan pernah bisa ngerubah gue.”

“Gue nggak pernah mau elo bersifat kaya gini.”

“Dan elo nggak punya hak untuk ngatur hidup gue.”

“Gue? Ngatur hidup Lo? Mikir Arkanus.”

Arka tertawa sinis.
“Bukanya yang harusnya mikir itu elo, ya?”

Memang Masalah seperti ini seakan selalu membuat Otaknya seketika mendidih walaupun sudah bertahun tahun lamanya namun tetap berbekas di hati diri Seorang Arkanus Daerobi.

Tanpa mengatakan kata apapun lagi Arka menarik lengan Satura dan membawanya masuk kedalam mobil,
Satura yang penasaran dan ingin bertanya pun mengurungkan niatnya karna ia tau suasana hati Arka sedang tidak baik-baik saja saat ini.

***

Kamu pulang sekarang juga!
Teriak seorang laki laki ditelpon itu.

“Rumah Saya disini dan saya tidak mempunyai hak lagi untuk kembali ketempat itu.”

“Nggak tau diri kamu jadi anak.”

Tut tut tut...

Arka lebih memilih menutup Telpon dari Ayahnya, Memang karna kejadian ia terus dipukuli Arka tidak pernah tinggal dirumahnya lagi, lebih tepatnya adalah rumah Ayahnya baginya tempat itu adalah Neraka berkedok Istana.

Arka menetap di apartemen elite hasil jerih payah ia sendiri, memang tidak sebesar rumah Lama nya nun cukup untuk dirinya menetap di sana, Dulu kakek nya mengajari bagaimana cara mengelola perusahaan, berinvestasi maupun bekerjasama dengan klien Alhasil diumurnya yang masih terbilang Muda ini ia sudah memiliki sebuah Cafe yang sangat besar juga Barista setia yang selalu menemaninya seperti Jaja yang memang bekerja sampingan di Cafe milik nya, tak hanya itu Arka juga memiliki Apartmen mewahnya Sendiri seperti yang ia tempati sekarang.

“Bokap?”
Tanya Zidan yang memang sedang berada dirumah Arka.

Rumah itu sangat besar namun sepi tak ada penghuni lain disana selain Arka dan bi Siti wanita paruh baya yang sudah sejak lama bersamanya dulu bi Siti bekerja di rumah kakeknya namun setelah kepergian sang kakek ia memutuskan untuk bekerja bersama Arka daripada Ayahnya dan sampai saat ini Bi Siti setia dan menempati rumah itu bahkan Arka sudah mengangapnya seperti neneknya sendiri juga ia sangat menghormati bi Siti sebagaimana bi Siti menghormatinya.

Arka hanya menganguk seraya mengambil Satu puntung Rokok diatas meja dekat Zidan dan mengisapnya sampai kepulan asap itu memenuhi tempatnya duduk.

SATURNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang