Ft. Shuhua and other
Kehancuran dan kematian datang tanpa salam merusak ketenangan hingga mengakibatkan perpecahan.
Dendam, ego, harta, kekuasaan.
Siapa yang akan bertahan?
Atau semuanya akan mati secara perlahan?
~Cerita ini murni imajinasi saya se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gila? Hah ini dunia, semakin gila semakin luar biasa -TRQ
👑
Damn!
Semua informasi yang mereka cari sia sia. Mereka bahkan tidak mendapat apa apa.
"Coba gue lihat lagi siapa tau ada informasi lagi,"ucap Jisung lalu menghidupkan Thrid Watchnya.
Sadrina juga, ia langsung mengontak kakaknya, untuk meminta bantuan lagi.
Dan setengah jam berlalu, nihil. Tidak ada tanda tanda mencurigakan yang berkaitan dengan Altair atau Naya, bahkan Sadrina sampai mengecek satu persatu pengunjung yang sering datang kesana dengan teliti.
"Fiks, bukan Srikandi Caffe,"ujar Sadrina mantap.
"Lo beneran hafal gak sih sama tempat favorit mantan lo?"tanya Sadrina dengan menekankan kata mantan berharap agar Renjun sadar bahwa hubungan mereka sekarang sudah sebatas mantan.
Walau Renjun sudah sadar dari lama namun Sadrina hanya ingin menyindir patnernya itu.
"Lo salahin gue?"
"Gue tanya lo beneran hafal apa enggak?"kata Sadrina.
"Gue yakin itu tempatnya."
"Gue ragu."
"Lo siapanya? Sokap banget."
"Lo siapanya? Ngaku deket tapi hal kaya gini aja bahkan lo gatau,"kata Sadrina.
"Gue yakin ini tempatnya, jangan mancing emosi gue,"kata Renjun menahan rasa ngegasnya.
"Inget inget lagi, gue yakin lo juga gak yakin,"kata Sadrina yang lebih ke arah memaksa.
"Bukan kita tapi Naya, inget kita itu lo sama Naya sedangkan di surat itu cuman tertera datangi tempat favorit aku bukan datangi tempat favorit kita, paham gak!"
Sadrina membentak membuat Jisung dan Lia yang menyaksikan perdebatan itu terkejut.
Mereka ingin melerai namun keduanya saling melemparkan tatapan dingin dan kata kata yang pedas.
Renjun menghela nafas mencoba berfikir lagi.
'Harus sabar demi Isabel'
"Gue tau salah satu tempat favorit Kak Naya,"kata Jisung.
Mereka semua menengok Jisung.
"M-mungkin,"kata Jisung sambil menunduk karena semua tatapan mengarah kepadanya.