Sebelas

200 11 22
                                    

Aku sungguh terhenyak ketika terbangun dari tidurku di atas sofa — tempat tidurku sekarang. 

Kupikir, aku sedang bermimpi saat mendapati noona tengah mondar-mandir di dapur. Dia terlihat cerah, ceria dan percaya diri. Tak nampak padanya kalau dirinya tengah mengalami depresi, hingga tak terpikir kalau wanita ini adalah wanita yang sama, yang ingin mencoba mengakhiri hidupnya lagi kemarin.

Wanita yang kulihat ini, terlihat berbeda. Ada sinar kehidupan pada pancaran kedua matanya yang ku kagumi. Ada kepercayaan diri yang terlukis jelas di raut wajahnya yang mempesona. Seperti dugaanku sebelumnya sewaktu pertama kali aku memandangi dirinya di kala dia tengah pingsan. Saat itu aku langsung meyakini bahwa wanita ini adalah wanita yang tahu apa yang akan dia lakukan dan katakan. Ya, seperti itulah noona yang kulihat saat ini.

Aku harus menggosok kedua mata, saking tidak mempercayai penglihatanku itu ketika memperhatikan pakaian yang dia kenakan. Dia memakai pakaian yang pernah kubelikan untuknya pertama kali — pakaian-pakaian yang ditolaknya. Letupan-letupan kegembiraan terasa di dalam dada melihat noona mengenakan celana pendek denim. Dan yang membuatku menarik napas, yaitu atasan yang dikenakannya, tanktop babydoll yang selama ini kubayangkan dipakai olehnya. Atasan itu mempertontonkan payudaranya yang berbentuk sempurna. Noona memiliki ukuran payudara yang cukup besar, sehingga bagian dadanya terlihat ketat.

Kedua mataku dimanjakan oleh tampilan fisik noona yang menggiurkan. Aku bahkan bisa melihat belahan dadanya dari tempatku berbaring. Kedua kaki jenjang, lekukan tubuh dan bokong indahnya, sungguh menggoda saat dirinya sedang berjalan. Meski dia tidak memiliki tinggi layaknya model, tapi noona lebih memukau ketimbang para model.

Rambut panjangnya yang bergelombang nan berkilau itu dibiarkan tergerai dan acak-acakan. Tapi anehnya aku sungguh menyukai rambut perempuan seperti itu, apalagi saat bangun tidur. Bagiku keseksian seseorang nampak dari sana dibandingkan setelah berdandan. Aku menyukai sesuatu yang natural.

Sekali dua kali, noona menyingkap rambutnya ke belakang, menyelipkannya ke belakang telinga, atau mengibaskannya ke samping agar pandangannya tak terhalangi. Gerakannya itu membuat semua pembuluh darahku berdesir. 

Dadaku bergetar memandangi wanita sempurna di hadapanku ini. Sesaat kukira aku sudah mati dan berada di surga.

Dengan dirinya berkeliaran di dapurku, memasak, bertelanjang kaki dan berpenampilan seperti itu, noona seperti layaknya seorang kekasih sungguhan. Andaikan saja aku memiliki kekasih, aku ingin wanita itu seperti dirinya.

Diam-diam aku tersenyum sembari menikmati pemandangan indah yang disuguhkan padaku pagi ini. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada ini.

Noona mondar-mandir di area dapur. Beberapa kali membuka dan menutup lemari kabinet, mengeluarkan peralatan yang diperlukan. Lalu memanaskan penggorengan, memeriksa isi freezer, dan mengeluarkan semua bahan-bahan belanjaanku yang terabaikan kemarin. 

Sekarang, dia berdiri di depan counter dapur, tengah asyik memotong daging di atas talenan. Menyadari aku sedang memperhatikannya, dia pun mendongakkan wajah, dan melihat lurus ke arahku yang berbaring dengan kedua lengan dilipat di belakang kepala.

Ia terkesiap, kedua matanya menyapuku dari wajah dan berhenti di tubuhku agak lama. Oh, benar, aku sering tidak mengenakan kaus jika sedang tidur

Linger [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang