Ap akah masih tersisa sebuah ruang?
Jika ada, aku kan pulang.
Jika tak tersisa, aku kan menghilang.¤Oliv🍑¤
Pia berjalan menuju perkarangan rumahnya. Terlihat sebuah mobil yang terparkir di perkarangan rumahnya.
Pia membuat janji dengan kedua sahabat nya di sebuah kafe besar yang cukup dikenal oleh kalangan remaja di kotanya.
Bermaksud untuk melepas sedikit beban yang menempel di bahu mereka.
Seperti sudah menjadi tradisi mereka bertiga selepas menjalani hari-hari penuh dengan kebosanan di sekolah, mereka melepas penat di hari week-end. Kini Pia telah sampai di parkiran Kafe Senja•| dan melihat Erly mengejarnya.
"ERLYYY, CEPETAN JALANNYA, KAYAK PUTRI SOLO AJA!" teriak Pia sudah berlalu memasuki kafe tersebut.
"Wih sabar si kaki gue cuma dua gabisa cepet-cepet jalannya tolol," dengan tergesa-gesa Erly mengejar Pia.
"Mba, nanti ke meja nomor 007 di pojokan situ ya," pinta Pia kemudian ia melihat Erly yang sudah terduduk disisi pojok ruangan yang menghadap ke jalan.
"Erly coba deh lo kabarin si Caca. Keburu lumutan gue lama nunggu dia tau ngga." ujar Pia dengan tak sabaran yang sedang mengabari sahabatnya lewat grup mereka.
"Done, on the way beb." sambung Erly.
"Permisi mba Oliv, mau pesan apa?" ujar waitters menawarkan pesanan dengan menyodorkan daftar menu di caffe tersebut.
Ia tak tahu jika waitters tersebut memanggil nama nya. Cepat-cepat Erly menyambar daftar menu yang disodorkannya pada Pia.
"Sinih, saya aja mba," Erly mengambil alih daftar menu
"Satu Milk choco latte, satu Dalgona coffee dessert dan?" potong Erly tengah berfikir menu pesanan Pia.
"Pi, lo mo mesen apa?" Erly menyikut lengan Pia yang masih asyik dengan novel nya. Ia tak tega melihat wajah waitters yang nampak kelelahan.
"Almond pink ice." sambung Pia jujur. Ia sangat menginginkan minuman favorit nya sekarang.
"Satu Almond pink ice sama satu paket potato french fries aja mba." ulang Erly pada waitters yang siap mencatat pesanan mereka.
"Baik mba, akan di buatkan." ujar waitters tersebut lembut dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
Setelah menunggu hampir 20 menit, yang ditunggu pun datang dan mendekati meja yang sudah diisi oleh Pia dan Erly.
Terlihat gadis memakai dress putih dengan rambut bergelombang yang dibiarkan terurai mencari keberadaan kedua sahabatnya.
"Heyy sist, how do you long here?" tanya Caca riang melihat kedua sahabat nya.
"Ten minutes, maybe.." sahut Erly memperhatikan tampilan Caca yang terlihat lelah.
"Lama," ucap Pia tanpa beralih dari layar handphone nya.
Jawab Pia kesal. Dia jengah karena sahabatnya satu ini selalu saja datang paling akhir ketika berkumpul.
"Gue udah sekalian kan?" Caca bersuara lebih dulu. Ia memecah keheningan saat ini.
"Udah,"
Pia menjawab dengan ketus dan beralih memainkan ponsel nya.
"Thanks bep, Eh udah dateng nih." ujar Caca semangat empat lima menerima pesanan mereka, melihat menu mereka sudah datang. Caca dan Erly tak sabar merayakan kemenangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeously Stone
Teen FictionPersis, isi kepala riuh yg ingin bertemu 'kematian' setiap malam hampir 3 bulan. Tak diinginkan, bukan? Jangan sampai Tuhan. Tak bisa dicegah, bahkan kewalahan. Tapi kenyataan. 🍑Selamat membaca!