12. Teman Kecil

20 5 0
                                    

Dia cuma kesepian,
Harusnya kamu menyambutnya sebagai teman,
Bukan sebagai rasa nyaman,
Yang takut ditinggalkan.
¤Olivia🍑¤

Tinn

"Iya neng, tunggu bentar." suara khas mang Jaja menyahuti klakson mobil Pia.

Pia yang berada di dalam nya kecikikkan melihat raut wajah tergesa-gesa Mang Jaja saat ia hendak memasuki pekarangan rumah Opah.

"Maapin Pia ya Mang, emang gitu dari cabang bayi udah keliatan sintingnya." ujar Erly menengahi. Namun Pia tetap menambah ritme tawa nya, seakan apa yang diucapkan oleh Erly dibenarkan.

"Aye-aye naon neng mah. Sok atuh masuk, malah diem aja di mobil." ujar Mang Jaja terheran-heran.

Pia yang dulu sangat manis berubah menjadi Pia yang menarik mampu membuat orang disekelilingnya tertarik pikirnya.

"Sawan akang teh sama neng Pia." ujar Mang Jaja sendiri, bergidik ngeri sambil menutup kembali gerbang utama rumah Opah.

🍑🍑🍑🍑🍑

"Omaaaa Pia bawain pesanan Oma nih." teriak Pia senang menghampiri Oma Noni sambil membawa pelastik bertuliskan 'martabak bangka'.

"Terimaksih cucu Oma sayang." ujar Oma Noni riang karena pesanan makanan nya di turuti oleh sang cucu.

Namun ia tak mengetahui nya bahwa Erly yang mencari-cari letak toko martabak bangka kesukaan Oma Noni.

"Erly bukan cucu Oma nih jadi." sepasang nenek dan cucu ini melerai pelukkan nya, saat seseorang menyinggung kegiatan mereka.

Oma yang melihatnya merasa gemas lalu menarik Erly dan mencium pipi nya dengan sayang.

"Jadi kebanggan oma ya kalian bertiga. Akur-akur terus sampai tua. Semoga selalu bersama orang-orang baik aamiin." ujar Omah Noni berdoa dengan sungguh-sungguh, diikuti sahutan kedua cucu nya.

Berharap apa yang di doakan oleh Oma Noni dapat menjadi harapan dan kenyataan di hidup ketiga sahabat kecil ini.

🍑🍑🍑🍑🍑

"Pi? Buatin gue kata-kata bagus dong."

Seorang yang tengah bersenandung ria menghampiri Pia yang tengah menulis blog pribadi nya. Terlihat raut khawatir pada wajah putih nya.

Erly memulai obrolan dengan Pia. Entah habis dari mana Erly tiba-tiba saja meminta Pia dibuatkan sajak. Alih-alih perasaan yang tak menentu ia jadikan alasan.

Bukannya mendapat respon seperti di pikiran nya, Pia malah membuat nya gemas dengan lontaran jawaban miliknya.

"Bagus" ucap Pia tanpa beralih dari tatapan layar laptop nya.

Jari-jari nya menari dengan lincah mengikuti alur pikiran yang bernuansa suasana baru. Asik dengan dunia nya.

"Kan, mulai bego nya keluar." celetuk Erly mendengar suara Pia. Ia gemas dengan Pia. Ia butuh seseorang yang dapat merubah suasana hati nya kini.

Harapan ia menghampiri Pia agar membuat nya merasa lebih baik, namun tidak lagi ia elukan. Sudah dapat ditebak dengan gaya bicara nya saat ini.

Gorgeously StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang