Sebentar lagi, aku dapat meraih dirimu.
Entah bagaimana kau menanggapi perasaan ku.
Menjadi pendamping cerita hidupmu.
Hingga akhir khayat ku.
¤Aldrivano🍑¤
"Vin, gimana sensasi berduaan di kebun teh?" tanya Bagas tertawa terbahak-bahak.
Bagas sedang duduk di atas sofa, lalu Kevin datang sambil membawa dua kotak pizza. Diikuti seorang pelayan membawa dua cangkir kopi cappucino hangat. Bagas mengetahui jika Pia dan Erly juga ikut menginap di Villa yang sama.
Apalagi kemarin Bagas mengikuti lomba yang sama dengan Kevin. Bagaimana tidak, yang seharusnya satu tim dengan Kevin adalah Bagas. Namun, Tuhan berkata lain. Nama yang keluar adalah nama Pia. Alhasil Bagas satu tim dengan Erly dan Kevin satu tim dengan Pia.
"Lo siapa sih, ngurusin hidup gue?" tanya nya kepada Bagas dibuat-buat seperti orang tak saling mengenal.
"Yaelah baper udah inimah," sambung Bagas sambil menyenggol lengan Kevin.
"Ngga salah lagi si ini valid." ujarnya semakin yakin.
"Ngga gimana-gimana curut. Seneng aja si dikit." ucap Kevin seadanya.
Ia tak berbohong bila ia merasakan senang. Namun, prihal kata 'sedikit' barulah ia berbohong. Ia cukup merasa senang bisa menyusuri luasnya kebun teh bersama Pia.
"Dikit, apa seneng sampe ke ubun-ubun Vin?" balas Bagas sambil menyenggol punggung Kevin, menyebabkan dia terbatuk-batuk, karena Kevin sedang menyeruput kopi hitam nya.
"Bobrok amat akhlak lo Gas. Udah dibuatin secangkir masih aja lo bikin orang gak tenang." celah Kevin sambil menaruh gelas kopi nya, bersiap membalas perlakuan Bagas.
"Gue lagi minum sengaja bener ya lo bikin gue kesedek." sambung Kevin kepada Bagas dengan tak terima. Bagas menghindari suara yang akan nyaring di telinga nya dengan berlarian, namun tak disangka oleh Bagas bahwa Kevin ikut berlarian mengejarnya.
🍑🍑🍑🍑🍑
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeously Stone
Teen FictionPersis, isi kepala riuh yg ingin bertemu 'kematian' setiap malam hampir 3 bulan. Tak diinginkan, bukan? Jangan sampai Tuhan. Tak bisa dicegah, bahkan kewalahan. Tapi kenyataan. 🍑Selamat membaca!