MITHA mengakui bahwa dirinya sudah gila. Serius deh, suara Iky yang bikin dia diam seribu bahasa itu masih menggema di kepalanya padahal sudah tiga hari yang lalu saat Iky mengucapkan kalimat tersebut. Mitha juga belum sama sekali menceritakannya kepada siapapun. Mitha takut dibilang geer.
"Gue nggak suka yang manis-manis."
"Kecuali lo."
Apalagi sampe kepikiran berhari-hari. Kan nggak banget ya?
Mitha jadi gila sendiri kalau gini caranya.
"Ih, Tha? lo denger nggak sih daritadi gue ngomong apa?"
Suara Kiara yang tiba-tiba masuk ke dalam indra pendengarannya membuat Mitha terlonjak kaget. Mata Mitha mengerjap, oke, sekarang Mitha bingung harus jawab apa.
Kalau bilang nggak, pasti Kiara marah karena dikacangin.
Kalau bilang iya, pasti Kiara bakal nanya lagi.
Mitha menghela napas. "Ulang, Ra, so-sorry, tadi gue bengong,"
"Ampun deh, mpok-mpok," ujar Kiara sambil sesekali menggigit sedotannya, "Tadi gue ngajakin lo nonton,"
"Nonton apa?"
Sedetik kemudian bahu Mitha ditepak oleh Kiara. "Tuh kan! lo nggak dengerin dari awal ya?"
"Ya, gimana mau dengerin orang gue lagi bengong?"
Kiara mendengus. Syukur-syukur sahabatnya ini tidak kerasukan karena kebanyakan bengong.
Mitha dan Kiara sedang berada di kantin saat ini, suasana kantin lumayan sepi karena sekarang masih jam pelajaran. Karena Pak Uki—guru lintas minat mereka sudah keluar dari setengah jam sebelum bel istirahat, kedua gadis itu memilih untuk lebih dulu ke kantin biar nggak rame-rame amat nanti.
Saat Mitha dan Kiara sudah asik dengan semangkuk bakso di depan mereka masing-masing, tiba-tiba saja kursi yang berada di hadapan Mitha diduduki seseorang. Kiara yang sedang menggigit bakso tiba-tiba terdiam, begitu juga Mitha yang sedang berusaha menelan. Rasanya, menelan bakso itu jadi tiga kali lebih susah dari biasanya.
Ada Iky duduk dan lagi nyengir di depan mereka.
Orang yang terbayang-bayang terus di pikiran Mitha.
"Hai!"
"Hai,"
"Lo pada pelajaran apa deh? kan belom bel," tanya Iky setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flicker
Teen Fiction"Ribet banget sih?! Tinggal jujur doang!" Menurut Mitha, jujur tentang isi perasaannya itu sangat sulit. Lebih sulit dibanding harus menjawab soal dari Bu Rahayu-guru sejarahnya. Saking susah untuk jujur, semakin lama perasaannya dipendam, Mitha jad...